Kota Bandung saat libur lebaran sungguh “mengerikan”, bahkan bagi kami penduduk permanen dan penduduk sementara Bandung. Entah dari mana asalnya, banyak kendaraan-kendaraan bermotor dan orang-orang luar kota menyerbu masuk ke dalam Bandung dan “hinggap” di titik-titik wisata belanja. Kota sekecil Bandung diserbu jutaan orang (ekstrem nih…), padahal untuk menampung penduduk yang menetap saat ini saja sudah tidak mencukupi.
Yap, Kota Bandung Sangat Bermasalah…
Lahan parkir tak mencukupi, mobil tumpah hingga di pinggir jalan dan parkir di sana, para pejalan kaki turun ke jalan karena trotoar direbut Pedagang Kaki Lima (PKL) dan akhirnya menyeberang sembarangan karena zebra cross tak jelas dan jembatan penyeberangan tak ada. Belum lagi ditambah proses keluar masuknya mobil dari mall-mall atau pertokoan dan factory outlet (FO), semakin membuat lalu lintas kacau. Lampu pengatur lalu lintas (traffic light) juga banyak yang mati tak berfungsi. Dan ingat, kebanyakan jalan di Kota Bandung kecil-kecil, hanya cukup untuk dua mobil bersisian. Sialnya, banyak objek wisata belanja terletak di ruas-ruas jalan yang sempit.
Tugas Berat Polisi
Tugas polisi lalu lintas di saat-saat seperti ini sungguh berat. Mulai saat lebaran (rabu, 31/8) dan H+1 lebaran (kamis, 1/9) Bandung sudah sangat ramai (hingga hari saya menulis posting-an ini, sabtu 3 september). Kemacetan merajalela di beberapa kawasan. Bahkan pihak kepolisian sampai melakukan rekayasa arus lalu lintas di sebuah jalan yang amat ramai, yang sudah terlanjur stuck (berhenti total) akibat entah apa. Arah jalan dibuat berlawanan untuk mengurai kemacetan.
Di titik-titik kemacetan yang saya lewati, saya melihat polisi-polisi mengatur lalu lintas dengan gigih. Well, sebut saya sotoy, karena saya tak tahu apakah mereka benar-benar gigih dan ikhlas dalam bekerja. Tapi yang pasti, saya bersimpati pada mereka, karena di saat orang lain berkumpul bersama keluarga, para polisi lalu lintas malah bekerja di jalan. Mereka berpeluh di antara udara berkualitas buruk —penuh debu dan polusi— yang mereka hirup, sedangkan kita pengguna jalan bersenang-senang bersama keluarga. Kadang saya berpikir, sungguh kontras keadaan ini.
Saya berharap dan berdoa, semoga para polantas yang bekerja itu benar-benar ikhlas dan rela dalam menjalankan pekerjaan mereka. 😐
Kemacetan: Sebuah Masalah yang Berulang
Tak hanya tahun ini saja kemacetan dan kesemrawutan terjadi. Malah sudah menjadi rutinitas setiap tahun. Saya masih ingat, kondisi semrawut, kacau balau, dan macet hampir total seperti saat ini tahun lalu dan dua tahun lalu terus terjadi (karena tahun-tahun itu saya nggak pulang ke Surabaya). Entah mengapa, apakah mungkin pemerintah Kota Bandung menutup mata terhadap masalah ini, atau memang pemerintah sesungguhnya sadar tapi tak bisa berbuat apa-apa. 🙄
Kota Bandung itu sangat kecil, hanya setengah dari luas total Kota Surabaya. Bayangkan saja, dengan perbandingan luas seperti itu, jumlah penduduk Bandung dan Surabaya tak jauh berbeda, sama-sama sekitar 2-3 juta penduduk. Jalan-jalan yang ada pun juga kecil, bukan tipe jalan yang pantas untuk sebuah kota tujuan wisata. Dan memang sebenarnya, dulu waktu pemerintah Belanda mendesain Bandung, Bandung tidak direncanakan untuk menjadi kota yang padat penduduk dan tidak juga sebagai kota wisata. Tujuan pemerintah Belanda ingin menjadikan Bandung sebagai kota pusat pemerintahan. Makanya jalan-jalan yang ada di Bandung kecil-kecil.
Barangkali pemerintah Belanda melihat letak Kota Bandung yang berada di pegunungan sebagai sebuah kelebihan. Kontur yang naik turun dan dikelilingi pegunungan membuat Bandung sulit diserang musuh saat perang terjadi. Udara di sini pun bersih dan sejuk. Sangat kondusif sebagai pusat pemerintahan. 😎
Lihat keadaan sekarang. Sangat berbeda jauh. Kota sekecil ini malah dibuat sebagai kota tujuan wisata. Kota yang didesain hanya untuk menampung beberapa ratus ribu penduduk malah ditempati jutaan penduduk. Tak pelak berbagai masalah menghampiri. mulai dari kemacetan lalu lintas, banjir yang selalu terjadi di kala hujan deras, sampai masalah penyediaan air bersih. 😐
Jadinya tampak bahwa sejak dulu para punggawa pemerintah Kota Bandung tidak mengerti sejarah dan karakteristik kota yang mereka pimpin. 😆
Sebagai Penduduk Kota Bandung…
Penduduk Bandung (yang punya rumah di Bandung atau yang menetap sementara) pasti malas ke luar rumah saat libur lebaran seperti ini, kecuali untuk urusan yang benar-benar mendesak dan darurat. Sebelum lebaran mereka pasti nge-stock makanan banyak-banyak di rumah supaya nggak harus beli makanan di luar saat Bandung diserbu “orang asing”.
Pokoknya, di saat libur seperti ini, Bandung seperti dikuasai oleh orang luar. Dari Jakarta, Surabaya, Sidoarjo, Jogjakarta, Solo, sampai dari Denpasar dan Medan. Kami, penduduk Bandung, tak berkutik. 😆
Yah, mau bagaimana lagi, dinikmati saja. Bagaimana dengan keadaan kota tempat narablog tinggal? 😀
——————————————————————————————————-
iya sih bandung sekarang jadi macet bukan main kalo pas liburan ya.
abis gimana lagi ya.. itu tempat pelarian orang jakarta sih. karena relatif deket, biar dapet suasana baru. sekalian bisa shopping2 dan makan2. 😀
yang ada, jalanan di bandung yang relatif gak terlalu lebar jadi gak nampung ya…
Heran deh, makanya Jakarta sepi, orang2nya pada sumpek di Jakarta, ke Bandung semua… >.<'
syukur aja saya tinggal di kota yg jauh dari hiruk pikuk kemacetan 😀
Enaknya…
ah, iya….emang beneran deh bandung kemana-mana macet yah sekarang. gue terakhir ke bandung taon 2007…itu ramenya naudjubilah pas wiken. dan isinya rata2 plat B semua, hoahahahhahaha. ya abis, akses kesana sekarang gampang gitu sih ya. bosen di jakarta, ya kabur aja ke bandung 😀
Itu dia, banyak banget mobil plat B di Bandung sini… >.<'
Sama kaya Sukabumi. Perlahan-lahan udah mulai parah. Tapi lebih parah Bandung kemana-mana sih. Sabat ya. Pindah rumaj aja 😀
#gaploked
Jangan bandingkan Sukabumi dengan Bandung… 😀
Jogja tidak ada bedanya dengan Bandung.. Setiap kali liburan selalu saja padat oleh para pengunjung, terutama pada libur lebaran seperti saat ini..
komenin tentang polisinya deh. yang tentang bandung ga tau menau saya. Kalo polisi, emang salah satu bidang yang kudu rela ga bisa berkumpul sanak keluarga pas lebaran. bidang lainnya kek Perhubungan, Kesehatan Masyarakat, dan bidang lain yang melayani kepentingan umum. Yah, bokap juga gitu sih, pas lebaran tanggal 31, habis sungkem ama nenek langsung brangkat tugas. Semoga mereka ikhlas melaksanakan tugasnya n dapat balasan yang setimpal
ya stahun sekali nyicipin gilanya jakarta di kala macet
jkarta lengang..amat sangat lengang malah.. 🙂
yay, ke Bandung baru sekali g sempat kena macet, oahh tinggal Depok g macet yg dikhawatirin, tp takut kecelakaan waktu nybrang. Margonda Raya terkenal bgt suka bermasalh d persebrangan gitu deh:0
Nah, itu dia, Margonda. Saya sering denger juga dari temen2 saya, sumber masalah keterlambatan. 😀
di Purwokerto mah gak pernah jalanan sampe macet meski rame sekali pun, eh kecuali lg ada wisuda, itu macet setengah mati..
biasa’a macet’a itu di dlm pusat perbelanjaan’a, sesek orang gak bs jalan,whahhaa
Setidaknya di sana tidak setiap hari ya… 😐
Kota Bandung Sangat Bermasalah…
kayaknya semua kota besar bermasalah dlm hl ‘lalin..
ttp Bandung dan Bogor mulai ‘parah … 😦
betul betul, dua-duanya udah padet dan gak seadem dulu lagi *yah walau gak adem-adem banget*….
Saya penasaran, Kota Batu masih dingin gak ya? Kangen sate kelinci juga. 😆
kalo kata ortu, itu resiko kerja di public services, ga ada waktu libur. Selain polisi, dokter-dokter juga gak dapet libur.
emang males klo kudu keluar sekarang mah, klo ga penting2 amat mah.
hari2 biasa udah sering macet, sekarang tambah macet.
liburan di rumah sendiri aja menunggu para wisatawan pulang 😦
pastinya stock makanan melimpah ruah pas lebaran mah 😀
He’eh, hari2 biasa aja udah bikin males ya… 😐
selamat menikmati sop … kalau weekend dulu di bandung saya juga paling jauh ke BIP. itu juga naek angkot. kbayang yang punya kendaraan mau ke tempat-tempat seperti jl. riau dago dll beuh … berasa di jakarta atmosfir-nya 😆
Yah, saya nikmati saja. Saya jadi punya alasan untuk nggak keluar rumah. 😆
Senada dengan Surabay, cuma nggak separah itu sih.
Di Surabaya yang parah suhunya, panass.!!!
Ah, saya malah rindu dengan panasnya Surabaya lho… 😳
Wah, di Jogja juga gitu, Sob. Jalanan utama maceeeeet… Didominasi plat luar kota, khususnya Jakarta dan Surabaya. Daerah Malioboro dan Alun-Alun Selatan lebih “mengerikan” lagi. Pada jam-jam tertentu bisa macet total, nggak bergerak. Kalau udah kyk gitu, polisi lalu lintas harus bekerja ekstra keras supaya kemacetan bisa terurai. Semangat pak/bu polisi lalu lintas!!
Wah, sampai begitu ya.. 😯
Beruntung bener ya kamii tinggal di Sumatera gak semacet di bandung, tapi konco-koncoku pada hijrah neng bandung ki, mungkin termasuk yg buat macet kota Bandung yaa..hehehehe..kunjungan perdana nih mas
Kalau hijrahnya untuk jadi mahasiswa atau pekerja, saya rasa gak masalah. 😀
Yang jadi biang kerok adalah pendatang sementara alias wisatawan musiman. 🙂
Bandung sering dikunjungi karena dari dulu kesannya Bandung tuh adem, sejuk, dan indah…
tapi kayaknya skrg dah nggak beda jauh ya sama kota2 besar lainnya…
masihkah Bandung adem dan sejuk?
sudah naik berapa derajat ya suhu udara di Bandung…?
Kadang Bandung sejuk, Mbak. Tapi sekarang udah gak lagi…. 😦
Bulan juli sempat beberapa kali Bandung teramat dingin. Saya lari pagi bisa melihat uap napas saya. 😀
tinggal di bandung mas???
wuiiih macet banget ya…
Yap, tapi KTP saya masih KTP Surabaya.
ketika nyari pekerjaan ini mereka juga pasti udah memikirkan resiko dari pekerjaan mereka 🙂
Ada benarnya juga. 😐
di tempat tempat wisata pun kayaknya polantas juga yang disuruh jaga, ya biar aja. mereka dibayar pakai pajak yang kita setorkan, hehehe
Saya tetap bersimpati pada mereka…
Gua orang bandung dan gua setuju banget sama tulisan lu.
Kalo lagi masa libur, Bandung bagaikan dikuasai orang luar kota…hiks
Iya, penduduk lokal malah gak berani keluar…. 😦
Sekali ke Bandung pas weekend, naudzubillah…kaya mau bikin mobil bersayap saja tapi aku di Bali sekarang juga terbiasa ama macet di kampung sekarang? Alhamdulillah tak ada macet….kan para pelajar belum balik ke Malang 😀
Oh, Unibraw belum masuk ya? 😀
lho ga pulang ke surabaya mas? wah ga kebayang deh gimana macetnya kalo libur lebaran, waktu hari biasa aja di simpang udah ruwet banget karena pedagang yg luber sampe jalan raya. bahkan dosenku sampe pernah pagi-pagi di kelas nggambar diagram kemacetan simpang,hehe
Hehe, nggak. 😀 Dengan begini saya udah tiga tahun gak lebaran di Surabaya. *bangga* 😆
selain jakarta kota lain jadi pelampiasan…Jogja juga 😦 minal aidzin Bandung 🙂
Iya ya, kata seorang narablog juga gitu, Jogja kena serbu wisatawan juga… 😦
lha ini mungkin pas, dan cocok sekali dengan mas Asop.
kalo nggak salah saya pernah baca, jurusan yg mas Asop ambil adalah planatomi? penataan daerah?
bener nggak ya. 🙄
….planologi, Mas… 😆
Perencanaan Wilayah dan Kota. 🙂
hehehe…. maaf, lupa. 😆
Tak apa, setidaknya saya senang Mas Erwin masih ingat saya. 🙂
Pontianak juga mulai padat. kalau tahun tahun sebelumnya pas lebaran kerasa sepinya karena orang mudik atau para mahasiswa prnambah jumlah kendaraan motor pulang kampung tahun ini lebih terasa rame..
Btw tugas polisi emang berat yak pas lebaran. mudah2an saja mereka gak menebar horor dengan raziah sembarang utk mencari keuntungan ;p
Wah, kalo pas lalu lintas padat seperti sekarang ini kayaknya boro2 bisa menilang. 😆 Istirahat aja mungkin susah…
saya kurang sependapat…kalau dibilang tugas polisi itu berat. Pernyataan ini terlalu meng-generalisasi. Polisi yang mana dulu yang menjadi sentral pembahasan? polisi baik atau polisi jahat?
keadaan lalu lintas di indonesia yang parah serta banyak korupsi dan kolusi dalam institusi penegakkan hukum, memang membuat tugas polisi yang ingin jujur makin sulit.
tapi bagi oknum polisi yang nakal, kondisi lalu lintas yg semrawut justru menguntungkan. tidak berat bagi mereka.
Haha, siapa pula yang meng-generalisasi? 😀 Saya ‘kan membahas Polantas di sini. 😉
Sekali-sekali menghargai polisi (lalu lintas) tak masalah, toh? 😀 Bersimpatilah barang sedikiiiiit saja pada mereka. Tak ada salahnya. 🙂
Sekarang gini deh. Gaji mereka kayaknya gak sebanding dengan keadaan yang harus mereka hadapi tiap hari. Bayangin aja, setiap hari polantas yang bertugas di lapangan menghirup udara kotor, buruk, berdebu. Paru-paru mereka bakal bertahan berapa lama? Dengan gaji kecil, mereka nanti kalau sakit organ pernapasan biaya dari mana? 😦
Jangan samakan pekerjaan Polantas di lapangan dengan polisi2 di pusat (Jakarta). Barangkali benar seperti katamu, kotor penuh KKN. 😐
fotonya kok bisa kayak dari atas gitu sih bang ?
udah jalannya sempit orang-orangnya gg sabaran lagi ya jadi makin nambah macet deh
pak polisi lantas gitu emang berat, kata tanteku gajinya sama aja katanya sih hhehhe
Subang mah lancar aja asal gg ke jalan utama jalur pantura, Purwakarta sepi 😀
Bisa dong, itu saya foto dari atas jembatan. 😉
Itu yang saya permasalahkan, Tir. Gaji mereka kayaknya gak sebanding dengan keadaan yang harus mereka hadapi tiap hari. Bayangin aja, setiap hari polantas yang bertugas di lapangan menghirup udara kotor, buruk, berdebu. Paru-paru mereka bakal bertahan berapa lama? Dengan gaji kecil, mereka nanti kalau sakit organ pernapasan biaya dari mana? 😦
Kasihan, kan? 😦
wah, sepertinya sama dengan kota jakarta ya masalahnya. semoga ditahun2 mendatang cepat teratasi 😀
Tapi Jakarta saat lebaran gini sepi. 😆
dulu beberapa kali saya termasuk pendatang yang ikut membuat sesak kota bandung, yakni saat berlibur dengan anak-anak sekolah. Tapi saat lebaran nggak pernah….
Iya, Pak, jangan ke Bandung pas lebaran. >.<'
ga dimana-mana macet melada ya bang.. ternyata bandung juga, baru tau gue.. abis jarang kebandung sih hehehe 😛
Beeeuh, Enno harus ke sini sekali-sekali… siang2 sumpek, panas, udara berdebu, lengkap dah… 😀
Jangankan di Bandung, di Jayapura aja macet parah.
Nggak lebaran aja udah macet, apalagi menjelang lebaran kemarin.
Waduw,,,jalanan penuh sesak 😀
Dimana2 macet mah, banyak pengendara yang suka parkir seenak udel 😀
Iye, dimana-mana banyak pengendara yang parkir seenaknya sendiri…
ngeliat di berita juga, rata2 pada liburan ke sana ya mas?
kalau di padang mah, g terlalu macet. udah banyak yang ngungsi gara2 takut gempa dan tsunami. hehe
Aih, jangan bilang begitu….
walah bang asop dari bandung… kapan2 kalo saya ke sana. mau tanya tmpat wisata oke ke bang asop ah… 😀
tabah ya bang, itu di berita saya tonton emang bandung lagi crowded bangeeeeet *menepukPunggung*
Saya bukan orang asli Bandung sih… saya orang Surabaya lho. Lahir dan sampe SMA di Surabaya. 😉
Hiks… makasih udah menghibur saya… 😥
loh komenku hilang…. 😥
NGgak hilang, kok. Masuk kotak moderasi. 🙂
Wih…serem juga ya.
Di lombok aja yang macetnya nggak separah di sana, saya udah merinding ngeliatnya.
Dan saya ndk mau ngebayangin kemacetan di sana huhu
Sekali-sekali ngebayangin kemacetan itu bagus, supaya kamu kalo ke sini udah dapet sedikit gambaran. 😆
Di tempatku hanya kota kecil, kayaknya ga sampe macet total. Apalagi rumahku yg terpencil jd aman dr gangguan kemacetan dan polusi hikz
Lho kok pake hikz, Mbak? 😀 Seneng dong, bebas dari kemacetan dan polusi. 😉
test test. Komen ini masuk gak? Kalo masuk, bilang ya mas.
Masuk, kok, maap ya, komentar kamu masuk ke spam. 😀
Komentar aja, gak usah takut hilang, emang orang dari luar wordpress yang baru ke sini selalu dimoderasi dulu komentarnya. 🙂
hehe udah kerasa makin macet ya sop. kalau lagi liburan pulang ke bandung emang enak diem di rumah aja sop, jalan-jalan juga bakalan macet ma orang ‘luar’ 😀
Betul, Bandung dikuasai turis. 😐
asop turis juga donk 😛
Nggak dong… karena saya gak belanja saat liburan. 😛
#Maksa
Saya nggak ke Mojokerto. Saya ke Jember, rumahnya mbah.
Kamu nggak ke Surabaya, Sop?
Wah, Mas Wahyu, saya udah tiga lebaran gak di Surabaya, Mas. Hampir tiga tahun saya gak pulang. 😐
Kayak Bang Toyib dong 👿
Iya nih… 😦
waduh jadi ga enak feb gw, sebagai org jakarta yang menjadikan bandung sbg tujuan wisata. Soalnya di bandung enak sih feb, banyak tempat buat wisata kuliner, tempat belanja trus ngesot dikit ke lembang banyak kebun stoberi. udaranya juga masih lumayan laah….daripada jakarta yang udah high-polluted banget.
Hyahahaha iya nih, dasar orang Jakarta, jangan ke Bandung terus dong! 😆
Wisata kek ke Pulau Tidung, Pulau Seribu, atau ke Ujung Kulon. 😀
Nah, tapi kayaknya gue kalo jadi orang Jakarta juga bakalan pengen keluar dari Jakarta saat liburan. Cuma gue aja yang belum ngerasain penatnya hidup di Jakarta sih…. 😐
gak jauh beda sama di jogja
jalanan padet sama mobil plat B, L, AD, dan H
paling sebel klo liat yg di dalem mobil cuma 1 orang, yg nyopir doang
udah menuh2in badan jalan, nambah polusi, jalannya 20 km/jam, apalagi pake’ plat luar kota
😀
Harusnya ada aturan 3 in 1 kayak di jakarta ya. 😆
Yups.. aku setahun yg lalu ke Bandung dan benar2 crowded. Sumpek banget rasanya.. 😦
Bener, kan? 😐
Ups… kakak iparku (dan keluarganya) adalah pendatang juga di Bandung 🙂
saya aslinya dari di Cimahi, dulu masuk kabupaten bandung.
Sekarang saya kapok ke bandung (dalam kota maksudnya). Pengalaman sebulan lalu, sehabis dari tangkuban perahu, maksa ke ciateul. Apes .. terjebak macet … cet!
Besok-besok, kalaupun mau masuk bandung, saya mesti kontak sohib saya di bandung. Supaya bisa dipandu lewat jalan-jalan tikus 🙂
*ternyata dulu ditujukan untuk kota pemerintahan yaa? wah sepertinya cocok banget ituh
Tuh, kan, keadaan ini bisa membuat kapok orang luar untuk kembali ke Bandung… 🙂
Bener, geuleuh abdi mah..hayang senang-senang ka bandung, kalaka kejebag maced dimamana..
hegh
tapi teuteup, gak kapok..biarpun pelat mobil yang ada cuma B F, B F yang penting mudikkk sekaligus liburan jalan terus!
Hep..Hep..Hep..Hepi LEBARAN!
Hahahaha, kalo gak jakarta ya bogor ya… 😆
iya pernah waktu lebaran 2009 di bandung wuah macet gak karu2an, dan kebanyakan plat nomernya B
tp paling kapok mah di bandung pas buka puasa di punclut gak bs gerak sama sekali sampe harus muter jalan lewatin jurang2 nembus di dago hehehe 😛
Wah, punclut ya? Banyak tempat hiburan malam di sana… 😆
ternyata Bandung sama saja dengan Jakarta~ 🙄
ibukota provinsi kayaknya gak ada yg gak ‘semrawut’ ya~ 😆
Iya, hampir sama…. 😦
Ada. Surabaya tuh, masih lebih baik ketimbang Bandung.
kelihatannya bukan hanya di kota besar macam Bandung saja nih kondisinya macam di atas kang Asop.. di kampung saya menjelang Ramadhan mendadak rame juga, bahkan malam lebaran tiap tahunnya jalan hampir pasti macet.. jadi pingin nyewa pesawat saya nih buat ngatasinya hehehe
minal aidzin kang Asop.. mohon maaf lahir batin ya.. kapan mudik nang Suroboyo rek..?
Nyewa helikopter aja yuk, Kang. 🙂
Enakan heli ketimbang pesawat. 😀
waktu masih penelitian disana, saya juga sering kejebak macet, bahkan di jam-jam pulang kerja, duchhh ampun dech,,,bukan hanya badan yg lelah pikiran juga, salut ma pak polisi yang sabar menjalani tugasnya
To police, salute! 😆
gaakk.. gak.. gak 😀
trotoar direbut pedagang kaki lima..
berati dijajah sop?
ngomong2 emang ente d bandung sop?
sayah juga sering lewat bandung sop..
sambil makan sop
pake kuah sop
di bandung kan banyak peyeum sop..
peyeum bandung kan keras-keras sop..
ga kaya peyeum bogor sop,
pada lembek.
tapi apapun peyeumnya sop.. minumnya tetep kuah sop
(^_^)v piss sop –>> sekali mengudara, tetap mengudara!! MERDEKA!
Hahahaha apaan sih Bang?? 😆 😆 😆
Ini adalah komentar ter-GEJE yang pernah saya dapet, Bang. 😀
Yah gak apa2lah, yang penting komentar. 😆
gw pernah ke bandung dan jalan2 di sana sempit2 yah? kayak kota kecil,,,, sorry
Lho, ngapain minta maap? Emang bener kalee Bandung itu kecil! Cuma setengah dari Surabaya! 😀
polisinya mejeng
Lumayan, kena jepret kamera saya.
Kalau lihat tugas polantas yang bertanggung jawab saya jadi merasa sangat berterima kasih kepada mereka. tapi kalau pas kena tilang jadi sebal sekali 🙂
Lho, kalau kena tilangnya karena benar2 Mas Arif salah, mengapa sebal? 😆
di jember biasanya juga rame,, mobil2 plat luar kota seliweran,, tapi semacet2nya ga bakal semacet bandung dan kota besar lainnya
Nah, itu dia enaknya kota yang gak terlalu rame… 😀
tempat saya polantas tugasnya duduk doank, dan nilang orang…. heheeieieihei
Yaaa ‘kan medannya beda, Mas… 😐
Barangkali di tempat Mas Gusti lalu lintasnya gak padat.
Ditempatku pak polantes wonge sugih-sugih…
Apa ada kaitan langsung dengan beratnya tugas sebagai polantas ya?
Moso’ se, Pak? 😕
Lha kalo udah kaya ngapain jadi Polantas yang harus berpeluh dan mengisap udara kotor di jalan? 😎
macet sekarang di mana-mana. dunia ini sedang macet. segala-galanya macet. otak juga macet
Wah, jangan sampe peredaran darah juga macet. 😆
sepertinya kejadian ini sama dengan kota Malang. makanya belakangan aku jadi rada’ males di Malang. soalnya makin banyak aja orangnya, lahan kosong makin kecil, jalanan sempit, n bla bla bla.
Wah, di Malang juga udah rame? 😯
waaahhh..berat yah kang di Bandung…kalo pas lebaran enaknya di Jakartaaa….
lapaaaaangg…hahahaha…pas hari H sempet macet juga, tapi beberapa ruas malah kosong….
sabar yah kang… bagaimanapun parahnya, tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan lebih terasa nyaman *pendapatsayasendirilohhh…hehehe
salam….
mohon maaf lahir dan batin
Iya, di Jakarta malah lengang… 😐
Makasih ya, udah menghibur saya… 😐
di Cilacap juga macet. Pantainya penuh sesak pasca lebaran….
Pas hari H nya malah lowong, bisa tidur2an di jalan malah kalau mau. heehehee
Jiahahahaha awas ketabrak. 😀
Perasaan Bandung emang dah macet sebelum liburan deh.
Dulu kansaya PKL di Bandung, suka males kemana2 karena macetnya separah drpd Jakarta
Kalo Bandung itu macetnya pas akhir minggu. 🙂
Sama mas, di Jogja juga macet sekali. Bahkan jalur masuk ke Jogja juga padat merayap. Lampu lalu lintas banyak yang tidak berfungsi meski masih nyala dengan baik, tapi polisi menggantikan tugasnya untuk mengatur sesuai dengan tingkat kepadatannya
Oh oh…. bagaimana ini Jogja..? 😦
hm…diserbunya bandung oleh ‘orang luar’ bukannya mendatangkan income juga buat warga bandung? hehe…
Itu sih bagi yang berdagang aja…
Kalo karyawan gimana?
Hal seperti itulah yang terjadi setiap memasuki tahun baru di Bali. Tapi kalau lebaran, Bali lumayan lebih lengang. Kalau Bali adalah perahu, mungkin sudah lebih mengapung saat lebaran. “Meledaknya” jumlah kendaraan pribadi adalah biang kerok masalah ini. Walaupun dibuatkan jalan selebar apapun, tetap saja masalah ini terjadi. Sepertinya pemerintah harus membuat kebijakan yang ekstrim untuk membatasi kendaraan pribadi.
Betul, Mas. Saya juga pernah berpikir demikian. Bagaimana kalo pemerintah berani mengeluarkan pembatasan jumlah kendaraan pribadi. 😡
Tapi pastinya industri kendaraan bermotor akan protes dan mengeluarkan berbagai macam alasan bantahan. 😡
Sama kayak blog ini, mau koment aja scrollnya harus 20 kali… hahahaha…
kebanyakan pengunjung nih,:D
Oh tidak, ini biasa saja. 😳
what? halaman sejangkung ini masih terbilang biasa? hebat!
😀
Kamu belum lihat laman “Tentang Saia” atau “Tinggalkan Jejak” di atas sih.. 🙂
Coba klik sana, dan lihat berapa banyak komentar yang ada. 🙂
Lha mau gimana lagi, masih untung pak polisinya ngatur-ngatur jalan. Coba kalau pak polisinya ikutan belanja di Mall itu, bisa macet total 5 hari berturut-turut.
….iya, lalu?
mas Asop ini orang Bandung apa Surabaya?
wah ya bener pas lebaran kemarin saya berkunjung ke Bandung, macet nya itu menurut saya karena kebanyakan angkot.. beh…
Mas Nico gak baca laman “about” saya ya? 😦
Saya lahir dan sampe SMA di Surabaya. Saya memang menetap sementara di Bandung tapi saya tetap cinta Surabaya. Saya rindu Surabayaaa! 😀
aman aman saja
seperti biasa jalur pantura selalu ramai oleh kendaraan
kemarin minggu sempet ke bandung dan ternyata emang banyak kemacetan
yang sabar yah hehehe
Bandung sungguh menyebalkan. 😡
Jadi ingat waktu dulu tinggal di Bandung. Tiap wiken atau liburan pasti malas keluar! Keluar cuma dapat emosi aja soalnya jalanan macet dan susah dapet parkir di tempat tujuan! hehehe 😀
Itu dulu ya, Bang. 😐
Sekarang udah agak berkurang kemacetan pas wiken-nya. Tapi masih tetep bikin emosi sih… 👿
Bener kata lagu: Bandung heuring ku tangtung. Lieur ningali macet dimana-mana…
… itu bahasa artinya apa??
secara mengejutkan Kota Ambon juga mengalami masalah yang sama..
Macet yang menjengkelkan yang diperparah dengan hujan yang nggak kenal waktu istirahat *eh
Wah, di Ambon sering turun hujan? Beda sama sini…
klo saya di Semarang paling parah daerah Selatan (Banyumanik) dan utara (dekat pelabuhan Tanjung Mas)
maklum dua daerah itu sering tempat transit dari luar kota.
saya ga permasalahin yg daerah utara (karena ga pernah kesana, saya tinggal di Selatan :mrgreen:). Tp waduh klo uda ke Banyumanik masyaAllah banget 😦
Ternyata hampir semua kota besar sama ya… 😀
Tapi siapa tahu tingkat kepadatan macetnya sana sama Bandung sini beda… 🙂
Bandung sekarang sudah sama dengan kota besar lain di Indonesia, kena penyakit macet, macet & macet.
Sama seperti Semarang & Jogja…
Apalagi Jakarta 😀
Wah Pak, jakarta jangan ditanya lagi, Pak… tiap hari itu…
sona ka bandung dei… segera ke bandung.
Ayo Mas, saya tunggu. 😉
Betul-betul!
Kebetulan lebaran kemarin saya pulang ke Bandung, tepatnya di daerah Ciumbuleuit. Mau keluar sudah dihadapkan dengan Persimpangan Jalan Babakan Siliwangi dan Cihampelas yang keadaannya cukup menyesakkan jiwa raga : MACET
Oooooooh, PR di Ciumbuleuit?? 😀 😀
Rumah saya di deket Cihampelas.
Betul kan? Bandung saat libur lebaran sungguh menyesakkan. 😐
Heu… Emang. Aku aja nggak berani ke Bandung kalo liburan tiba. Kecuali kalo penting banget.
Keputusan bijak.
makanya perbaiki transportasi, bikin monorel, kereta cepat, dll. intinya jgn membuat situasi rakyat lebih senang beli dan pakai kendaraan pribadi
Betul. Sepakat. 😡
Temen saya yg di Bandung malah seringkali liburan ke Jakarta saat musim liburan, termasuk Lebaran kemarin.
Salam
Oh itu bagus, soalnya Jakarta lengang, jadi bisa berbaring di jalan… 😀
kelihatannya problem kemacetan sudh melanda semua wilayah, bahkan desa saya yg dulunya sepi sekarang jd ramai dg kendaraan.
kira2 jalannya yg kesempitan atau pemakai jalan yg overload ya? hehe
salam kenal.. 🙂
Kayaknya kendaraan yang overload. 😦
iya sekarang padatnya Bandung bersaing sama Jakarta. semrawut bener kalo ke Bandung. Tapi……harus saya akui daya tarik Bandung emang bikin pendatang betaaaaaaaaah banget *saya* sebut saja daerah Dago atau Cihampelas. Belum lagi Gasibu tiap weekend pagi 😀
duh, entah kenapa bandung itu ngangenin dan susah rasanya kalo ninggalin Bandung 😀
oiya Mohon maaf lahir batin ya kak asop, kesempatan tinggal di Bandung jangan disia2kan
Wah buat saya yang susah buat ditinggalin itu Surabaya. 😆
Nggak lebaran aja Bandung macetnya ampun-ampun. Tapi yang milih berwisata ke Bandung, mungkin sudah mempertimbangkan macetnya ya… 😀
hehehe saya juga salah satu yang terkadang kabur ke Bandung
maafkan jika membuat kotamu jadi penuh 🙂
jangankan kota Bandung-nya, di pinggiran kayak tempat saya aja kalo liburan bisa macet kok .. hiks, bener2 males ke luar rumah …
Wauw, kemacetan sudah merambat sampai ke pinggir-pinggir. 😦
lebaran kemarin saya berkesempatan kebandung.. walaaah macet dimana2 sop…
sepertinya macet jakarta lagi dipindahin ke bandung saat lebaran ya..
Whoooo Mas Koes ke sini? 😀
Polisi Bandung bisa minta bantuan Polisi Jakarta. Jakarta pas hari lebaran kan sepi. Jadi tidak perlu ditungguin. Hehehehe.
Hebat. Itu ide yang gak pernah terpikirkan oleh saya. 😯
Itu nomor mobil D semua berarti pemililnya urang Bandung.
Serba salah ya…saat Cipularang ditutup karena ambles, Pemda Bandung protes karena wisatawan tak datang ke Bandung, FO sepi, hotel sepi..padahal sebelum Tol Cipularang, orang bisa lewat jalur Puncak, atau Purwakarta.
Saya kalau ke Bandung cuma nengok rumah, males kemana-mana.
Iya Bu, serba salah. Ahahaha~ 😆
Itu yang di foto hanya ilustrasi saja, Bu, kalo yang sebenarnya, bermacam-macam plat nomor ada di Bandung. Dari L ada, AB, AD, Z, BE, BM, bahkan dari kalimantan saya pernah lihat juga ada. 😀
Penduduk Bandung (yang punya rumah di Bandung atau yang menetap sementara) pasti malas ke luar rumah saat libur lebaran seperti ini, kecuali untuk urusan yang benar-benar mendesak dan darurat. Sebelum lebaran mereka pasti nge-stock makanan banyak-banyak di rumah supaya nggak harus beli makanan di luar saat Bandung diserbu “orang asing”.
>> ekstrim banget ya Bandung? aku baru tau kalo tnyata size kotanya cm 1/2 kota Surabaya. haloooo? buset, turis domestik yg ke bandung dari jakarta aja udah segitu banyaknyaaa…. apalagi dari kota2 lain. makanya, aku rencana, kalo one day liburan ke bandung mah ya hayuk pas tengah minggu aja, senin-kamis gitu.
dan itupun bukan pas musim liburan, hehehe….
Iya Mbak, luas kota Surabaya beberapa tahun yg lalu itu sekitar 13ribu hektar. Sedangkan di waktu yg sama Bandung “cuma” 6000 hektar. Entah sekarang berapa luasnya, pasti bertambah. 😐
Bener banget, kalo mau enak leluasa jalan di Bandung, mending hari kerja. 🙂
sy salut pd polisi kalau pas lebaran saja Sop 😀
mungkin di Bandung perlu sedikit dibikin sistem lalu lintas tersentral kayak di Solo.
sehingga lampu lalu lintas bisa diatur dr jarak jauh.
Nah itu dia, di Bandung sini lampu stopan sering mati, dan yang mati ya lampu yang di situ-situuuu aja, jadi kayak langganan mati gitu Mas! Ck ck ck… 😡
Menurut saya sepadan sih pekerjaan Polisi, kalau melihat polisi di gambar tersebut kayaknya santai saja. Saya sudah melihat kelakuan polisi yang tugas di jalanan dan di kantornya, sungguh … sangat terlalu untuk diceritakan.
Ya elah, jangan disamain yang di kantor dengan yang di gambar dong. 😡
Yang ada di gambar atas mah cuma ilustrasi, bukan saat macet lebaran. Belum lihat sih betapa ruwetnya Bandung… 😦
dulu pertama denger kata bandung, adem tentram nyaman pokoknya suasana hunian yang asoy, eh setelah baca ini postingan ternyata bandung tidak jauh berbeda dengan jakarta.
😦
Iya, jangan ke Bandung ya. 👿
hehehe, saya termasuk yang menyerbu bandung waktu lebaran kemaren dong, kan mudiknya ke sana 😆
Waaaaah kalo memang mudik ke sini sih saya rasa gak masalah… 😐
Jadi masalah kalo ke Bandung hanya untuk wisata belanja. 😡
semoga profesionalitas polantas semakin baik dengan adanya perekrutan yg baik di kepolisian…..
🙂
Semoga. 🙂
Kalau boleh cerita sedikit, kota Medan pun sekarang sudah mulai padat jalanannya.
Bukan mau menyalahkan tingginya laju pertambahan kendaraan bermotor, karena itu sudah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tapi saya mau tunjuk kondisi yang mirip dengan Bandung, yaitu
Disini yang jadi penyakit (atau yang sering bikin saya kesal) adalah parkir yang menggunakan badan jalan. Tentunya ruas jalan jadi tidak selapang rancangannya..
Toh BPP gak keberatan sepertinya, terlihat dari selalu tersedianya Juru Parkir di setiap titik kemacetan.
Bang, BPP itu apa ya?
mungkin masalah tata kotanya perlu diperhatikan lagi, ya…
perlu ruang2 yang harus diperluas… karena.. toh semakin lama.. penduduk Indonesia akan bertambah, ya…
Benar sekali. 😐
Ntuh Pak Pol, Posenya aduhai bo’ :p
Aduhai…. gimana? 😆