[Fiksi] Dunia Lain

Aku sedang berpikir keras. Aku sedang mengingat saat-saat terakhir hidupku. Biarkan aku berpikir.

Ah! Aku ingat sekarang! Waktu itu, sesosok makhluk muncul begitu saja di depanku. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu saja dia muncul!

Aku sedang mengendarai mobil di tengah hujan deras. Jarak pandang tak terlalu jauh. Lalu, makhluk itu muncul di tengah jalan! Entah makhluk apa itu, aku tak bisa mengingatnya. Menghindari makhluk itu, aku banting setir ke kanan, ban mobilku selip, dan entah bagaimana kejadiannya, mobilku terbalik. Terbalik berkali-kali, aku terguncang-guncang di dalamnya, merasakan tubuhku remuk redam.

Aku tak ingat lagi apa yang terjadi. Hanya perasaan kaget sesaat sebelum kecelakaan itu yang aku ingat. Sesudah itu, gelap. Hanya gelap. Aku tak bisa merasakan tubuhku. Aku tak bisa merasakan degup jantungku. Aku bahkan tak tahu apa aku bernafas atau tidak.

Aku tak bisa merasakan waktu. Hampa. Tak berada. Diriku tak berwujud, terombang-ambing dalam kegelapan dan kehampaan.

Pasrah. Aku pasrah. Sebuah kepasrahan total. Terserah kegelapan itu mau membawaku ke mana.

Kemudian, ada cahaya itu. Ya, ada seberkas cahaya biru di kejauhan. Titik cahaya itu memanjang, mengulur lurus ke arahku. Aku, dalam wujudku yang tak berwujud, mendekati cahaya itu. Mungkin aku salah mengira, mungkin saja aku yang mendekat, atau cahaya itu yang mendekatiku.

Aku seperti masuk ke dalam inti cahaya itu. Tak terasa apa-apa. Semua menjadi terang, dari biru perlahan menjadi putih. Kegelapan berganti menjadi terang. Namun, tetap saja sunyi. Aku masih tak bisa merasakan wujud dan bentukku.

Lalu, aku mulai bisa melihat deretan-deretan gambar yang mendekat ke arahku. Gambar-gambar itu semakin dekat, semakin jelas aku melihatnya. Butuh waktu yang lama —itupun kalau memang benar aku merasakan aliran waktu— untuk aku bisa menyadari bahwa itu adalah rekaman kehidupanku, rekaman masa laluku.

Tapi aneh, rekaman kehidupanku itu hanya bisa aku ingat samar-samar. Aku sendiri tak terlalu ingat apa pekerjaanku. Aku tak ingat apakah aku memiliki sanak saudara atau tidak. Ingatanku seperti telah dikeluarkan dari dalam otakku.

Proses dalam ruang ini berlangsung entah berapa lama. Seperti yang aku katakan tadi, aku tak bisa merasakan waktu, ruang, dan wujudku. Alur gambar-gambar itu terus saja melaju melewatiku, hingga sampailah aku di ujung deretan gambar. Sebuah bingkai pigura ada di sana. Aku terhisap ke dalamnya, mulai terasa ada tekanan pada diriku.

Bayangkan, perasaan seperti di dalam pesawat —sebagai penumpang, ketika pesawat akan lepas landas. Tubuh terasa seperti tertarik ke belakang. Seperti itulah rasanya tekanan itu. Hanya saja, tekanan yang aku rasakan ini berkali-kali lipat lebih keras daripada itu.

Begitu sadar, aku sedang terbaring di sebuah kamar. Di sinilah aku berada sekarang. Aku bisa merasakan lagi tubuhku, aku merasakan udara mengalir ke dalam hidung dan paru-paruku, dan aku bisa merasakan detak jantungku dalam kesunyian ini.

Ya, masih sunyi, tak ada bunyi apapun. Tak ada apapun di ruangan ini kecuali ranjang tempat aku berbaring. Semua serba putih. Dinding putih dan ranjang putih. Tak tampak pula pintu dan jendela. Semua polos.

Sunyi. Aku tak bisa bicara. Tanganku yang bisa kugerakkan, kucoba menyentuh mulutku. Aneh, aku tak menyentuh apa-apa. Tanganku menembus rahang.

Semua yang aku katakan tadi hanya ada di dalam pikiranku. Semua yang aku katakan tadi adalah semua yang bisa aku ingat sejauh ini. Aku masih tak ingat siapa namaku. Aku tak ingat kehidupanku sebelum ini. Aku pun tak tahu apa alasan aku berada di sini dan mengapa aku mesti di sini.

Terjebak dalam kesunyian, dunia tanpa suara. Sampai kapan aku berada di sini?

*****

Ini cerita tentang apa yaa??

———————————————————————————————————————————————————–

Seluruh terbitan ini beserta gambar-gambarnya sangat dilindungi, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

158 Comments

  1. tentang dunia lain!!! tentang mimpi!!! tentang alam bawah sadar manusia *sok tau banget aku. hahah..
    jadi, tentang apa Asop??? 😛

    Reply

  2. kereeen om ceritanya..deg-degan bacanya, kalo saya baca ini kayak…kayak..kayak apa ya? saya juga nggak tau je..

    Reply

  3. hahaha, bener kayak komen diatas sop, mungkin ini pengaruh dari novel2 yang sering kamu baca.. tapi dhe suka dengan fiksinya, jadi sedikit tegang ketika baca alur ceritanya.. weee, asop mulai merambah dunia fiksi ternyata.. sukses yaa sop 😉

    Reply

  4. jadi ceritanya lupa ingatan nih Sop? haduuh tapi gak lupa saya kan?? #halaahh 😀

    Ayo Sop, menulis fiksi yang banyak lagi. 😉

    Reply

  5. tentang apa ya? Tentang orang yang baru saja kecelakaan dan nggak sadarkan diri?? Dan ini adalah proses yang dihasilkan otaknya selama ia tidak sadar itu?? hahaha 😛

    Anyway, keren nih ceritanya 😛

    Reply

  6. Sooooop…
    tumben dramatis gini euy…
    pasti lagi naksir cewek yah!!!*nuduh*

    Besok eyke dateng bareng ama Nchie yaaaa…
    sekitar jam 1 an lah…
    mudah2an gak ujan deh…
    see you soon…

    Reply

  7. thriller, suspense, misteri. ketiganya ditautkan sempurna di fiksi bebas di atas. tapi, di akhir, kurang mengejutkan sebab ketegangannya sudah ditebarkan di awal dan di tengah.

    Reply

  8. bisa jadi seperti itu ya apa yg dialami seseorang setelah kecelakaan (dan mgkn koma)… eniwei, memang makhluk itu nggak bisa mencelakakan manusia tapi bisa menyebabkan kecelakaan.. ini kata temanku yg bisa melihat.. wallahu’alam

    Reply

  9. saya baca bolak balik tiga kali…. ooouuww ternyata ini tulisan tentang kisah kasih dua insan yah #lho?

    Reply

  10. Asop ternyata ointer bikin fiksi, heee

    Suka dech…aku juga ada yang serupa tapi tak sama ya..beda,,,kalau gak salah nie orang ada dalam keadaan MDE (something alike, dech..:D) jadi dalam keadaan dia lepas dari jiwanya..aku dulu (8 th yang lalu) pernah bikin penelitian sendiri tentang apa yang di lihat and dirasaka orang dalam keadaan pingsan, koma atau mati suri…

    Dua jempol ye, jujur akusuka banget fiksi dengangenre beginian…..

    Reply

Leave a comment