Waktu sudah memasuki tengah hari. Matahari telah meninggi di atas langit. Saatnya sholat Dzuhur, pikir Rami. Setelah menikmati berbagai macam jamuan dan acara di kampusnya sejak pagi, Rami belum sempat beristirahat sejenakpun. Setelah acara pelepasan di gedung sekolahnya, ia langsung mengikuti berbagai macam pertemuan yang diselenggarakan organisasi yang dipimpinnya. Saat ini, Rami berada di sebuah restoran, tempat ia sedang ditraktir oleh salah seorang kawannya. Rami ingin sekalian beristirahat sehabis sholat dzuhur, cukuplah dengan menyelonjorkan kaki dan berbaring sebentar sambil menunggu makanan jadi.
Rami bergerak menuju musholla. Letak musholla itu berada di ujung belakang bangunan restoran. Kalau tak teliti melihat papan penunjuk arah, tak akan terlihat. Koridor menuju musholla tersebut terlihat dari ruang utama restoran, bersih dan terang oleh lampu. Tak terlihat seorangpun ketika Rami berjalan di sana. Terlihat jelas musholla itu, berada berhadapan dengan tempat wudhu.
Ketika membasuh tangannya di tempat wudhu itu, tanpa disengaja Rami menoleh ke belakang, ke arah musholla. Sepintas tadi ia merasakan sedikit perasaan tak enak. Terlihat karpet hijau yang menutupi seluruh lantai musholla. Namun, samar-samar, terlihat sesuatu di atas karpet tersebut. Tak terlihat jelas, karena keadaan musholla yang gelap. Lampunya tak menyala, hanya diterangi oleh sedikit cahaya dari koridor.
Benda yang dilihat Rami memang tak jelas, namun Rami yakin itu adalah benda yang cukup besar. Perlahan ia mematikan air keran, dan meninggalkan tempat wudhu dalam kesuniyan. Pelan-pelan ia berjalan ke arah musholla, berusaha tak mengeluarkan suara langkah kaki telanjangnya. Semakin dekat dia dengan pintu musholla, semakin tampak jelas apa benda yang tergeletak itu. Kaki. Kaki seseorang. Bagian paha dan betis. Rami melihatnya.
Apakah itu orang yang sedang tidur? Siapa orang yang tidur di musholla restoran besar macam begini?
Benak Rami bertanya-tanya. Dia tak akan heran jika saja ini adalah masjid atau musholla di sebuah pusat perbelanjaan. Banyak orang tidur-tiduran di sana tak mengherankan. Tetapi, ini restoran. Lagipula, perasaan tak enak apa ini? Sebuah perasaan yang mengganjal sejak Rami mendekati musholla sebelum ber-wudhu tadi. Ada yang tak beres di sini.
Rami memberanikan diri melongok masuk ke musholla. Bagian lain tubuh manusia itu terlihat. Tubuh seorang laki-laki tergeletak, dengan posisi miring ke kanan persis seperti orang tertidur. Tangan kanan pria itu menumpu kepalanya, dan tangan kirinya berada di belakang punggung. Tak akan ada yang tahu bahwa laki-laki itu telah meninggal kalau saja Rami tak melihat matanya yang terbelalak terbuka. Dari mulutnya keluar busa, dan dari hidungnya terlihat sedikit darah mengering.
Mayat. Pria ini tewas. Rami bingung, apa yang harus dilakukannya?
******
Sudah selesai. Begini saja kisahnya. Saya sendiri bingung mau melanjutkan seperti apa. Tahu-tahu saja saya dapat inspirasi ketika saya sholat di sebuah restoran beberapa waktu lalu. Suasananya mendukung sekali, dengan pencahayaan musholla yang buruk. Suasana gelap memuramkan suasana. 😆
———————————————————————————————————————————————————————
Makanya, besok percobaan dulu, biar tahu apa selanjutnya 😀 #joke.
Sengajaaaa gini biar bisa dilanjutin ama narablog sekalian
serem sop klo bukan fiksi..bakal jadi trauma ngeliat org tiduran di mushola 😀
….bisa jadi ya…
wah susah juga kalau seandainya ada mayat tergeletak di Musholla lage malah dikira orang tiduran
Nah itu dia, bener2 gak nyangka kalo orang itu udah jadi mayat.
hahaha, menggantung sekali ending-nya Sop; jadi penasaran sama lanjutannya, hahaha 😛
Bang Zilko lanjutin dong!
Rami, sudah sholat isya belumsudah malamnih 🙂
Hehehe itu setting-nya pas solat…. hmmmm.. eh tunggu, saya lupa, ashar apa maghrib ya?
Wow… pembunuhan dengan setting mushalla. Unik banget bro 🙂
Mas Iman lanjutin dong.
yah si asop.. endingnya menggantung
Sengajaaaaa 😆
Silakan Amel aja yang ngelanjutin. 😉
hahha……asyik dibacaaaaaaa………
Syukurlah kalo Yisha menikmatinya.
Kalo disambung lagi ceritanya,,bisa dijadikan cerpen atau novel sekalian 😀
Nah, tapi saya emang ga minat ngelanjutin. Zalzzz mau coba lanjutin?
Agak mudah ditebak sih kalau ternyata itu orang meninggal. Tapi awalnya agak bingung masak iya ada mayat di musholla restoran. Harusnya musholla kampung.
Sebenernya akan bagus jika saat menyebut “meninggal” diganti dengan deskripsi apa gitu.
HAHAHAHAHA. *sok tahu* *padahal juga gak bisa nulis fiksi* *nulis blog juga jelek*
Tapi bagusss koqq. Lucu juga ada fiksi pendek di blog. lanjutkan tweeps 😀
Whooohoooo Mas Rusa bener! Ini adalah fiksi pendek! Teramat pendek!
me want more… me want more.. :))
Maap yaaaa kalo mau Septia terusin ajaaaaa
kalau jadi rami saya pasti langsung kabur dan teriak “adaaa mayat…………….”
Itu akan membuat panik para pengunjung restoran.
anda kreatif….. ^^
Bang NUel juga.
ayo bikin cerita detektif.
Ayo Yu, kamu lanjutin ini.
yang harus dilakukanya adalh memangil polisi 😀
Perlukah memberitahu pengunjung restoran yang lain?
ih…. nggantung banget… kayak makan tanpa diakhiri minum… huargh…
Hahahahaha silakan Sakti aja yang ngelanjutin
waduhh,. parahh abngett tuu ceritanyaa, pi kreatif abis gann
Syukurlah kalo situ menikmati.
duuuh ada mayatnya itu loh… tidaaaaak
Gak ada genangan darah kok, Bang
ceritanya horror juga nich… 😀
Bukan horror. Ini thriller.
maksudnya thriller yang horror lho…. 🙂
Kalo gitu genre-nya thriller-horror. 😆
ok dech sob…..
sukses yach !
musolanya horor, khusyuk gak yaa kalo saya sholat disitu 😆
ini kayaknya efek buku2 yg kang Asop baca deh, makanya ngeliat setting yg ‘beda’ dikit, langsung kebayang yg thriller2an gitu 😛
Hehehe bener banget, saya terpengaruh novel thriller.
woh…. suasananya mencengkam tuch mas…… untuk si rami kagak tereak gara-gara ketakutan…. 😀
Rami memang orangnya mampu berpikir jernih.
hayo donk terusin lagi.. 😀
Silakan Mbak aja yang nerusin jika berkenan.
aaahhh… akhirnya berkunjung disini lagi sop… senangnya 😀
bagus deh sop ceritanya.. suka.. terlihat simple tapi tujuannya gena 🙂
Aku udah lama gak BW
jiah, endingnya bikin penasaran aja, ayolah.. 😀
Silakan kamu aja yang lanjutin.
inspirasinya dateng pas lagi solat, ya om? khusyuk ga tuh solatnya 😛
Hehe, bukan dong, dapetnya pas habis sholat. Saya ‘kan ga langsung pergi keluar musholla, duduk dulu bentar, mengamati keadaan musholla yang gelap dan suram, dan akhirnya dapat lah ide ini.