Tokoh Lintas Agama?

Saya bingung dengan sebuah frasa yang baru-baru ini banyak dikumandangkan di tipi, koran, dan internet. 😐

Entah saya yang kurang baca koran atau kurang ilmu berbahasa, tetap saya nggak sreg dengan istilah “Tokoh Lintas Agama”. Poin yang saya ragukan adalah kata lintas. Sebagai awalan, saya tampilkan cuplikan makna dari tokoh dan lintas yang saya ambil dari KBBI daring (dalam jaringan, Bahasa Indonesia untuk online, jangan bingung lagi ya :D).

1to·koh n 1 rupa (wujud dan keadaan); macam atau jenis: — bulat spt uang ringgit; pesawat terbang yg baru dibeli itu sama — nya dng B-25; 2 bentuk badan; perawakan: melihat — badannya, banyak orang menyangka ia adalah seorang pegulat; 3 ki orang yg terkemuka dan kenamaan (dl bidang politik, kebudayaan, dsb): ia adalah seorang — politik yg disegani; 4 Sas pemegang peran (peran utama) dl roman atau drama;

lin·tas n trayek: — Jakarta—Bandung;
akal dapat diterima oleh akal; masuk akal; pikiran; — alam olahraga jalan kaki, jalan cepat atau lari yg melewati pedesaan, sawah, gunung, sungai, hutan, dsb; — budaya pertemuan antara dua budaya atau lebih yang berlangsung secara cepat; — komputer El jalur pd disket tempat informasi direkam; — pintas selalu pergi datang, keluar masuk, dsb; lalu lalang; — selatan melintas; melalui daerah selatan; — udara 1 (diangkut) melalui udara; 2 jalur lalu lintas penerbangan;
me·lin·tas v berlalu dng cepat: tiba-tiba seekor ular ~ di hadapannya; 2 menempuh jalan yg tersingkat; memintas; 3 menyeberang (jalan dsb); 4 tampak (terbayang, teringat, dsb) sekejap: terkadang bayangan wajah ibunya yg telah tiada ~ dl ingatannya;
lin·tas·an n 1 gerakan melintas; 2 jalan yg dilintasi atau dilalui; 3 tempat penyeberangan; pelintasan; 4 Fis tempat kedudukan titik-titik yg dilewati zarah atau sistem zarah yg bergerak; 5 Olr daerah sepanjang kolam renang yg dibatasi dng tali sbg pemisah dr lintasan lain;

Menurut uraian di atas, jika kita menulis “tokoh agama” akan bermakna orang yang terkemuka dan kenamaan di bidang agama. Saya membuat arti ini dari penjelasan “tokoh” nomor 3.

Perhatikan deretan makna lintas di atas. Salah dua makna lintas identik dengan “menyeberang” dan “pertemuan antar dua hal”. Jika kita menambahkan kata lintas ke tengah tokoh agama, akan jadi apa maknanya? Menurut tangkapan saya, maknanya jadi orang terkemuka dan kenamaan yang mempertemukan dua agama atau lebih, atau orang yang memiliki ilmu pengetahuan mengenai dua agama atau lebih. Nah, makna-makna tangkapan saya inilah yang membuat saya nggak sreg dengan penggunaan “tokoh lintas agama”. Maknanya jadi rancu. 😐

Mengapa nggak “Tokoh Agama” aja? Saya rasa lebih pantas menulis “Pertemuan Tokoh-tokoh agama dengan Presiden SBY…” ketimbang “Pertemuan tokoh lintas agama dengan Presiden SBY…”, karena inti dari undangan Pak SBY tersebut adalah mengundang para tokoh agama dan ahlinya untuk berdiskusi. Itu saja.

Entahlah, ini menarik, karena mungkin narablog sekalian ada yang setuju-setuju aja dengan “Tokoh Lintas Agama”. Gimana dengan pendapat narablog sekalian? 🙂

*
Sekadar info, berikut beberapa laman portal berita dan blog yang memuat “Tokoh Lintas Agama” ketika ditelurusi via google. Ada KOMPAS, Media Indonesia, DetikNews, Tribun News, Antara News, dan Kompasiana.

*

Mari kita koreksi sama-sama penggunaan bahasa sehari-hari kita, yang di media cetak maupun di media elektronik.

———————————————————————————————————————————————————

Cuplikan gambar di atas dipotong dari sini. Seluruh terbitan ini beserta gambar-gambarnya sangat dilindungi, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

91 Comments

  1. apa mungkin diartikan tokoh2 agama dari semua daerah ya???!!!!(lintas jawa,sulawesi,kalimantan,sumatra) *asaal*

    Reply

  2. Hehe bener juga ya? Kalo ‘lintas’ itu sama ga dengan ‘antar’? Cukup rancu memang. Aku setuju dengan Asop, sebaiknya tokoh agama saja, lebih tepat seperti itu. 🙂

    Reply

  3. saya kurang mengerti mengenai tata bahasa, mungking sehari-hari hanya berkecimpung di dunia teknik..

    sepertinya harus sering baca-baca surat kabar nih untuk membiasakan berbahasa indonesia yang baik dan benar.

    (btw.. mas asop sering memperhatikan hal-hal detail ya?…)

    Reply

  4. mungin maksudnya, tokoh lintas (satu saja) agama, artinya tidak hanya satu agama, jadinya disingkat lintas agama…ntah lha… bahasa journalistik kadang sudah mendarah daging, sampe gak sadar salah atau benar, tapi ngerti..hihiihihihi

    Reply

  5. tokoh lintas agama memang sudah sering dituding jadi pengusung pluralisme kan?! hahaha. terlepas dari masalah istilah, dialog malam itu tidak mengajarkan apa-apa kepada rakyat, bukan?! sayang sekali.

    Reply

  6. baru denger istilah ‘tokoh lintas agama’,, hehehe.. kalo liat KBBI itu tadi, aku juga jadi mikirnya, tokoh agama yg mempertemukan dua agama atau lebih.
    jadi, menurut orang yang membuat istilah ‘tokoh lintas agama’, arti yg sebenarnya apa ya?

    Reply

  7. Ugh, mengedepankan istilah banget ya.. Jadi teringat seorang dosen yang strict soal istilah. Hehe..
    Tapi saya setuju tuh, kok gak nyebutnya tokoh agama aja, lebih netral dan pantas diperdengarkan. Kalo tokoh lintas agama, kan kesannya jadi pemeluk banyak agama.

    Reply

  8. Ternyata mereka yang sudah akrab dengan dunia jurnalistik juga bisa salah kaprh dan tidak menyadarinya 😆 Toast …………. gelas teh untuk asop.

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Reply

    1. Sebenernya, ini bukan masalah ejaan yang disempurnakan, tapi masalah penggunaan kata ‘lintas’ yang kurang tepat menurut saya. 😀

      Reply

  9. Berdasarkan kutipan Kang Asop dari KBBI itu, konsekwensinya memang seperti yang dianalisa. Tapi, karena bahasa itu terus berkembang, maka bukan tidak mungkin istilah tokoh lintas agama akan menjadi baku dengan makna tokoh-tokoh agama… 🙂

    Reply

  10. Bukannya memang ada juga tokoh seperti yang dimaksudkan oleh frasa “tokoh lintas agama”? seperti misalnya Gus Dur, yang tidak hanya konsern dengan Islam, tapi juga dengan agama dan kepercayaan lain?

    Tergantung konteksnya sih.. yang lagi jadi headline itu SBY ketemu sama para tokoh agama seperti ulama, pendeta, biksu, dll, atau dengan tokoh-tokoh semacam Gus Dur?

    Reply

  11. Sepakat banget Sop. Aneh tuch istilah yang digunakan media. Bahkan sekarang ejaan bahasa Inggris juga digunakan sebagai judul di koran-koran nasional, tanpa dimiringin atau tanda kutip. Heran…emang bahasa Indonesia kurang kece dijadiin headline?! 🙂

    Reply

    1. hahaha… iya gw kirain yg ada cuma bus lintas kota, rambu2 lalu lintas aja, ternyata lintas agama ada juga whehehe…

      berkat si asop sekarang gw baru tau hehehe…. 😀

      Reply

  12. waaah, saya dah lama nih gak blog walking.. postingnya nice deh! gak pernah tahu aku yg begitu.. :mrgreen:

    oiya, ngomong-ngomong, kunjungi blognya kakaku ya klo sempet.. 😉

    Reply

    1. Yaaah, jadi bahasa baku ya…. 😦
      Saya harap orang kementrian atau departemen yang membahasa baku-membakukan bahasa membaca tulisan saya ini dulu… 😦

      Reply

  13. hmm klo ditinjau dr sudut pandang bahasa grammatikal km bener Sop.
    tp barangkali istilah Lintas Agama adalah sebuah istilah baru yg memiliki makna baru pula.
    Dan bisa jd, ke depan istilah itu menjadi kata yg maknanya terpisah dr arti per kata nya
    seperti halnya misal istilah Lalu Lintas. klo dipisah artinya menjadi Lalu = selanjutnya, lintas ya sepeti di atas. Namun ketika Lalu Lintas maknanya beda.
    Begitupula dg Lintas Agama.
    hehehehe
    klo tokoh agama mknanya tokoh yg faham agama
    tetapi tokoh lintas agama bukan berarti tokoh tahu agama macem2 to?
    Lintas Agama mungkin diartikan oleh si pencetusnya sebagai paham yg menyatakan bhw semua agama sama (pluralisme).
    jd tokoh lintas agama = tokoh pluralisme.
    *hmmm,, ini hanya perkiraan lho Sop..
    hehehehe

    Reply

    1. Mas, ambil contohnya jangan ‘lalu lintas’, itu udah jelas sejak dulu. 😐 Saya ragu kalo lalu lintas bisa dipisah seperti itu.

      Yah, yang manapun maknanya, tetap terasa aneh di telingaku. 😳

      Reply

  14. saya juga ga sepakat dgn kata lintas itu….tp klo ditinjau sama pakar2 bahasa gmn tuh ya?eheheh,bisa jadi skripsi,tesis,ato bahkan salah satu bahan disertasi mengenai penggunaan istilah 😀

    Reply

  15. boleh berpendapat?
    Saya setuju bahwa penggunaan istilah yang tidak relevan mengacaukan makna
    tapi yah, mungkin saja kita semua harus belajar bahasa Indonesia dengan lebih rajin lagi kan? *becanda!
    😀

    Reply

    1. Boleeeh dong, justru pendapat yang saya nantikan.

      Kita semua perlu belajar, begitu pula saya harap para orang2 yang bertugas untuk membakukan istilah2 di Departemen Pendidikan dan Budaya atau di manapun itu. 🙂

      Reply

  16. Hahaha.. Saya juga pertama kali denger bingung, sampe sekarang pun bingung. Jadi apa sih sebenernya maksudnya ya?

    Makin hari makin aneh-aneh aja istilah yang digunakan media massa. Gak tau tujuannya apa. Tapi menurut yang saya baca di blognya mas Farid Gaban, ini gak baik. Karena media massa sebagai “konsumsi publik” sebaiknya menggunakan istilah yang mudah dipahami. Kalau kayak gini justru jadi samar dan sulit dipahami.

    Reply

    1. Iya, sering dan banyak banget kesalahn ejaan pula.
      Malah muncul singkatan baru, “Bandara Soetta” untuk Bandara Soekarno-Hatta. 😦

      Reply

Leave a reply to Asop Cancel reply