Kopi Bubuk Berontoseno

Hehe, sesuai dengan judul, saya dikirimi kopi oleh ayah saya di Surabaya. Nama kopi itu adalah Berontoseno, kopi asal Kediri. 😀

Foto berikut ini adalah wujudnya. :mrgreen:

Silakan ke laman utama situs Kopi Berontoseno di sini

Jangan kecewa, memang sachet bentuknya. 😆  Kebetulan ini yang dikirim oleh ayah saya, pasti terdapat juga kemasan yang lebih besar. Jangan khawatir. :mrgreen:

Ini adalah kopi yang sering saya lihat iklannya di Surabaya, sejak saya SMA bahkan SMP. Nggak menyangka baru sekarang saya mencobanya. 😆 Sekadar info, berikut kutipan yang saya ambil dari laman web Kopi Berontoseno.

Perusahaan kopi Berontoseno berdiri sejak tahun 1956 dan berlokasi di kota Kediri-Jawa Timur. Pada mulanya, Berontoseno hanya memproduksi kopi bubuk secara sederhana namun memiliki kualitas yang tinggi. Dengan bahan yang terbuat dari 100% biji kopi pilihan kualitas ekspor dan butiran kopi yang sangat lembut, tidak diragukan lagi kenikmatan yang ada di dalam kopi Berontoseno.  Keunggulan lain dari kopi Berontoseno adalah bisa digunakan sebagai rokok chete yang identik dengan rokok beroleskan kopi.
Tahun 1986, Berontoseno memproduksi kopi botol dan berkembang hingga diproduksinya kopi cup pada tahun 1990. Produk tersebut diproduksi dengan mesin yang modern, higienis, dan diolah dengan sistem sterilisasi yang telah memenuhi standar produk minuman di Indonesia, serta dikemas dalam printed cover seal yang eksklusif.

Di sana tertulis “100 % murni”. Saya harap ini benar, tanpa campuran jagung. 🙂

Unik sekali, di bagian belakang tertulis, “cukup 3,5 gram untuk 1 cangkir”. 😀 Sedikit sekali ya? Benar. Buktinya ada di gambar bawah.

Tuh, sedikit sekali. Kira-kira hanya seukuran sendok teh. Gilingan bubuknya giling halus, tapi bukan kopi instan yang tanpa ampas. Tetap ada ampasnya. 🙂

Tuh ampasnya. 😀  Ternyata benar, tampaknya kopinya asli, murni tanpa campuran apapun. Sebabnya adalah rasa kopi yang nggak pahit di lidah. Saya bisa meminum kopi ini tanpa gula, tidak pahit, dan ada rasa sepet-nya. Coba bandingkan dengan kopi biasa seperti kopi berlambang kapal laut atau kopi berlambang singa. Kedua kopi tersebut nggak bisa diminum tanpa gula. Pahit sekali. 😐  Entah penyebabnya proses sangrai yang terlalu lama (hingga gosong) atau memang karena tercampur gilingan jagung.  😦

Satu hal yang saya sayangkan. Nggak ada keterangan kopi jenis apa yang saya konsumsi ini. Robusta-kah? Arabika-kah? 😀

Simpulan akhir, masih lebih enak Kopi Aroma yang pernah saya tulis dulu… :mrgreen:

Saya habiskan dulu kopi ini, tanpa gula tentunya.

——————————————————————————————————-

Gambar adalah hasil jepretan sendiri, kecuali cuplikan header Kopi Berontoseno di awal posting-an yang diambil dari laman utama situs Berontoseno. Seluruh terbitan ini beserta gambar-gambarnya sangat dilindungi, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

167 Comments

  1. lebih enak kopi toraja lebih terasa wanginya, paling enak sebenarnya jalan di pasar tradisional di daerahku. liat penjual kopi pada menggoreng biji kopi wuih nikmat banget wanginya…
    apalagi dengan menyeduh dan menyeruputnya 😀

    Reply

      1. perut yg tidak mendukung lagi.
        dulu: bangun tidur, depan komputer, nongkrong sama temen, mau tidur, mesti ngopi, sehari minimal 2-3 gelas.
        sekarang: 2 teguk kopi bisa bikin saya keok 😦

        Reply

  2. Hhoho bungkusnya mengingatkan sama cokelat monggo :O sama-sama bergambar wayang dan berwarna eh warna apa sih itu ? gold atau coklat ? kopinya sedikit banget, buat maskeran aja gg cukup itu mah 😀

    Reply

  3. lah itu kalau sedikit banget kopinya,airnya segimana mas asop,sedikit juga?
    bisa minta kirimin ke bintaro gak,,hihi :mrgreen:

    Reply

  4. tertarik ama brotoseno nya. salut masih ikut nguri2 budaya menggunakan nama lokal dan sejarah daerah. ndak seperti produk2 yg selalu menggunakan nama internasional demi laku semata…:D

    Reply

  5. Saya sudah pengguna tetap satu merk kopi. Tapi kalau kopi hitam, apapun merknya saya mau, kayaknya enak-enak aja, dari mulai yang murahan sampai yang mahal.

    Berarti bukan peminum kopi yang baik ya saya… Eh, kalo jagung itu yang ampasnya suka mengapung itu ya?

    Reply

    1. Hmmm setahu saya, kopi campuran jagung itu rasanya pahiiiit sekali kalo gak pake gula. Jadi minumnya harus pake gula. 😦
      Kalo kopi murni dan menyangrainya baik, gak bakal terasa pahit. Justru rasa asam dan “eksotis” yang ada. :mrgreen:

      Reply

  6. kira2 selain ditempat asalnya, kediri, ni kopi bisa ditemukan di toko kopi terdekat nggak ya? saya yang orang surabaya selama 22 tahun malah nggak pernah liat iklannya.(>_____<)v *parah ya saya?*

    Reply

    1. Wah, yang pasti kalo di Surabaya ada. 😀
      Ayah saya beli di Surabaya. Kalo di luar Jatim, saya gak tahu lagi. Di Bandung saya nggak pernah lihat. 😐

      Reply

  7. Nah, kalau kopi seperti ini, sepertinya yang baik di konsumsi itu Sop,
    yang sangrainya gosong kata “ahli pengobatan” ortu yang saya dengar sangat tidak baik untuk kesehatan karena sudah setengah arangnya itu 😦

    Reply

  8. wuih kerenn.. ada web resminya segala lagi..
    sachet-nya malah bagus menurut saya, kesannya klasik. soalnya klo dibikin lebih modern, jd nggak ada bedanya dg kopi pasaran..

    Reply

  9. Wah kayaknya unik dan mantab ini pak, selain kenikmatannya apa lagi keunikan kopi ini pak.

    Reply

  10. Saleum,
    Wah cerita kopi neh, saya gabung ah…..
    setiap daerah tentu punya kopi andalannya, namun saya pribadi gak suka kalau kopinya warnanya coklat karena ada campurannya sewaktu diproses, berhubung saya penikmat kopi kental yang hitam legam soalnya lidah sudah terbiasa dengan kopi kluet. 🙂
    saleum dmilano

    Reply

  11. wah kayanya enak sekalii

    tukeran Link yuk mas??
    Link Blog mas sudah terpampang dengan nyaman di blogku. hehe
    Ditunggu ya konfirmasinya.

    Reply

  12. laah saya aja yang udah lama di surabaya, baru tahu ada kopi beginian.. maklum sih, nggak suka kopi tubruk kecuali sachetan atau gratisan.. *halah*

    saya lebih suka light coffee.

    tapi kalo ketemu ntar kayaknya patut dicoba dah

    Reply

  13. Woaaahhh… jadi kepingin…
    Tapi itu gelasnya kok selingkuh pake Nescafe sih..? hehehe

    Oh iya waktu saya tinggal di Jambi, ada kopi asli khas sana namanya Kopi AA. Bungkusnya warna oren. Pahitnya…saya bisa melek semalaman. Kopi ini apakah bisa bikin mata genjreng juga?

    Reply

    1. Habis nggak ada cangkir “Berontoseno” sih…

      Wah, jangan tanya saya, diri saya udah terbiasa minum kopi, jadi gak terlalu pengaruh ke saya.

      Reply

      1. Hehehe… Mas Asop pecinta kopi sejati nih.
        ckckckck.
        Padahal saya ngopi yang gambarnya kapal itu saja mata sampai terang benderang sampai jam 2 malam. jadi kapok ga mau ngopi malam-malam.

        Reply

  14. Jarang2 ada kopi bungkusan tanpa campuran. Di tempat saya malah bubuk kasar yang saya sendiri tak percaya itu kopi, atau malah jagung goreng yang digiling halus 😀

    Reply

      1. Buktikan dari ampasnya Mas.
        Kalau kopi murni ampasnya sedikit banget di bawah, kalau kopi campuran banyak ampasnya. Malah juga ada yang ampasnya mengambang, sampai ada yang bilang minum kopi atau minum ampas hehehe..

        Reply

  15. selamat pagi

    wah, baru tahu kalo ini kopi udah lama ada di pasaran 😎

    saya sering nemu kopi ini di kantin deket kampus, biasanya teman saya yang suka pesen.
    kayaknya enak juga, ntar coba ah. 😛

    Reply

  16. wah sepertinya nikmat. tapi kalau masih di bawah kualitas kopi aroma, hehe… soalnya aku juga pernah nulis ttg aroma itu.
    coba dibandingkan dengan kopi asli bogor mas. aku udah bandingkan, bahkan dg kopi luwak 🙂

    Reply

  17. Sruput.. ahhh… kayaknya sedap nih kopi.. kalo kopi asli emang beda sop, lebih mantab

    Reply

  18. BERONTOSENO apa BROTOSENO?????
    dibuku Bahasa Jawa belum kutemukan gambar wayang BERONTOSENO kalau BROTOSENO ada yaitu salah satu putra pandawa dan terkadang dipanggil BIMA, WERKUDORO
    ……………..
    semoga yg minum kuat sekuat BROTOSENO

    Reply

    1. Iya, memang saya juga udah mencari gak ada yang namanya BERONTOSENO. 😀

      Yah sudahlah, namanya juga nama yang terinspirasi dari BROTOSENO.

      Reply

  19. Kalau aku tetap merasa paling enak itu kopi tukang deh, itu loh kopi yang dijualnya kiloan dan gak pake merk yang sering diminum tukang2 hehe.. Biasanya ampasnya gila2an sampe setengah gelas gitu,, tapi emang enak 😀

    Reply

  20. Yang satu ini saya belum coba, biasanya sih saya bikin kopi pakai takaran 2-1. Saya suka kopi arabica, tapi ga suka asamnya… mungkin campuran arabika dan robusta pas buat saya.

    Reply

  21. rasa pahit biasanya jenis kopi yang dominan robusta, kalau asam biasanya arabica. meskipun tiap jenis arabica atau robusta punya karakter sendiri-sendiri.

    Reply

  22. menarik sekali… saya juga penggemar kopi hitam… beberapa kopi produksi lokal sudah pernah saya cicipi, mulai dari kopi Aceh, Jambi, Bali dll.. yang unik, beberapa merk kopi bahkan sudah diproduksi sejak zaman tempo doeloe.. he he… mudah2an suatu saat saya bisa mencicipi kopi Berontoseno yg istimewa ini.. kalau benar tidak pakai gula, pasti sangat cocok buat org yang lagi diet..hehe

    Reply

  23. wah liat kemasanya kayaknya enak nih 😀 sayang sekali kopi diatas maupun kopi aroma yang dicritain bro Asop gak ada di daerah saya 😀

    Reply

    1. Oh, saya cuman tanya, bukan bermaksud mau beli saat ini juga… 😀
      Yang penting saya sudah tahu bahwa saya bisa pesan via Mbak. 🙂

      Reply

      1. Ok, Mas..Saya tunggu ordernya. Kapan2 kalau ke Surabaya bisa mampir cicipi aneka minuman kopi Berontoseno di de’ Bronto’s Coffee House di City of Tomorrow atau di Oasis Supermall. Trims banget udah bikin tulisan di blog Anda ttg kopi Berontoseno…

        Reply

  24. Jika ada yang membutuhkan kopi berontoseno bisa menghubungi saya… saya jual kopi berontoseno 🙂
    Kopi Berontoseno ini ndak menyebabkan asam lambung naik kok 🙂

    Reply

Leave a reply to Pardi Cancel reply