[Buku] The Vanished Man: Si Perapal

Saatnya membahas buku lagi. :mrgreen: Ini adalah novel ber-genre thriller-crime. Yeah, kesukaan saya. 😀 Buku ini adalah buku karangan Jeffery Deaver yang pertama saya baca. Saya bener-bener belum kenal Jeffery Deaver —yang ternyata adalah maestro novel thriller— dan belum pernah baca hasil karyanya. Dan asal tahu saja, saya membeli buku ini hanya karena sebuah kebetulan. Saat itu (tahun 2011 sekitar awal bulan desember) di Togamas Bandung, saya lagi diburu waktu. Teman saya sudah minta dijemput —untuk suatu urusan— padahal saya belum selesai memilih buku. Dan entah mengapa, begitu saya tarik buku The Vanished Man ini dari raknya, dan saya baca rangkuman cerita di sampul belakang, saya langsung tertarik. Saya tertarik karena model pembunuhannya seperti sulap. Ya, sang pelaku kejahatan adalah pesulap. 😀

Sebelum itu, saya laporan dulu…

Sebagai laporan, dua buku yang saya bahas di posting-an terdahulu, novel fantasi Incarceron dan novel thriller-crime 18 Seconds sudah selesai saya baca sejak lama. Sesuai dugaan dan ekspektasi saya, kedua buku itu tidak mengecewakan (silakan simak posting-an tersebut untuk membaca ulasan saya). Di luar dugaan, Incarceron ternyata ringan dan mudah untuk diikuti. Tak perlu terlalu rumit berimajinasi membayangkan setting dan latar belakangnya. Tetapi, meski saya bilang mudah diikuti dan ringan, bukan berarti Incarceron karangan Catherine Fisher ini tidak layak dibeli. 😀 Plot ceritanya unik, lain dari novel fantasi yang selama ini saya baca, meskipun menurut saya akhir ceritanya terlalu menggantung membuat saya penasaran. Dan saya merasa Incarceron terlalu cepat selesai alias masih bisa dilanjutkan ke buku kedua —kalau memang penulisnya ingin. 😐

Mari masuk ke dalam bahasan buku…

Setelah saya cari info, ternyata Jeffery Deaver begitu terkenal. Karya-karyanya banyak, ber-genre fiksi misteri, crime, dan thriller. Tentu saja artinya berkisar di antara kejahatan, detektif, dan forensik. Salah satu bukunya, serial novel yang bertokoh utama Lincoln Rhyme (Lincoln Rhyme Series), adalah buku ini. Terbit di tahun 2003 dan merupakan buku kelima dari seri Lincoln Rhyme.

Seperti yang di atas tadi saya sebut, Lincoln Rhyme sang tokoh utama ialah seorang mantan polisi yang saat ini bekerja sebagai konsultan forensik untuk Kepolisian New York. Tak sendirian, ada tokoh utama lain yang berperan cukup dominan.  Adalah Amelia Sachs, seorang opsir polisi wanita yang bertugas di divisi kejahatan anak-anak sebagai rekan sekaligus kekasih Rhyme. Sebelum keluar dari kepolisian, Rhyme adalah seorang polisi yang hebat. Namun kecelakaan di lokasi TKP membuatnya menderita Tetraplegia, atau nama lainnya Quadriplegia, kelumpuhan dari bagian leher ke bawah. Hanya satu jari dan kepalanya yang masih bisa aktif. Kehidupannya hanya di atas kasur dan di kursi roda. 😐

Semua deskripsi di atas saya dapat dari film The Bone Collector (1999). :mrgreen: Buku pertama serial Lincoln Rhyme tersebut telah di-film-kan. Lincoln Ryhme diperankan oleh Denzel Washington (salah satu aktor favorit saya) dan Amelia Sachs diperankan oleh Angelina Jolie. Dalam film itu nama belakang Amelia masih Donaghy. Entah karena apa.

Lincoln Rhyme dan Amelia Sachs

Berkat film itulah, saya jadi bisa lebih mudah membayangkan rupa para tokoh, setting tempat tinggal sekaligus kantor Rhyme, setting kota New York, juga mengenai penyakit yang diderita Rhyme.

Saya rasa miriplah kedua orang ini seperti Sherlock Holmes dan John Watson. :mrgreen:  Rhyme sebagai Holmes, dan Sachs sebagai Watson. Bedanya, Holmes bertubuh sempurna dan jago bela diri, sedangkan Rhyme hanya bisa mengandalkan tim konsultannya dan otaknya. 🙂

Sedikit jalan cerita….

Dunia sulap. Hebat sekali. Itulah yang saya rasakan dari membaca buku ini. Cerita pembunuhan dalam cerita ini berhubungan dengan trik sulap, dan benar bahwa sang tokoh antagonis adalah seorang pesulap. Semua pembunuhan yang dilakukan oleh sang pelaku meniru trik sulap terkenal zaman dulu.

Korban pertama, seorang wanita muda murid sekolah musik, ditemukan tewas di aula besar sekolah musik tempat ia belajar. Posisi tubuhnya meniru trik sulap pelolosan diri milik Houdini. Kedua tangan terborgol di belakang punggung, leher tercekik oleh tali dan menyambung ke kedua kaki yang terikat. Trik ini disebut Lazy Hangman. Jam tangan korban rusak dan berhenti tepat menunjukkan waktu tepat pukul 08.00. Saat korban ditemukan oleh dua polisi muda yang sedang berpatroli, sang pelaku yang bernama samaran Malerick terlihat di samping tubuh korban. Sang pelaku —disebut si perapal atau the conjurer oleh Rhyme— lalu menutup kedua pintu menuju aula tersebut, dan menguncinya. Saat kedua polisi tadi akan menerjang masuk ke dalam, terdengar suara letusan keras, letusan senjata api. Dikira sang pelaku bunuh diri, saat kedua polisi itu masuk, ruangan telah kosong. Hanya ada mayat sang wanita muda. Lagi-lagi, pelolosan diri ini meniru trik sulap bernama The Vanished Man. Tak hanya itu, diyakini si perapal menggunakan trik sulap protean atau berganti samaran dengan cepat untuk meloloskan diri.

Rekan Rhyme, seorang Sersan Polisi, Lon Sellitto, memberitahu Rhyme kasus ini. Kebetulan, Sachs yang baru saja mengikuti ujian lapangan untuk menjadi sersan bisa menuju langsung ke lokasi TKP. Penyelidikan forensik yang Sachs lakukan berujung pada penelusuran borgol yang digunakan dalam pembunuhan tadi. Borgol tersebut bukan borgol biasa, melainkan borgol khusus sulap. Di sebuah toko sulap, Sachs bertemu dengan Kara, seorang wanita pesulap ilusionis profesional yang juga masih seorang murid. Pada akhirnya, setelah Kara menjelaskan berbagai trik sulap yang dilakukan oleh si perapal tadi, Kara bersedia membantu Rhyme dan kawan-kawan untuk mengungkap kasus ini.

Kemudian pada hari yang sama, jatuh korban kedua. Kali ini ialah seorang pria, penata rias dan rambut di teater broadway, ditemukan tewas di apartemennya. Tubuhnya telentang di meja, tangan dan kaki terpentang, terikat ke kaki meja. Perutnya digergaji hingga ke tulang punggung. Jam tangan korban juga rusak dan tepat menunjukkan pukul 12.00. Menurut Kara, posisi tubuh itu adalah trik sulap juga, sulap lawas seratus tahun lalu bernama Sawing a Woman in Half —Menggergaji Wanita Menjadi Dua— oleh pesulap P.T. Selbit. Sebenarnya sang korban ini sempat kabur dari luar apatemennya (tempat ia disergap oleh Malerick) menuju ke dalam dan menelepon polisi. Namun dengan hebatnya Malerick mampu membuka kunci pintu apartemen dengan cepat dan akhirnya membunuh korban. Saat polisi datang ke apartemen korban, tepat saat Malerick akan kabur, Malerick lagi-lagi melakukan trik protean-nya untuk mengecoh polisi.

Melihat kesamaan kerusakan jam tangan pada kedua korban, polisi (dan juga Rhyme) sempat menduga bahwa pembunuhan selanjutnya akan dilakukan pada pukul 16.00, empat jam kemudian. Tapi Kara mengingatkan Rhyme dan kawan-kawan, bahwa bisa jadi itu adalah pengalih perhatianmisdirection—, sebuah unsur dalam sulap. Jadi bisa saja pembunuhan perikutnya terjadi sebelum pukul 16.00. Di saat yang hampir bersamaan, penyelidikan Rhyme dan timnya pada TKP tadi berhasil menemukan petunjuk yang mengarah ke kemungkinan lokasi pembunuhan di Central Park.

Nah, sementara itu, ada kasus lain yang diperkenalkan di tengah cerita. Ada kasus gerakan ekstremis yang bernama Patriot Assembly (kelompok milisi yang menolak keras imigran, ras hispanik, dan kulit hitam). Seseorang yang dipercaya sebagai pemimpin gerakan tersebut, Andrew Constable, sedang dalam proses persidangan. Jaksa penuntut umum yang menangani kasus Constable ialah Charles Grady, seorang asisten jaksa (District Attorney) terkenal yang sudah sering menjebloskan penjahat besar ke penjara. Grady telah menerima ancaman pembunuhan sejak menangani kasus Constable, dan baru-baru ini ruang kerjanya dibobol seseorang. Detektif Roland Bell yang bertugas ganda, menyelidiki pembobol kantor Grady sekaligus bertugas melindungi Grady, meminta bantuan pada Rhyme (apalagi kalau bukan dalam hal forensik). Saat itu belum ada yang menyadari bahwa sebenarnya kasus Malerick alias si perapal berhubungan dengan kasus Andrew Constable….   😎

Kembali ke kasus Malerick, sekitar pukul 14.00, polisi mengepung Central Park dan Amelia yang turun ke lapangan melihat seorang pria mencurigakan di pinggir sebuah kolam. Pria itu sedang menarik tali yang terhubung ke sebuah katrol, dan ujung tali satunya mencelup ke dalam air. Amelia sudah curiga bahwa pria tersebut bisa saja Malerick, karena menurut Kara, si perapal memiliki kemampuan menyamar yang hebat.  👿

Setelah tali ditarik keluar dari air, tampak seorang wanita yang terikat menyerupai trik sulap Water Torture Cell. Padahal sudah menyudutkan Malerick, secara mengejutkan Malerick mampu menipu Amelia Sachs dan semua orang di sekitarnya. Malerick menggunakan kemampuan ventriloquism-nya dan tipuan ledakan untuk membantunya lolos. Malerick kabur menuju pasar raya dekat Central Park, dengan Amelia dan Kara mengejarnya. Di pasar raya, dalam keadaan terdesak, Malerick berhasil kabur lagi dari begitu banyak polisi dengan trik protean-nya. Sempat ada polisi yang mengejarnya (terjadi pelarian hebat) dan polisi tersebut berhasil meringkus Malerick. Tangan dan kaki telah diborgol. Tapi hebatnya, Malerick berhasil melepaskan borgol dan malah membunuh dan mencuri senjata sang polisi. 😐

Cukup sampai sini aja cuplikan ceritanya. :mrgreen: Pada akhirnya nanti, akan tampak hubungan antara Malerick dengan kasus Andrew Constable yang tadi. Sebagai spoiler nih ya, ternyata Malerick disewa oleh kelompok Patriot Assembly untuk membebaskan Andrew Constable dari penjara sekaligus membunuh sang jaksa, Charles Grady. Nanti Malerick akan tertangkap lagi oleh polisi. Sudah di dalam gedung penjara, tangan dan kaki sudah diborgol lapis tiga, masih aja bisa lolos! 😀  Akan ada trik hebat yang digunakan Malerick untuk meloloskan diri.

Malerick memang digambarkan sebagai seorang pesulap hebat. Sangat hebat. Ia menguasai jenis sulap aliran mentalist (seperti Deddy Corbuzier), illusionist (seperti David Copperfield), escapist (ahli pelolosan diri, seperti Houdini), protean (pergantian samaran dengan cepat, seperti Arturo Brachetti), dan kelincahan tangan. Bahkan Malerick juga menguasai ventriloquism, teknik suara perut seperti Kak Ria Enez dan Susan zaman dulu. 😀

Kata Deaver sendiri, seperti yang saya baca di situsnya, bayangkan Malerick gabungan dari David Copperfield dan Hannibal Lecter. 😯 Tahu dong, Hannibal Lecter, tokoh fiksi dari novel horor karangan Thomas Harris, Seorang psikiater ahli penyakit jiwa yang melakukan serangkaian pembunuhan kanibalisme. Jadi, Malerick adalah gabungan tokoh ahli sulap dan seorang pemikir ulung. Gabungan yang berbahaya. 😦

Akhir kata…

Saya ingatkan, cerita novel ini penuh dengan twist yang tak terpikirkan. 😀 Buku ini sanggup membuat saya takjub. Saat saya berpikir “Oh, ternyata begini, ya,” ada kejutan lain yang membuat saya berkata “Wow! Mengejutkan!” 😀 Pada akhirnya saya bertepuk tangan sendiri dalam otak saya. 😆 Salut untuk Jeffery Deaver yang mampu memberi banyak lika-liku pada The Vanished Man.

Bagi narablog sekalian yang suka dengan cerita sarat akan twist, pelintiran jalan cerita, atau akhir yang mengejutkan, buku ini pantas untuk dibaca dan dimiliki. Bagi penggemar genre thriller atau crime, tak usah pikir panjang, langsung miliki buku ini. :mrgreen:  Lagipula, yang membuat buku ini menarik tentu adalah unsur sulapnya (magic). Seluruh trik sulap yang diceritakan dalam buku ini adalah nyata. Benar-benar ada.

Jadi, selamat membaca! 🙂

******

Deaver lahir di Chicago, Amerika Serikat, dan kuliah di jurusan jurnalisme di University of Missouri. Ia juga mendapat gelar dari jurusan hukum dari Fordham University. Pengarang 27 buku, dua buku kumpulan cerita pendek, dan satu buku non-fiksi mengenai hukum ini pernah bekerja sebagai jurnalis, folksinger, dan pengacara. Buku-bukunya telah terbit di 150 negara dan diterjemahkan ke lebih dari 25 bahasa. Banyak sekali buku karyanya yang mendapat penghargaan bergengsi, di antaranya ialah The Bodies Left Behind, The Cold Moon, dan The Broken Window. Beberapa novelnya juga telah di-film-kan, seperti The Bone Collector yang dibintangi oleh Denzel Washington, dan The Devil’s Teardrop yang dibintangi oleh Natasha Henstridge.  *sumber: situs resmi Jeffery Deaver*

———————————————————————————————————————————————————–

Gambar buku di atas macbook adalah hasil jepretan saya sendiri, sedangkan gambar sampul buku dan sang penulis saya ambil dari sini dan sini. Seluruh terbitan ini beserta gambar-gambarnya sangat dilindungi, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

114 Comments

  1. film yang mas asop sebutin aja aku belum tau, apalagi buku ini.. 😀
    hanya numpang baca dulu, jika suatu saat ketemu bisa tau.. hihi
    salam

    Reply

  2. hmmm, buku-buku bernuansa thriller. jujur…aku lebih suka yang karyanya Dan Brown, The Lost Simbok…eh…The Lost Symbol maksudnya…

    Reply

  3. Vanished Man sudha punya tapi belum baca 😦 padahal sudah lama beli.
    Incarceron, juga belum dibaca.
    Hadeeuh banyak sekali hutang bacaan saya.

    Reply

  4. tiap kali liat review blogger yang punya hobi baca novel, asli deh! g sampe ter-geleng2 saluttt pisan, kok bisa yah kalian baca novel2 tebel itu yang isi na tulisan semua. Yang kadang memotivasi g untuk membaca beberapa novel yang g punya, tapi berujung, baru baca 1 halaman aja udah males wakakaka 🙂 ada kah tips khusus?! atau emang minat/hobi g bukan baca novel yah ?

    Reply

    1. Nah, mungkin… karena emang saya suka baca sih ya… 😳
      Saya mulai baca novel itu sejak SMP.

      Dan memang Pitshu kayak temen saya, dia gak tahan baca novel. Ngelihat tulisan segitu banyaknya dia gak tahan. Makanya dia juga ga suka baca textbook. 😆

      Reply

  5. Saleum,
    woww… kupasannya lengkap begete sop, perlu membaca dengan cermat supaya bisa mengetahui seluk beluk isi novel ini.
    saleum dmilano

    Reply

  6. Novel lagi?
    Duh, tambahan bacaan yang [mungkin] masih saya pikirkan.
    Kalau sudah ‘trance’ dengan sesuatu yang menarik, biasanya saya lupa diri. Makanya agak jarang baca novel, tapi kalau menarik…. duh…

    Reply

  7. wooow.. tapi setelah baca reviewmu sop.. sudah terbayang alur ceritanyam, jadi ga penasaran pingin beli…
    baguslah, ga nambah daftar buku yang mau dibeli.. udah banyak e.. hahah

    Reply

    1. Duh, cara review saya yang ini salah ya? Oke deh, lain kali akan berubah. Ini hanya uji coba. 🙂
      Eh tapi kan saya udah bilang, bahwa buku ini mengandung twist yang luar biasa. Jadi sebenernya apa yang saya ceritakan di atas gak pengaruh juga sih… :mrgreen:

      Reply

  8. wew…. ASOOOOP, nulis apa kau ini? hahaha… padahal sayanya yg kurang gaul. xixixi… eh kamu tuh ya suka bgt ke blognya saya padahal saya jarang main kesini. jadi gak enak 😥

    Reply

  9. Master Novel beraksi, sekalian mau tanya dah, gimana cara agar tertarik dengan novel…?? 😉

    Saya nyorot ke Angelina Jolie aja deh, kereeenn.. Kasih hadiah Om Pitt “air Terjun”, mantap.. 😛

    Reply

    1. Hmmmmm gak ada cara khusus sih… senangilah apa yang kamu sukai. Halah. Hahahaha
      Emang udah hobi saya sih, mbaca. 😳

      Eh yang ngasih air terjun itu Pitt atau Jolie-nya?

      Reply

  10. Kayaknya seru banget ya. Berasa kayak mengikuti salah satu ceritanya Detektif Conan gitu, soalnya pembunuhannya kan dengan cara yang “non-konvensional”, hahaha 😛

    Reply

  11. Seperti biasa review dari Mas Asop bagus… hehe, kalau saya sudah beberapa minggu terakhir ini nggak sempat buat baca novel… saya sempat ngeliat buku ini di gramed Bogor bulan Desember kemarin, tapi belum sempat beli dan baca sampai sekarang. Ntar habis UAS nyari ah… :mrgreen:

    Reply

  12. Sebenernya aku ngiler mau beli buku ini, tapi yang setumpuk itu masih belum dijamah….. 😦
    Ngga tau kapan sempatnya Sop.

    Btw,… Sop, aku masukin blog ini ke halaman blogroll-ku. masukin balik ya. Dimaa aja, dibalik lemari juga boleh…. *ngarep* 😀

    Reply

  13. wew. kalo dibikin film pasti keren tuh. (atau jangan2 udah ada)…
    hmm udah lama juga nih gak baca cerita detektif.. moga2 kesampean nambah koleksi… 😀
    btw, di togamas suka ada diskonan nggak, sop? hehehe. :mrgreen:

    Reply

  14. aduh mbak angelina jolie lagi cantik-cantiknya di usia muda tuh, hehe.
    asop doyan ngulas novel ya, emang bacaannya novel semua sop? gak bahas buku lainnya gitu?

    Reply

    1. Oke, makasih atas reaksi Mbak Eka. Saya emang sengaja mengubah gaya tulisan review saya. Kalo segini terlalu spoiler, nanti saya ubah di review buku selanjutnya.

      Reply

  15. Saya baca novel Sherlock Holmes kok belum pernah nemukan dia jago bela diri ya?

    eh udah nonton Sherlock Holmes serial tivi di inggris belum?

    lebih menggambarkan Sherlock Holmes yang sebenarnya lo… lebih serupa dengan yang ditulis Arthur.

    Reply

    1. Ada kok, Mbak. Diceritakan di “A Study in Scarlet”, Watson bilang bahwa Holmes jago main pedang.
      Dan sebenarnya Holmes itu lebih jago bela diri tangan kosong. Di cerita “The Sign of the Four” kan ketahuan bahwa Holmes suka ikutan pertarungan amatir, kalo gak salah sih tinju. Persis seperti yang ada di film pertama besutan Guy Ritchie.
      Terus di cerita “Gloria Scott” juga dikatakan bahwa Holmes adalah petinju yang handal.

      Nah, dan yang paling jelas adalah, di cerita saat Holmes ternyata masih hidup, setelah hilang di air terjun di Swiss bersama Prof. Moriarty. Apa Mbak udah membaca cerita “The Advanture of the Empty House”? Saat Holmes menceritakan bagaimana dia bisa selamat dari air terjun tersebut, dia bilang bahwa dia bertarung dengan Moriarty menggunakan seni bela diri Baritsu dari Jepang. 🙂

      Apakah film yang Mbak Hanny maksud adalah film seri terbaru di BBC? Sherlock Holmes modern yang diperankan oleh Benedict Cumberbacth? Kalo iya benar film “Sherlock” yang itu, saya udah unduh filmnya, baru tiga episode, tapi belum saya tonton. Saya diberitahu seorang narablog lain juga tentang itu. 😀

      Reply

    1. Ups, maap ya Bang, saya emang sengaja mengubah cara saya nulis review, pengen tahu kayak apa reaksi yang ngebaca ini. 😀

      Oke deh, kalo seperti ini terlalu spoiler, kesempatan yg akan datang saya ubah lagi.

      Reply

  16. kalo baca review kamu kayaknya tu pengen banget bisa baca novel2 yang kek gini.. tapi pada kenyataannya, saya lumayan penakut untuk adegan pembunuhan, kekerasan, atau apalah itu.. ngebayanginnya serem aja..

    Reply

    1. Yoi, novel begini memang kesukaan saya. Suka aja gitu, saya ngebayangin merindingnya suasana dikejar penjahat, mengejar pelaku, atau saat keadaan hampir mati. 🙂

      Reply

  17. saya itu tipe orang visual, klo gak menarik banget susah baca buku yang hanya tulisan tok apalagi tebel. makanya saya suka nya komik >__<

    Reply

  18. Pantes, kok Amelia Sachs mirip sama Angelia Joule, lha emang itu dia yang main, wkwkwkwk… 😆
    Btw, tebel bukunya berapa mas?
    Saya gak doyan baca buku tebel2 soalnya -_______-“

    Reply

  19. astaga Sop, ini mah spoiler kelas berat.hehehehe. maaf terpaksa saya berhenti di tengah-tengah, semoga sempat ke toko buku utk mencari buku ini

    Reply

    1. Lho, tenang Bang, seperti yang saya bilang novel ini mengandung twist yang super.

      Dan saya akan mengubah cara review saya nantinya, kalo memang gaya tulis seperti ini terbilang spoiler. 😉

      Reply

  20. Hehe aku sempet punya tuh vcd-nya Bone Collector 😀
    Kalo ngebaca Asop meresensi buku, rasanya pengen beli buku yg sama. But i’m not sure I can manage to finish those books 😛

    Reply

  21. Nice raview.. jd tertarik pengen baca buku nya

    btw sy juga pengarang novel dan saat ini salah satu novel sy dah diterbitkan oleh Format Publishing tapi masih dalam skala lokal. Namun seorang teman di Bandung mengatakan bahwa ada satu penerbit yg bersedia menerbitkan kembali novel sy agar bs berskala nasional tp saat ini masih dalam proses pelepasan hak terbit dari penerbit lama dan pemutusan kontrak saya dengan penerbit lama itu. Do’ain aga rkelar secepatnya ya..

    ntar klo dah diterbitin dlm skala nasional sy akan minta review deh di blog ini, boleh kan?

    Reply

  22. Setiap baca review buku dari lo aku tertarik banget deh sop.. Tapi gak pernah terealisasikan buat mencarinya.. *lagian pontianak kan susah soal buku yang gak best seller di indonesia >.<

    Reply

  23. tuuuh kan visualisasi di film tetap diperlukan hihi.. Mas Asop sendiri yg nyebutin loh perihal situasi Rhyme di film Bone Collector.

    Jadi, saya seperti biasa.. menunggu filmnya 🙂 asik aasik.. mudah2an segera jadi film

    Reply

Leave a comment