Sedikit Mengenai Tiga Novel dan Ukuran Buku

Oh-oow, tidak, tampaknya saya akan memasuki fase jarang posting… 😐  Ada hal teramat penting yang jadi penentu masa depan saya, harus saya hadapi. Hal tersebut adalah sesuatu yang menyenangkan. Amat menyenangkan! 😳

Oke, masuk ke topik utama…

Langsung saja, saya pengen membahas ukuran buku yang baru-baru ini saya sadari lebih enak untuk dibawa dan digenggam. 😀  Ada tiga buku novel yang saya jadikan contoh. Semuanya adalah buku yang masih dalam tahap pembacaan, belum ada yang selesai saya baca. Dua novel ber-genre fiksi-thriller (salah satu genre favorit saya), yaitu The Stolen karangan Jason Pinter dan All The Pretty Girls karangan J.T. Ellison. Sisa satu novel ber-genre fiksi-romantis *memang ada ya genre begini?* karangan Zuhairi Misrawi berjudul Pelangi Melbourne.

The Stolen Jason PinterAll The Pretty Girls J.T. Ellison IndonesianPelangi Melbourne Zuhairi Misrawi

Saya suka sekali buku-buku di atas bukan hanya karena jalan ceritanya, tapi juga karena ukuran bukunya. 😀  Entah ya, itu ukuran kertas yang digunakan berapa, apakah B5, B4, atau F4. *ngarang* 😆 Pastinya, ukuran buku itu lebih kecil dari A5. Pas digenggam tangan dan mudah dibawa kemana-mana. 🙂

Pengaruhnya, dengan tas ukuran kecilpun buku bisa terbawa. 😉  Seperti yang saya katakan di posting-an ini, saya suka membawa buku kemanapun saya pergi. Bahkan saat ke supermarket sekalipun, saat mengantre di kasir saya sempatkan membaca buku. Dengan ukuran buku yang ringkas, saya bisa menaruhnya di kantong jaket saya. 😆

Coba lihat di gambar berikut ini. Buku sebelah kiri (Here, There Be Dragon karangan James A. Owen) berukuran A5 (setengah dari A4). Mari bandingkan. 🙂

Ukuran buku sebelah kanan cukup ringkas, ‘kan?

Sedikit mengenai ketiga buku itu…

Saya kasih sedikit jalan cerita tentang buku-buku ini, ya. :mrgreen: 

Buku paling kiri….

Buku paling kiri memiliki sub-judul Pencekik dari Selatan. Memang benar begitu, karena isinya mengenai pembunuh berantai yang memiliki “hobi” mencekik korbannya. Tokoh utama adalah seorang Letnan Polisi Divisi Pembunuhan Kota Nashville (entah fakta atau fiksi), Taylor Jackson. Dia dan kekasihnya, anggota FBI bernama John Baldwin, harus bekerja dalam penyelidikan gabungan untuk menangkap pembunuh tersebut.

Mengapa disebut Pencekik dari Selatan? Sang pelaku melakukan aksinya di Amerika bagian selatan. Itu saja alasannya. Oh ya, sang pelaku selalu meninggalkan jejak unik di lokasi penemuan mayat. Selalu ada potongan tangan dari korbannya yang terdahulu. Keunikan selanjutnya, korban selalu wanita, dan di tubuh korban (jasad) selalu ada jejak hubungan intim tanpa ada bekas perlakuan kasar. Artinya, sebelum terjadi pembunuhan, korban dan si pembunuh berantai berhubungan seks suka sama suka.

Satu lagi, saat saya pertama kali membaca rangkuman cerita di sampul bagian belakang, saya pikir tokoh utamanya adalah seorang pria gay, homoseksual. 😆  Bagaimana mungkin nama sang tokoh utama seperti nama lelaki, dan nama sang kekasih jelas-jelas nama lelaki juga? Saya benar-benar tertipu dengan nama orang barat sana… 😆

Buku yang tengah…

Buku yang satu ini ceritanya lumayan, tentang kisah cinta dua orang yang berbeda agama. Tokoh utama adalah lelaki bernama Zaki Mubarak, lulusan pesantren dan lulusan perguruan tinggi Islam. Dia pergi ke Melbourne untuk kursus Bahasa Inggris di Hawthorn English Language Centre. Di sana, dia bertemu Diana Lee, gadis beragama katolik dan warga negara Korea Selatan. Simpel, cerita terus mengalir dan berliku-liku hingga mereka berdua menikah. 😆  Nggak mudah, karena Zaki harus memberi pengertian kepada keluarga besar dan orang-orang dekat di sekitarnya.

Membaca buku ini harus hati-hati. Ada sebuah ideologi… ehem… aduh, apa ya namanya… sebuah paham? Ada sebuah pola pikir pengarang yang saya rasa berbahaya *sotoy*. Pokoknya, membaca buku ini hati-hati sajalah. Tapi, meski begitu, membaca buku ini banyak menambah wawasan saya. Ada tips belajar Bahasa Inggris, ada pesan moral, dan menggambarkan kehidupan beragama yang toleran. 🙂

Buku yang kanan…

Ini adalah buku ketiga dari total lima buah serial Henry Parker karangan Jason Pinter. Enaknya membaca buku Jason Pinter ini adalah kita tidak harus membaca buku serial terdahulu untuk mengerti jalan ceritanya. Setiap buku memiliki jalinan cerita sendiri, tapi masih tetap nyambung antara semua buku.

Tokoh utama adalah Henry Parker, seorang jurnalis di harian New York Gazette. Di buku ini ia mendapat tugas mewawancarai seorang anak berumur sepuluh tahun bernama Daniel Linwood yang telah hilang selama lima tahun dan mendadak kembali ke rumahnya di Hobbs County. Aneh memang, selama lima tahun itu Daniel menghilang, tanpa ada jejak, tanpa ada saksi yang melihat penculiknya. Lebih aneh lagi, saat sudah kembali ke keluarganya, Daniel tidak ingat sama sekali mengenai lima tahun kehidupannya saat diculik. Kosong. Ia tidak ingat apa-apa. Gelap.

Dasar memang Parker yang cerdas dan sifat ingin tahunya besar, dia menyadari keanehan di hasil wawancaranya itu. Akhirnya ia berhasil meyakinkan atasannya di kantor untuk menyelidiki Daniel lebih dalam. Bersama mantan pacarnya, Amanda Davies (yang bekerja di Lembaga Bantuan Hukum Kota New York), Parker menemukan kesamaan pola kasus penculikan di kota dekat Hobbs County. Dimulai dari situlah penelusuran jejak kasus yang mereka berdua lakukan. 🙂

Buku ini mudah dinikmati, mudah dicerna, dan mendebarkan. Ending-nya saya yakin sangat mengejutkan. *saya belum selesai membaca ini* 😆

*******

Jadi, narablog sekalian suka buku yang berukuran kecil apa yang besar? Mungkin yang ukuran kecil tulisannya sulit terbaca? 😆 Atau yang ukuran besar tulisannya terlalu besar hingga tak enak juga untuk dibaca? :mrgreen:

———————————————————————————————————————————————————–

Gambar-gambar di atas adalah hasil jepretan saya sendiri. Seluruh terbitan ini beserta gambar-gambarnya sangat dilindungi, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

183 Comments

  1. iya sih kalo kecil lebih gampagn dibawa2 ya. tapi tergantung ketebalan buku juga sih. kalo kecil tapi jadi tebel banget, repot juga pas ngebacanya kan, meganginnya repot. hahaha.

    Reply

  2. Aku sih suka yang ukuran sedang agak kecil, tapi nggak kecil-kecil amat *banyak maunya, hahaha 😆 *. Dan kayaknya memang ukuran tiga buku ini tuh yang (juga) ideal buatku. Kalo kebesaran jelas nggak praktis buat dibawa-bawa (dan dipegang), kalau kekecilan juga nggak enak ah, kesannya tulisannya jadi kecil-kecil banget gitu, hmmm….

    Reply

      1. Btw, baru sadar. Buku “The Stolen” itu pengarangnya Jason “Pinter” ya, hahaha 😆 Nama keluarganya cocok banget tuh buat promosi di Indonesia, “Pinter”, hahaha 😛

        Reply

  3. Di Jepang ada ukuran standar A6 105X148mm yang diberi nama Bunkobon size. Ukuran Bunkobon ini dipelopori oleh penerbit Iwanami Shoten. Hmmm penjelasanku akan bertambah panjang, jadi nanti deh sekalian aku tulis di blogku ya. (Semoga tidak lupa)

    Reply

  4. Saya pilih aliran yang kanan saja, biar pinter kayak penulisnya…. 🙂
    Tentang tebal-tipisnya buku, enggak masalah buat saya yang penting bisa baca ringkasan sudah cukup, supaya tidak disebut “gapbuk’ (gagap buku…..) wahahaha 😀 😀 [trusin buat ringkasan buku ya……]

    Reply

  5. wah klo novel horor ane ga suka :D/ mengenai tebal tipisnya buku ga masalah asal besar dna jenis font enak dipandang mata ga cepet capek 😀

    Reply

  6. waduh, saya suka buku yang tengah, bisa nambah ilmu dan wawasan buat hidup..
    dan buku yang kanan, bagus, bikin penasaran, bisa ikutan mikir biar nambah pinter 😀
    dan lebih bagus lagi kalo postingan nya, berisi jalan cerita dari awal ampe akhir 😀

    Reply

  7. Aku juga suka baca buku yang ber genre fiksi-thriller, bukunya tebal ya?, aku paling gak betah baca buku yang tebal-tebal..mumet hehe

    Reply

  8. buku yg paling kiri keknya seru, soalnya saya suka sama tv series tentang crime-scene gitu 😀
    enakan yg kecil, biar enak bawanya juga

    Reply

  9. “pasti asop mau ada proyek kerjaan dibilangnya sesuatu yang amat menyenangkan ” *sotoy, “maklum baru lulus”, (hihihi..songong ya mbak pu).\

    pu mah sukanya buku yang agak kecil dikit dari bukunya asop, biar lebih simpel. beneran sop kalo lagi nunggu kasir sambil baca buku, ga takut dilewatin orang saking khusyuknya baca. hehehe…

    Reply

  10. iya, klo bukunya model buku saku gitu emang mudah dibawa kemana-mana. yg ngeselin itu yang udah gede, tebel pula. ngos2an bacanya juga bawanya, kayak Davinci Code karena pengen cepet kelar dibawa deh tuh kemana-mana, capek 😀

    Reply

  11. kalau saya sih mmass, sukanya buku-buku kehidupan entah berupa motivasi ataupun cerita-cerita orang yang sukses…

    kalau tebal mah..ampun bacanya:D

    Reply

  12. kalau buat saya, tebal/gak nya ga ngaruh, yg penting saya suka ceritanya.
    hehehe…
    jadi penasaran sama novel-novel yg dibaca..
    pinjem boleh? hehehe 😀

    Reply

  13. aku suka buku yg kecil dan kertasnya pakai kertas daur ulang, jadi ringan dan nggak silau bacanya. dan bener, kalau kecil, bisa terbawa dengan mudah kalau kita pergi2. 🙂

    Reply

  14. kalo sya film skanya yg suspence-thriller (lho koch film sich :-D)
    nah klo buku sya lebih ska model2 kyk penulis Habiburrahman El-Shirazy tuh…..
    utk tipis/tblnya ngga masalah….asal jgn selebar ukuran tv 14 inc ajj 😀

    Reply

  15. Kalau aku jarang bawa buku kemana-mana,tapi kayaknya enak juga ya kalau ukurannya kecil gitu asal tulisannya gak terlalu kecil juga dan tetap nyaman di baca 😀

    Reply

  16. If it isnt on the internet, I wont read it, hehehe. Bacaanku lately cuma blog2nya orang aja, Sop. Tp setelah membaca postingan ini, jadi pengen juga membaca buku pertama dan terakhir. Kalo yg buku di tengah itu, hmmm….Saya males baca buku yg ada ideologi aneh2nya, hehehe….. (wlo definisi ‘aneh’ tentunya jg subjektip)

    Anyway, baru aja aku td mau komentar, knapa cewek kok Namanya Taylor Jackson ya? Well, wlo sebenarnya nama Taylor itu emang nama yg unisex sih, hehehe….

    Reply

    1. Hmmmm entahlah Mbak, kalo cerita seorang lulusan pesantren nikah dengan orang katolik menurut Mbak aneh, maka pantaslah Mbak tidak membaca buku ini.

      Huhahahahahaha beneran kan? 😆

      Reply

  17. Kecil atau besar, pada dasarnya saya kurang suka baca novel dan fiksi. Bahkan ada buku pemberian teman (novel) masih terbungkus plastik dengan rapinya *belum dibuka… Namun secara umum, ukuran yang kecil pasti jadi lebih enak dan lebih akrab di tangan…

    Reply

  18. waduh saya malah jadi pengin membaca tiga buku yg direview pertama. *lirik tumpukan buku yang belum selesai dibaca*

    tapi memang enaknya buku itu kalo handy gitu ya. alasannya, karena paling suka membaca sambil tiduran, jadi kan enak kalo bukunya kecil, jadi ga berat/repot untuk megang.

    Reply

  19. Sepertinya enak tuh sop buku begituan.. tapi aku gak pernah juga beli buku ukuran itu.. jadi gak bs membandingkan..

    Yg pelangi di melborn sepertinya asyik tuh ceritanya.. tapi sprtnya aku juga tw deh paham yg lo maksud.. sampe skrg aku juga masih ragu dengan pemahaman itu.. tapi mereka bilang itu ada ayat quran yg menjelaskannya.. entahlah..

    Reply

  20. Hua, jangan-jangan wisuda nih waktu tanggal 29 kemarin ya? Eh, apa masih bercinTA?

    Eykeh juga suka buku kecil. Alasan sederhananya, biar enak dibawa ritual pagi, haha. Eh, tapi kalau kecil gitu kadang bikin males keluar kamar mandi, keasyikan baca dan ampe kesemutan pula -____-

    Reply

  21. ideologi terselubung berarti ya :O apaan sih bang, aku udah 17+ kok #loh hhohho
    aku malah gg terlalu suka buku yang ukurannya terlalu kecil, susah bacanya juga karena kecil jadi gg keliatan klo ditumpukan, jadi susah juga nyarinya.
    pinjem dong bang hhohho #dilempar segala macem 😀

    Reply

  22. Wah… wah… buku yg ketiga itu kyknya seru bgt, Sob. Saya jadi penasaran…. 😀

    Kalau masalah ukuran buku, saya cenderung suka yg A5, nggak terlalu besar, juga nggak terlalu kecil, hhehe….

    Reply

  23. pitshu sih klo kemana2 bawa tas na gede, yang kada 1 pack tissue(50sheets), 1 botol air 700ml, 2 set kacamata, 2 dompet, iPod, 3 hp, kadang macbook pun masuk kedalam tas hahaha 🙂 jadi kek na ga masalah bawa buku ukuran berapa aja. cuma krn hobinya bukan baca , apa lagi novel yg isi na tulisan semua, jadi jarang bawa2 buku ^^

    Reply

  24. ..
    aku sih lebih seneng kalau kertasnya putih dan fontnya jelas..^^
    kalau ukuran suka yang tebel jadi bisa lama bacanya, kalau kecil gitu sehari juga kelar..hihihi..
    ..

    Reply

  25. asop nyebutin ukuran kertas yang katanya *ngarang itu macem nyebutin ukuran Be-Ha ajah.. wkwkwkwk 😛
    tapi buku-buku yang Asop sebutin di atas emang buku-buku keren sih. 🙂

    Reply

    1. KM itu kamar makan apa kamar mandi?

      Yap pas BAB sih pasti baca buku dong…
      Ini bukan sesuatu yang menjijikkan atau jorok. Mbaca buku saat BAB itu nikmat. 😉

      Reply

  26. wkwkwkwkwk
    emang sih , tuh buku keren . keren .
    bagus . bagus .
    tapi mending di ceritain isinya aja di blog biar lebih keren gitu .
    wkwkwkwkw
    salam kenal

    Reply

  27. wah, salut sob, km punya hobi baca buku bs dimana aja. kalo aku sih, baca buku itu musti dlm konsentrasi penuh, alias duduk nyantai, trs ditemenin ama segelas kopi atw softdrink, baru deh bs baca, apalagi kalo baca novel, butuh konsentrasi yg berlipat ganda agar kita gak cm menjadi pembaca, tp merasakan langsung masuk k dlm critanya.

    Reply

    1. Hahahaha sama, saya juga kalo baca novel itu pasti lama, gak kayak temen2 saya yang bisa baca Harpot ketujuh hanya dalam sehari. 😆

      Saya pun kalo baca novel pasti saya bayangin semuanya, latar belakang, pemandangan, gedung, rumah, sampai ke penampilan tokoh2 yang ada.

      Reply

  28. yang kecil dan enak dibawa ke mana-mana. karena waktu bacaku tidak bisa ditentukan. jadi harus selalu di tas. buku yang terlalu tebel (lebih dari 400 halaman) aku udah ogah bacanya. walaupun katanya ceritanya bagus atau hebat sekali pun… mblenger duluan.

    Reply

  29. Wah… mantaappp Sop… aku blm py koleksi novel karangan bule.. pribumi terus belinya…
    Oia,, km mw masuk jarang posting karena untuk masa depan?? emh.. ngapain tuh.. hehe.. pgn tw aja ya.. apapun itu smoga dipermudah dan sukses urusan yg sangat pentingnya.. aamiin

    Reply

  30. p kabar bang
    wah kalau aku dan blue sellau suka buku apapun bentuk dan uikurannya
    pokoknya buku is buku..xixii
    salam kehangatan

    Reply

  31. prakris juga sich buku dengan ukuran kecil bisa di bawa ke mana-mana… cuman aku gak begitu suka novel, tapi setelah baca postingan ini ternyata isi cerita novel sangat menarik 😀

    Reply

  32. sejujurnya aku suka buku ukuran A5 sop..suka males kalo baca buku ukurannya yg setengah A5.. 😀

    by the way, jadi penasaran ama buku yang kiri dan yang kanan..

    Reply

  33. Dari tampilannya aja saya udah nyerah mas, tebel amat buku2nya, gak sanggup baca 😆
    Saya orangnya gak suka baca buku sih, apalagi yang tebel2, otak gak mampu 😆

    Reply

  34. karena ja bawa buku kemana- mana jadi ga tau yang mana jadi favorit,,juga sangat jarang beli novel,,
    kalau di pinejmin mau..hehehe

    Reply

      1. Bagus sop..aku pun suka novel, tapi waktuku terbatas, jadi harus memprioritas yang lain..dirumah pun masih ada lima buku yang belum terselesaikan,,😦

        Reply

  35. awalnya aku gak bermasalah dengan ukuran buku yang kubaca. tapi belakangan aku sadar buku yang besar dan panjang itu kurang enak dibaca karena dalam satu halaman ada lebih banyak yang harus dibaca, jadi rentang konsentrasi rada mudah terganggu.

    ukuran yang pas menurutku yah kira-kira sama, A5 kebawah. tapi novel-novel yang kecil dan tebal juga kurang aku sukai, karena rada pegel meganganya. 😀

    Reply

  36. yang kecil enak, bisa lebih nyaman dibawa kemana-mana. biasanya novel yang abis dalam sekali dua kali baca.
    klo buku besar, macam novel Dan Brown, mending baca di rumah aja… berat pun. xD
    ihiiiy, apa nih yang menyenangkan, Asop? 😀

    Reply

  37. Ukuran buku skrg, macam2 ya. Sampai2 jika ditumpuk, seperti piramida.
    Kalau saya sukanya yg tdk trlalu besar dan tdk trlalu kecil. 😀
    Yg penting hurufnya tdk trlalu kecil,,

    Reply

  38. saya lebih suka buku yang kecil sop, selain bisa masuk tas cewe yang imut2, bacanya juga lebih enak. kadang kalau sedang baca buku yang terlalu lebar, suka jadi salah baca baris.. misalnya lagi baca baris kedua, pas udah nyampe di tengah2, malah lompat ke baris ketiga :p

    Reply

  39. wdiiiiww… dulu sebelum kerja kaya sekarang sebulan bisa ngabisin 2-3 buku.. tapi setelah kerja dengan ritme ga jelas kaya skrg, satu bukupun kadang ga tersentuh.. hehehehe

    Reply

  40. aduh kayaknya yg pencekik dari selatan itu serem ya… sesak nafas rasanya kalau baca buku2 spt itu…
    tapi kayaknya yg kedua dan ketiga ceritanya boleh juga.. tapi harus hati2 ya sop? 🙂

    Reply

  41. Dari segi ukuran, buku yang kecil memang lebih praktis. Tapi soal isi… nggak bisa ditentuin dr ukuran kan? Hehehe. Tapi buku-buku koleksiku sih ukurannya sedang-sedang saja.

    Reply

  42. *gasp*
    whiii bukunya kayaknya “berat” ya?? hehehehe ya genrenya, temanya,,
    saya sukanya harpot, yang jelas gak bisa dijejelin di saku.. 😛

    Reply

  43. saya jadi inget msh punya utang bca buku yg kemaren udah numpuk masih rapi krn belom dibaca,, haiaiiiiyaaa…. *kunyah mouse*

    Reply

  44. Saya lebih suka buku kecil tapi yang tulisannya tidak kecil kecil amat, jadi masih nyaman utk dibaca walaupun ngga pake kacamata.
    Kalo diliat dari sinopsisnya, .Saya kayaknya tertarik sama buku yang kanan sob…..
    brapa ya harganya?? 😀

    Reply

  45. Makasih buat rekomendasi bukunya 🙂

    saya juga lebih suka buku2 kecil yang gampang dibawa. hardcover keliatanlebih bagus tp ribet bener bawanya

    Reply

  46. ahaaaa…sip..siipp….
    cukup ringkas buat dibawa kemana2…

    saya ada tuh novel yg tebel banget…jadinya klo lagi bawa buku itu dlm tas rasanya kayak lagi gendong anak gorila…berat banget…

    Reply

Leave a reply to Asop Cancel reply