Wah. Wow. Sudah lama sekali sejak posting-an terakhir saya, ya. Padahal dulu saya sudah ingin rutin posting setiap tiga hari. Inginnya seperti dulu lagi, tahun-tahun aktif saya sebelum hiatus setahun yang kemarin itu. Membuat komitmen itu mudah, tapi melaksanakannya yang susah. Saya nggak mau mencari pembenaran atau alasan, tapi seminggu-dua minggu kemarin di dunia nyata benar-benar “mengasyikkan”, dalam tanda kutip. Ada kuliah tambahan—program studi saya menyebutnya kuliah pra-magister—bagi kami para mahasiswa baru. Dan itu cukup seru. Saya mendapat kenalan dan teman baru, dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang pekerjaan. Ada yang masih baru lulus, dan ada yang sudah bekerja di instansi pemerintah dan di perusahaan swasta. Rentang umur kami juga cukup lebar. Kesempatan untuk membaur dengan orang dewasa.
Mau tidak mau, tak ada waktu kosong bagi kami walaupun masa perkuliahan resmi belum tiba. Kuliah baru dimulai kemarin, senin (26/8), menurut kalender akademik. Kuliah pra-magister berfungsi seperti kuliah matrikulasi bagi yang pendidikan sarjananya tidak sama atau tidak sesuai dengan program studi pascasarjana saat ini. Dan bagi kami yang sarjananya di program studi yang sama, seminggu kemarin jadi momen untuk mengingat-ingat kembali pelajaran zaman dulu. Jadi seperti mengingat “mimpi buruk” yang telah lalu untuk beberapa mata kuliah. Hahaha… 😆
Tentang Toilet, WC, Kamar Mandi, Atau apapun itulah…
Saya teringat tadi di kampus sewaktu buang hajat. Ada satu hal penting yang harus diingat oleh kita semua, sebagai penduduk Indonesia maupun sebagai manusia. Sebagai manusia yang memiliki keperluan untuk membuang kotoran dari dalam tubuh secara rutin, pasti tidak akan lepas dari WC. Prasarana MCK (Mandi Cuci Kakus) harus tersedia di tempat kita beraktivitas, dan harus mudah dijangkau. Di sekolah, di pusat perbelanjaan, di pasar, bahkan di kantor. Sebenarnya sih semua sama saja, mau dimanapun itu WC-nya. Berhubung kasus yang saya alami di kantor dulu tempat saya bekerja di Jakarta, ya saya ambil itu saja.
Isunya sih simpel, sederhana. Soal toilet duduk. Karena saya laki-laki, jadi ini soal toilet duduk di kamar mandi laki-laki (lain soal kalau di kamar mandi wanita). Saya kalau buang air kecil tidak mau di urinoir. Saya lebih memilih masuk ke dalam bilik WC. Entah kenapa, rasanya risih kalau sedang pipis terlihat oleh banyak orang (apalagi kalau di mall begitu). Seringkali, setiap kali saya masuk ke dalam bilik bertoilet duduk, itu dudukan toilet ada dalam keadaan turun. Artinya, ada orang habis menggunakan itu tapi nggak dikembalikan ke posisi naik. Ini yang menurut saya menyeramkan dan menyebalkan. Seram, karena saya nggak tahu itu dudukan memang bersih, atau habis diinjak sepatu, atau habis kena cipratan air seni. Sebal, karena masih banyak dari kita yang belum mengetahui tata krama dalam bertoilet umum.
Memang, saya sadar, saya sendiri enggan buang air besar dengan cara duduk di toilet umum. Lebih baik menahan BAB daripada harus BAB di tempat umum. Kalaupun harus BAB darurat, saya akan memilih toilet jongkok. Jadi memang sebenarnya agak nggak relevan saya menulis ini, karena toh saya hanya ingin pipis, jadi nggak harus menggunakan dudukan tersebut, ‘kan? Lagipula, barangkali mayoritas lelaki Indonesia juga berpikiran seperti saya, “siapa yang mau pakai dudukan di toilet umum?” Tetapi, bagaimana kalau ada orang yang ingin memakai dudukan itu? Siapa tahu ada orang yang nggak bisa memakai toilet jongkok. Siapa tahu saat orang itu ingin buang hajat, semua bilik penuh, hanya tersisa bilik toilet duduk.
Belum lagi bule-bule, terutama wisatawan. Mereka belum terbiasa dengan toilet jongkok. Kasihan kalau mereka disajikan pemandangan “aneh” di WC Indonesia. Toilet yang disediakan adalah toilet duduk, tapi kok seperti habis dibuat jongkok? Ada bekas sepatu. Sudah begitu tak ada tisu pula. Padahal fungsi tisu besar, lho. Kalau dalam keadaan darurat, tisu bisa dipakai sebagai alas bokong kalau ingin BAB duduk. Bagi yang tak ingin tangannya kotor, tisu bisa dipakai untuk pelindung tangan saat menekan tombol flush, menaikkan dudukan toilet, dan membuka pintu bilik toilet (tetap jangan lupa cuci tangan sebelum keluar kamar mandi!).
Seperti inilah keadaan saat saya masuk, dudukannya ada di bawah….
Seharusnya seperti ini, dudukan dalam keadaan terangkat.
Saya terpaksa pakai kaki untuk menaikkannya karena tak ada tisu tersedia di sana…
Kalau seperti kasus gambar di atas mau bagaimana? Saya masuk ke dalam bilik toilet duduk, dudukan toiletnya turun. Sudah begitu dudukannya basah. Ada sedikit noda hitam. Lalu tak ada gulungan tisu di sana. Kalau sudah begini, lebih baik semua toilet di WC laki-laki diganti toilet jongkok saja. Lebih baik begitu daripada toilet duduk dibuat jongkok. Tentukan juga WC-nya kering atau basah, jangan setengah-setengah. Kalau kering, sediakan tisu dan tulis peringatan bahwa ini adalah WC kering. Di Jepang saja ada WC kering bertoilet jongkok. WC kering nggak harus selalu bertoilet duduk.
Atau begini saja bagaimana, dibuat dua ruang kamar mandi laki-laki yang berbeda. Satu ruang untuk toilet duduk semua, dan satu ruang untuk toilet jongkok semua. Jadi orang barat yang pengen WC kering atau toilet duduk, ada tempatnya. Ribet ya…. 😆
Tampaknya masih butuh proses dan waktu yang panjang agar penduduk Indonesia mayoritas bisa mengerti dalam bertoilet umum. Bagaimana caranya saya nggak tahu, barangkali bisa sejak SD atau TK dibiasakan, atau perlu ditempel banyak pengumuman atau peringatan di dinding WC. Tampaknya setiap instansi, badan usaha, kantor, gedung, atau apapun tempatnya harus bisa mengatur hal kecil ini. Hal kecil yang berhubungan dengan “hajat hidup” orang banyak. Kalau disepelekan, bisa bikin penyakit.
******
Bagaimana dengan narablog sekalian, kalau habis memakai WC, dudukannya dikembalikan seperti semula tidak? Atau kalau hanya buang air kecil, cukup di urinoir? Apapun itu, jangan lupa cuci tangan sebelum keluar dari WC umum ya.
———————————————————————————————————————————————————————
Hihihhiih..mencoba mengingat doloo
memang sebel ya kalo melihat tapak sepatu di toilet duduk
ya udah naikkin aja #kebeletpipis #kaboor
tapi jujur lebih suka toilet jongkok
ga perlu di naikkin 😀
Hahaha Teh Nchie, toilet jongkok mah dijongkokin.
Walaaah… tempat cewe sih nggak jauh berbeda sama yang tempat cowo. Dudukan closet ada di bawah lebih banyak dan yang pasti banyak jejak sepatu disana. Berhubung saya perempuan dan hobby bawa tissue basah, jadi masih sempat lap pake tissue basah dulu…
Salam kenal ya…
Mona – yang ngarepin banyak supaya orang Indonesia bisa ngurangin joroknya…
Saya juga berharap Indonesia bisa lebih bersih. 🙂 dan itu dimulai dari diri masing2.
uwah, udah lama saya ga baca tulisannya mas asop. akhirnya kembali nulis lagi 😀
jujur saya ga pernah mikir begini. saya ga pernah peduli posisinya naik/turun, selama bisa dipakai, ya saya pakai. karena saya cuma pakai WC umum kalau bener2 darurat.
dan mungkin, saya termasuk tersangka yg tidak menaikkan posisi dudukannya. pengalaman saya terhadap WC duduk masih newbie soalnya 😀
paling ga, sekarang saya tau hal yang benar 🙂
Kalau di rumah sendiri, dan ada wanitanya, memang etikanya katanya sih mengembalikan dudukan ke posisi tidur, atau menutupnya sekalian. 🙂
Kalo di tempat umum, gak usah seperti itu. 😛 Berdirikan aja dudukannya, apalagi kalo di WC cowok.
Ho, baru tau kalo etikanya gitu. Biasanya sih saya kalo habis pake malah ditutup full. Ternyata salah.
Kalau di rumah, dan ada wanitanya, barangkali itu benar. Tapi kalo di WC umum, apalagi di toilet pria, saya rasa nggak begitu. 😯
mungkin user terakhirnya udah terbiasa dengan default dudukan toilet dalam keadaan turun (kalo ada wanita di rumah, etiketnya setelah pake toilet adalah mengembalikan dudukan ke posisi tidur kan). atau jangan2 ada prinita(waria versi wanita) yang masuk WC itu 😐
User-nya tidak terbiasa menggunakan WC umum? Hmmmm okay… 😮
:), saya juga sering mendapati tempat duduknya belum dinaikkan.
Terpaksa saya juga menggunakan “jurus” yang sama dengan mas, pake kaki.:D
Saya pernah denger dari Ibu saya, kalau WC itu sejatinya menunjukkan kepribadian seseorang itu bersih atau tidaknya.
Ya belum lagi masalah lain, misal BAK dab BABnya samape gak disiram, waduh itu mau diapain tuh orang. 😦
Ck ck ck kalo soal BAB atau BAK gak disiram, jelas keterlaluan. Untuk soal kehigienisan aja kayak begitu, gimana soal kehidupannya yang lain?
Soal kepribadian seseorang, ada banyak versi ya. 😀 Ada yang bilang kebersihan mobil mencerminkan kebersihan si empunya.
Pernah bbrp kali menemukan BAB atau BAK gak disiram 😦 di toilet umum.
Hoeeeeks ugh
sama persis kaya saya kalo lagi di toilet macam ini.
saya biasa ngangkat dudukan dengan kaki.
soalnya paling males banget sekalipun ada tisu ngangkat dudukannya pake tangan.
dan biasanya saya juga gak duduk sih. melainkan jongkok di dudukan itu.
hehehehe
Jangan jongkok di dudukannya dong, jongkok di porselennya aja. 😛
Asoooooooooppp..
*kunjungan perdana setelah sekian lama gak apdet
Yang gak apdet aku atau Mbak nih? 😀
sama bang, gue juga sukanya toilet jongkok, tapi kalo yg tersedia toilet duduk, ya gue buang air dengan cara duduk. Kan kata orang, kita harus keluar dari zona nyaman, biasanya jongkok, sekali-kali coba duduk, HAHAHAHA!
Huahahaha ini lagi, pake zona nyaman di dunia pertoiletan. 😆
yah di indo masih banyak kurangnya sih! hahaha.. yg bikin orang naik yah karena ga ada tissue ga bisa alasin. Ada juga orang yang ga mikir, itu klo duduk na di injek bekasnya susah ilang, kenapa ga diangkat dulu, nginjek di porselennya aja, tapi di porselen biasanya licin sih 🙂
jarang emang di indo ada toilet yang tissue selalu tersedeia, apa lagi yang ada Toilet Seat Sanitizers-nya hihihi. Tapi g lebih risih, toilet yang enggak ada semprotan buat cebok, g kan bukan bule yang pipis boker cukup pakai tissue kering doank! kudu cebok ^^, klo tissue g terbiasa bawa sendiri sih! tapi masa g kudu bawa aer buat cebok juga wakakakaka~
Saya pikir Pitshu terbiasa bawa tissue sendiri… 😆
kadang bawa kadang lupa wakakaka… cuma kan berharap di mall2 selalu tersedia tissue .. apa lagi mall yang mewah hihihihi~
Bisa gawat kalo ga bawa dan pas ga ada tisu di sana. 😀
Waaahh.. aku baru tahu sop kalau yg bener itu dudukannya diangkat.. selama ini aku biarin aja.. 😛
Kalo di toilet khusus cewek, rasanya gak diangkat gak apa2. Lain halnya kalo di WC umum yang campur (kalo ada) ato di rumah sendiri. 🙂
berhubung saya cewek, jadi ya dudukan toiletnya selalu di posisi ke bawah. Dudukan toilet diangkat kan untuk pemakai cowo biar kalo pipis nggak nyiprat ke dudukan toilet. Yang sebel justru di kamar mandi rumah kalau suami abis pipis dudukannya tetep dia biarkan terangkat, tidak dia kembalikan ke bawah 😦
*uhuk* ini pelajaran buat saya, dan semoga saya gak seperti itu.
ahahahaha aku lucu baca post ini 😀 sebegitu mendetail untuk urusan wc 😛 benar2 melankolis sejati 😛 aku nih justru paling sering BAB tempat umum, paling sering disambangi itu wc SPBU hhohho, biasanya wcnya bersih2 kok klo di SPBU hhehhe
udah pernah BAB n BAK di hutan sih, jadi ada wc bersih dan airnya oke, sudah bersyukur sekali hhohho #pamer yg aneh
Pemikiran seorang anggota Mapala memang berbeda. Bisa dimaklumi. SUdah terbiasa BAB dan BAK di belantara hutan sih.
Sudah banyak kok mall & RS yg menyediakan opsi duduk dan jongkok di samping urinoir.
Iyap. Tapi di gedung perkantoran belum…
aku juga lebih prefer toilet jongkok daripada toilet duduk, terutama di tempat umum, ya karena masalah itu tadi, kebersihannya perlu ditanyakan
Sip. Kebersihan adalah nomor satu! 😉
Sakarang saya masih mikir apa arti sesungguhnya dari “hajat”.
Perbedaan arti dari “hajat hidup”, “buang hajat”, dan “hajatan” membuat saya makin tidak mengerti apa arti “hajat”. Mungkin untuk posting berikutnya Asop bisa membantu saya untuk memahami artinya.
*salaman
Saya juga milih pake WC daripada urinoir. Walaupun seharusnya dengan cara penggunaan yang benar “punya” kita nggak mungkin kelihatan, tapi tetep aja kalo pake urinoir rasanya kayak orang-orang bisa ngelihat “punya” kita dengan mudah. Di dalam bilik WC lebih private, lebih enak, lebih lega.
Wkwkwkwk…. dahsyat bahasannya!
Soal hajat, kayaknya bagus sekali kalo ada yang menuliskannya dan dikirim ke rubrik “bahasa” di KOMPAS. 😀
*salaman
Rasanya gak ada privasi ya di zaman modern ini. 😆
jadi inget pulang kampung kemarin, toilet jongkoknya mampet… ngambang ga karuan euy…
Iyaks…. Tak usah dibayangkan ya… 😕
yah namanya juga toilet umum jadi harap maklum aja soal kebersihannya. tidak setiap orang memiliki pemikiran yang sama meski ia tau mana yang benar dan salah
Betul. Seharusnya kalau tahu mana benar mana salah, mereka tak bisa mengelak lagi. Tapi, apakah mereka tak punya kapasitas otak untuk itu?
memang nggak salah kalo cewe ribet suka bawa-bawa tissue basah, nah kalo keadaan seperti di atas kan jadi berguna sekali tissue basah ny,,,
**Ingin lebih SEHAT bonus Berat Badan Ideal? Yuk mampir ke blog Q yang ini juga yah Q yang ini juga yah http://nutrisicantik.blogspot.com/2013/08/akibat-benturan-kepala_27.html
Betul. Saya mengerti kalo wanita bawa tisu setiap kali ke WC. 🙂
akhirnya Asop posting juga 🙂
Tapi masih mandeg-mandeg. 😆
Hmm .. kalau di Cina jauh lebih parah lagi … benar-benar bisa stress kalau tidak biasa ….
Saya inget postingannya Bang Keven…. Toilet RS di Tiongkok ada yg kurang berkenan…. 😦
nah ituuu kadang ga ada tisunya, jadi harus sedia terus kak 🙂
Iyap, saya bisa mengerti kalo wanita bawa tisu tiap kali ke WC. 🙂
Indonesia emang suka aneh-aneh, udah tau buat duduk malah di Jongkokin,hehehe 😀
Jongkok malah didudukin… 😆
Makanya aku lebih suka toilte jongkok kalo ditempat umum. Selain susah bab kalo ditoilet duduk, ada alasan lainnya juga. Kan di toilet duduk, pantat yang lagi bab nempel di toiletnya, ga tau juga kan kulit orang lain itu ada penyakitnya apa engga? hahahaha….
Ada panu….
haha sama..
tapi sekarang udah ada kertas tebel buat jadi alas duduk untuk dibawa kemana-mana..
tapi saya juga sebisa mungkin gak usah deh nempel2 segala.. 😆
Ngeri juga ya kalo nempel2 di toilet2 Indonesia. 😆
Memang fasilitas umum yang memadai dengan fasilitasnya di Indonesia masih terbatas, apalagi ditunjang oleh prilaku kita pada umunya yang belum care terhadap kebersihan.
Barangkali harus didenda dulu kali ya baru jera….
Pasti yang memakai sebelum Asop orang terbiasa di toilet jongkok, wkwkwk…
Kayaknya di kita orang belum terbiasa ber-toilet duduk. Sebaiknya diberi pilihan, ada toilet duduk dan toilet jongkok.
Tapi kata penelitian, WC jongkok lebih menyehatkan. 😆 harus diakui, kalo jongkok BAB terasa lebih lancar. 😀
Klo ingat WC d’ bandara mksr kn slalu ada thu yg jaga n cleaning service dpn pintu tiap ada yg kotor lgsung d’bersihkan, d’cek setiap pintu”, yg gk enak d’ liat d’bersihkn dg lap pke tangan aja d’pel lantainya.
Wow. Ini menulis komentar dari hape? Disingkat-singkat…
Kalau memang begitu, maka tak ada salahnya kita memberi sedikit tip untuk para pembersih itu. 🙂
Wc skg bau2
Oh…kirain cara aku salah, ternyata bener. Soalnya di rumah ada WC duduk dan ditutup full 🙂
Tapi emang nyebelin sih kalau toilet duduk dipake jongkok.
Dan lebih nyebelin lagi kalau WC-nya bau dan airnya nggak berkualitas.
Hehehe itulah dia, lain keluarga lain kebiasaan. Kalo di kosan misalnya, yang cowok semua, jelas harus otomatis dudukannya diberdirikan setelah BAB. Karena cowok semua kan. Kalo di kosan cewek, tentu dudukannya dibiarkan tetap saja, kan cewek selalu duduk kalo pipis. 🙂
Lebih sebel lagi kalo kepaksa nemu toilet beginian yang gak ada selang airnya. Menyiksa banget hahaha
Pokoke saya mah kalo ke WC umum, saya berharap ada tisunya banyak. Udah itu aja. Kalo ga ada air gapapa, asalkan ada tisu banyak dan WC-nya kering. 😆