Oh-oow, tidak, tampaknya saya akan memasuki fase jarang posting… 😐 Ada hal teramat penting yang jadi penentu masa depan saya, harus saya hadapi. Hal tersebut adalah sesuatu yang menyenangkan. Amat menyenangkan! 😳
Oke, masuk ke topik utama…
Langsung saja, saya pengen membahas ukuran buku yang baru-baru ini saya sadari lebih enak untuk dibawa dan digenggam. 😀 Ada tiga buku novel yang saya jadikan contoh. Semuanya adalah buku yang masih dalam tahap pembacaan, belum ada yang selesai saya baca. Dua novel ber-genre fiksi-thriller (salah satu genre favorit saya), yaitu The Stolen karangan Jason Pinter dan All The Pretty Girls karangan J.T. Ellison. Sisa satu novel ber-genre fiksi-romantis *memang ada ya genre begini?* karangan Zuhairi Misrawi berjudul Pelangi Melbourne.
Saya suka sekali buku-buku di atas bukan hanya karena jalan ceritanya, tapi juga karena ukuran bukunya. 😀 Entah ya, itu ukuran kertas yang digunakan berapa, apakah B5, B4, atau F4. *ngarang* 😆 Pastinya, ukuran buku itu lebih kecil dari A5. Pas digenggam tangan dan mudah dibawa kemana-mana. 🙂
Pengaruhnya, dengan tas ukuran kecilpun buku bisa terbawa. 😉 Seperti yang saya katakan di posting-an ini, saya suka membawa buku kemanapun saya pergi. Bahkan saat ke supermarket sekalipun, saat mengantre di kasir saya sempatkan membaca buku. Dengan ukuran buku yang ringkas, saya bisa menaruhnya di kantong jaket saya. 😆
Coba lihat di gambar berikut ini. Buku sebelah kiri (Here, There Be Dragon karangan James A. Owen) berukuran A5 (setengah dari A4). Mari bandingkan. 🙂
Ukuran buku sebelah kanan cukup ringkas, ‘kan?
Sedikit mengenai ketiga buku itu…
Saya kasih sedikit jalan cerita tentang buku-buku ini, ya.
Buku paling kiri….
Buku paling kiri memiliki sub-judul Pencekik dari Selatan. Memang benar begitu, karena isinya mengenai pembunuh berantai yang memiliki “hobi” mencekik korbannya. Tokoh utama adalah seorang Letnan Polisi Divisi Pembunuhan Kota Nashville (entah fakta atau fiksi), Taylor Jackson. Dia dan kekasihnya, anggota FBI bernama John Baldwin, harus bekerja dalam penyelidikan gabungan untuk menangkap pembunuh tersebut.
Mengapa disebut Pencekik dari Selatan? Sang pelaku melakukan aksinya di Amerika bagian selatan. Itu saja alasannya. Oh ya, sang pelaku selalu meninggalkan jejak unik di lokasi penemuan mayat. Selalu ada potongan tangan dari korbannya yang terdahulu. Keunikan selanjutnya, korban selalu wanita, dan di tubuh korban (jasad) selalu ada jejak hubungan intim tanpa ada bekas perlakuan kasar. Artinya, sebelum terjadi pembunuhan, korban dan si pembunuh berantai berhubungan seks suka sama suka.
Satu lagi, saat saya pertama kali membaca rangkuman cerita di sampul bagian belakang, saya pikir tokoh utamanya adalah seorang pria gay, homoseksual. 😆 Bagaimana mungkin nama sang tokoh utama seperti nama lelaki, dan nama sang kekasih jelas-jelas nama lelaki juga? Saya benar-benar tertipu dengan nama orang barat sana… 😆
Buku yang tengah…
Buku yang satu ini ceritanya lumayan, tentang kisah cinta dua orang yang berbeda agama. Tokoh utama adalah lelaki bernama Zaki Mubarak, lulusan pesantren dan lulusan perguruan tinggi Islam. Dia pergi ke Melbourne untuk kursus Bahasa Inggris di Hawthorn English Language Centre. Di sana, dia bertemu Diana Lee, gadis beragama katolik dan warga negara Korea Selatan. Simpel, cerita terus mengalir dan berliku-liku hingga mereka berdua menikah. 😆 Nggak mudah, karena Zaki harus memberi pengertian kepada keluarga besar dan orang-orang dekat di sekitarnya.
Membaca buku ini harus hati-hati. Ada sebuah ideologi… ehem… aduh, apa ya namanya… sebuah paham? Ada sebuah pola pikir pengarang yang saya rasa berbahaya *sotoy*. Pokoknya, membaca buku ini hati-hati sajalah. Tapi, meski begitu, membaca buku ini banyak menambah wawasan saya. Ada tips belajar Bahasa Inggris, ada pesan moral, dan menggambarkan kehidupan beragama yang toleran. 🙂
Buku yang kanan…
Ini adalah buku ketiga dari total lima buah serial Henry Parker karangan Jason Pinter. Enaknya membaca buku Jason Pinter ini adalah kita tidak harus membaca buku serial terdahulu untuk mengerti jalan ceritanya. Setiap buku memiliki jalinan cerita sendiri, tapi masih tetap nyambung antara semua buku.
Tokoh utama adalah Henry Parker, seorang jurnalis di harian New York Gazette. Di buku ini ia mendapat tugas mewawancarai seorang anak berumur sepuluh tahun bernama Daniel Linwood yang telah hilang selama lima tahun dan mendadak kembali ke rumahnya di Hobbs County. Aneh memang, selama lima tahun itu Daniel menghilang, tanpa ada jejak, tanpa ada saksi yang melihat penculiknya. Lebih aneh lagi, saat sudah kembali ke keluarganya, Daniel tidak ingat sama sekali mengenai lima tahun kehidupannya saat diculik. Kosong. Ia tidak ingat apa-apa. Gelap.
Dasar memang Parker yang cerdas dan sifat ingin tahunya besar, dia menyadari keanehan di hasil wawancaranya itu. Akhirnya ia berhasil meyakinkan atasannya di kantor untuk menyelidiki Daniel lebih dalam. Bersama mantan pacarnya, Amanda Davies (yang bekerja di Lembaga Bantuan Hukum Kota New York), Parker menemukan kesamaan pola kasus penculikan di kota dekat Hobbs County. Dimulai dari situlah penelusuran jejak kasus yang mereka berdua lakukan. 🙂
Buku ini mudah dinikmati, mudah dicerna, dan mendebarkan. Ending-nya saya yakin sangat mengejutkan. *saya belum selesai membaca ini* 😆
*******
Jadi, narablog sekalian suka buku yang berukuran kecil apa yang besar? Mungkin yang ukuran kecil tulisannya sulit terbaca? 😆 Atau yang ukuran besar tulisannya terlalu besar hingga tak enak juga untuk dibaca?
———————————————————————————————————————————————————–
iya sih kalo kecil lebih gampagn dibawa2 ya. tapi tergantung ketebalan buku juga sih. kalo kecil tapi jadi tebel banget, repot juga pas ngebacanya kan, meganginnya repot. hahaha.
Nah, biasanya novel dengan ukuran ketiga buku di atas gak tebel2 amat kok.
Aku sih suka yang ukuran sedang agak kecil, tapi nggak kecil-kecil amat *banyak maunya, hahaha 😆 *. Dan kayaknya memang ukuran tiga buku ini tuh yang (juga) ideal buatku. Kalo kebesaran jelas nggak praktis buat dibawa-bawa (dan dipegang), kalau kekecilan juga nggak enak ah, kesannya tulisannya jadi kecil-kecil banget gitu, hmmm….
Nah, sayangnya untuk novel All The Pretty Girls tulisannya saya rasa terlalu kecil.
Btw, baru sadar. Buku “The Stolen” itu pengarangnya Jason “Pinter” ya, hahaha 😆 Nama keluarganya cocok banget tuh buat promosi di Indonesia, “Pinter”, hahaha 😛
Tergantung isinya. Kalo simpel ya kecil aja, tapi kalo rumit, mending agak besar, biar ga cape bacanya
Bener juga sih, tapi kan enak kalo kecil, bisa baca sambil tiduran.
Di Jepang ada ukuran standar A6 105X148mm yang diberi nama Bunkobon size. Ukuran Bunkobon ini dipelopori oleh penerbit Iwanami Shoten. Hmmm penjelasanku akan bertambah panjang, jadi nanti deh sekalian aku tulis di blogku ya. (Semoga tidak lupa)
Saya tunggu ya Mbak, posting-annya.
Iya, itu dia!
Bunkobon size itu praktis banget dibawa, sayangnya di Indonesia belum pernah nemu (–“)
Apa ya ini?
aku sudah tulis mengenai bunkobon di tulisan terbaru TE. silakan baca
Asik! 😀
Saya suka semua-mua buku, mau gede mau kecil, asal isinya bagus 😀
btw,saya jadi pingin baca buku2 yg lg kamu baca. Sepertinya bagus ^^
Sip! Ayo ayo coba baca dulu resensinya di Goodreads.
kyknya saya tertarik sm buku yg ada ideologi sesatnya deh…
Boleh, sebagai hiburan. Risiko tanggung sendiri.
Saya pilih aliran yang kanan saja, biar pinter kayak penulisnya…. 🙂
Tentang tebal-tipisnya buku, enggak masalah buat saya yang penting bisa baca ringkasan sudah cukup, supaya tidak disebut “gapbuk’ (gagap buku…..) wahahaha 😀 😀 [trusin buat ringkasan buku ya……]
Ooooh jadi cuma asal tahu sudah cukup ya?
wah klo novel horor ane ga suka :D/ mengenai tebal tipisnya buku ga masalah asal besar dna jenis font enak dipandang mata ga cepet capek 😀
Waduh siapa yang bilang itu horor??
Jangan samakan thriller dengan horor!
buku yg skrg gw pegang isinya metode semua.. dibawa kesana-kemari.. dibaca bolak-balik, tp masih ga mudeng juga 😦
Ooh. Buku teks perkuliahan?
tebel banget sop 😆
Nggak juga.
waduh, saya suka buku yang tengah, bisa nambah ilmu dan wawasan buat hidup..
dan buku yang kanan, bagus, bikin penasaran, bisa ikutan mikir biar nambah pinter 😀
dan lebih bagus lagi kalo postingan nya, berisi jalan cerita dari awal ampe akhir 😀
Itu sih spoiler…
namanya jg gak punya duit.. 😦
😐
Mupeeengg…sama novel yang yang ada nama zaki mubarak, pinjeeemm donk 🙂
Coba baca dulu di goodreads, mungkin ada.
kayaknya ente bener2 suka baca yah?
Bang Nuel kagak?
Aku juga suka baca buku yang ber genre fiksi-thriller, bukunya tebal ya?, aku paling gak betah baca buku yang tebal-tebal..mumet hehe
Yah standar lah, gak tebel juga gak tipis.
buku yg paling kiri keknya seru, soalnya saya suka sama tv series tentang crime-scene gitu 😀
enakan yg kecil, biar enak bawanya juga
Bener.
“pasti asop mau ada proyek kerjaan dibilangnya sesuatu yang amat menyenangkan ” *sotoy, “maklum baru lulus”, (hihihi..songong ya mbak pu).\
pu mah sukanya buku yang agak kecil dikit dari bukunya asop, biar lebih simpel. beneran sop kalo lagi nunggu kasir sambil baca buku, ga takut dilewatin orang saking khusyuknya baca. hehehe…
Hush Mbak sotoy deh.
Nggak Mbak, kenapa takut dilewatin orang? Paling banter saya ditegur orang di belakang saya. 😆
iya, klo bukunya model buku saku gitu emang mudah dibawa kemana-mana. yg ngeselin itu yang udah gede, tebel pula. ngos2an bacanya juga bawanya, kayak Davinci Code karena pengen cepet kelar dibawa deh tuh kemana-mana, capek 😀
Waaaah saya belom baca Da Vinci Code. 😀
mel setujum, lebih mudah dibawa buku yang berukuran kecill.. hehehe.. lebih ringan juga..
Betul!
kalau saya sih mmass, sukanya buku-buku kehidupan entah berupa motivasi ataupun cerita-cerita orang yang sukses…
kalau tebal mah..ampun bacanya:D
Hebat. Wawasanmu luas dong ya.
kalau buat saya, tebal/gak nya ga ngaruh, yg penting saya suka ceritanya.
hehehe…
jadi penasaran sama novel-novel yg dibaca..
pinjem boleh? hehehe 😀
Gimana cara pinjemnya?
aku suka buku yg kecil dan kertasnya pakai kertas daur ulang, jadi ringan dan nggak silau bacanya. dan bener, kalau kecil, bisa terbawa dengan mudah kalau kita pergi2. 🙂
Bagiku yang penting bukunya bagus, enak dibaca dan ceritanya walaupun njlimet tetep menyenangkan untuk dibaca 🙂
Sederhana sekali.
cocok sebagai teman di perjalanan 😀 …
Asal jangan dibaca ketika saya menyetir atau mengendari motor.
kalo sya film skanya yg suspence-thriller (lho koch film sich :-D)
nah klo buku sya lebih ska model2 kyk penulis Habiburrahman El-Shirazy tuh…..
utk tipis/tblnya ngga masalah….asal jgn selebar ukuran tv 14 inc ajj 😀
Walah emangnya buku apaan yang besarnya segitu?
sepertinya saya tidak pernah bermasalh dengan ukuran buku mas hhihihihih
Bersyukurlah.
kayaknya itu seukuran novel-novel agatha christie deh…
enak dibawa emang 😀
Hmmmmm entah ya. Mungkin masih lebih kecil novel Agatha Christie.
suka ebook reader aja, ringkas & murah meriah 😀
Gak enak tahu, ebook itu kadang2 tata letaknya gak enak untuk dilihat dan dibaca.
emang lebih enak buku yang kecil deh, jadi mbacanya lebih enak dan nggak ribet..
Betul sekali.
berbeda dengan saya, yang kemana-mana bawa kunci 😀
…kunci rumah dan motor? 😀
Kalau aku jarang bawa buku kemana-mana,tapi kayaknya enak juga ya kalau ukurannya kecil gitu asal tulisannya gak terlalu kecil juga dan tetap nyaman di baca 😀
Q suka yang kecil soalnya mudah dibawa kemana-mana, asalkan masih memenuhi standart mata telanjang untuk membacanya. Hehehehe
Ooh, benar sekali, jangan sampe membebani mata ya. 😀
If it isnt on the internet, I wont read it, hehehe. Bacaanku lately cuma blog2nya orang aja, Sop. Tp setelah membaca postingan ini, jadi pengen juga membaca buku pertama dan terakhir. Kalo yg buku di tengah itu, hmmm….Saya males baca buku yg ada ideologi aneh2nya, hehehe….. (wlo definisi ‘aneh’ tentunya jg subjektip)
Anyway, baru aja aku td mau komentar, knapa cewek kok Namanya Taylor Jackson ya? Well, wlo sebenarnya nama Taylor itu emang nama yg unisex sih, hehehe….
Hmmmm entahlah Mbak, kalo cerita seorang lulusan pesantren nikah dengan orang katolik menurut Mbak aneh, maka pantaslah Mbak tidak membaca buku ini.
Huhahahahahaha beneran kan? 😆
tertarik sama buku yang tengah
Silakan coba, Mbak. 🙂
Kecil atau besar, pada dasarnya saya kurang suka baca novel dan fiksi. Bahkan ada buku pemberian teman (novel) masih terbungkus plastik dengan rapinya *belum dibuka… Namun secara umum, ukuran yang kecil pasti jadi lebih enak dan lebih akrab di tangan…
Sayang sekali…
waduh saya malah jadi pengin membaca tiga buku yg direview pertama. *lirik tumpukan buku yang belum selesai dibaca*
tapi memang enaknya buku itu kalo handy gitu ya. alasannya, karena paling suka membaca sambil tiduran, jadi kan enak kalo bukunya kecil, jadi ga berat/repot untuk megang.
Hohoho bener banget, baca sambil tiduran itu nikmat banget.
nikmat emang.. 😀
tapi kalo ampe ketiduran kesian bukunya, kena iler
Lha kenapa harus kena iler? Sebelum tidur jauhin dulu bukunya dong…
loh, klo buku nya gak mau di jauhin?
Ya ga mau tahu, harus bisa. 😆
Sepertinya enak tuh sop buku begituan.. tapi aku gak pernah juga beli buku ukuran itu.. jadi gak bs membandingkan..
Yg pelangi di melborn sepertinya asyik tuh ceritanya.. tapi sprtnya aku juga tw deh paham yg lo maksud.. sampe skrg aku juga masih ragu dengan pemahaman itu.. tapi mereka bilang itu ada ayat quran yg menjelaskannya.. entahlah..
Mau lulus mas?
Iyaa buku PM bentuknya kecil, handy~
Itu jason pinter, pinter mas?
Hahahaha itu cara bacanya “painter”. 😆
Hua, jangan-jangan wisuda nih waktu tanggal 29 kemarin ya? Eh, apa masih bercinTA?
Eykeh juga suka buku kecil. Alasan sederhananya, biar enak dibawa ritual pagi, haha. Eh, tapi kalau kecil gitu kadang bikin males keluar kamar mandi, keasyikan baca dan ampe kesemutan pula -____-
Nggak saya jawab ya.
Eh iya lho, sama, saya kalo setor pagi pasti bawa bacaan. 😀
ideologi terselubung berarti ya :O apaan sih bang, aku udah 17+ kok #loh hhohho
aku malah gg terlalu suka buku yang ukurannya terlalu kecil, susah bacanya juga karena kecil jadi gg keliatan klo ditumpukan, jadi susah juga nyarinya.
pinjem dong bang hhohho #dilempar segala macem 😀
Sini kamu, kalo mau pinjem.
kalo gue lebih suka yang modelnya kayak diary of a wimpy kid atau diary of a wimpy vampire gitu mas.. lebih ringan rasanya kalo dibaca.. haha
http://www.urkhanblog.com
Wah, bukan selera saya. 😀
Wah… wah… buku yg ketiga itu kyknya seru bgt, Sob. Saya jadi penasaran…. 😀
Kalau masalah ukuran buku, saya cenderung suka yg A5, nggak terlalu besar, juga nggak terlalu kecil, hhehe….
pitshu sih klo kemana2 bawa tas na gede, yang kada 1 pack tissue(50sheets), 1 botol air 700ml, 2 set kacamata, 2 dompet, iPod, 3 hp, kadang macbook pun masuk kedalam tas hahaha 🙂 jadi kek na ga masalah bawa buku ukuran berapa aja. cuma krn hobinya bukan baca , apa lagi novel yg isi na tulisan semua, jadi jarang bawa2 buku ^^
Astagaaaaa memang cewek beda ya ama cowok….
saya juga suka membaca buku.. Kok saya belum baca ketiga buku tersebut ya?? pnjem dong!!! 😀
Sini Kang, kalo mau pinjem.
kalo dhe mah tergantunya isinya Sop, kalo jalan ceritanya bagus mah, mo kecil atau besar ayo ayo aja.. hehe
ASOP, entah udah pernah dapat peer ini atau belum.. aku lempar ke kamu deh peernya 😀
http://pagi2buta.wordpress.com/2011/11/02/pr-sekolah-dasar/
Belom dapet. 😀
..
aku sih lebih seneng kalau kertasnya putih dan fontnya jelas..^^
kalau ukuran suka yang tebel jadi bisa lama bacanya, kalau kecil gitu sehari juga kelar..hihihi..
..
Bagus.
asop nyebutin ukuran kertas yang katanya *ngarang itu macem nyebutin ukuran Be-Ha ajah.. wkwkwkwk 😛
tapi buku-buku yang Asop sebutin di atas emang buku-buku keren sih. 🙂
Ukuran BH?
pasti klo lama di KM juga nyambi baca buku ya
KM itu kamar makan apa kamar mandi?
Yap pas BAB sih pasti baca buku dong…
Ini bukan sesuatu yang menjijikkan atau jorok. Mbaca buku saat BAB itu nikmat. 😉
wkwkwkwkwk
emang sih , tuh buku keren . keren .
bagus . bagus .
tapi mending di ceritain isinya aja di blog biar lebih keren gitu .
wkwkwkwkw
salam kenal
ah sop.. gw pinjem. pinjem pokoknya! 😀
Sini ke tempat saya.
Hahah,…. banyak koleksinya Sop.
Kebetulan saya lagi posting soal Buku yang sekarang males dibeli pelajar 😀
Apakah itu… buku paket? 😀
wah, salut sob, km punya hobi baca buku bs dimana aja. kalo aku sih, baca buku itu musti dlm konsentrasi penuh, alias duduk nyantai, trs ditemenin ama segelas kopi atw softdrink, baru deh bs baca, apalagi kalo baca novel, butuh konsentrasi yg berlipat ganda agar kita gak cm menjadi pembaca, tp merasakan langsung masuk k dlm critanya.
Hahahaha sama, saya juga kalo baca novel itu pasti lama, gak kayak temen2 saya yang bisa baca Harpot ketujuh hanya dalam sehari. 😆
Saya pun kalo baca novel pasti saya bayangin semuanya, latar belakang, pemandangan, gedung, rumah, sampai ke penampilan tokoh2 yang ada.
wahhhh mau dikasi bekas bacanya mas asop, ahahahah niat gretongan…
Eits, tak ada “bekas” dari saya…
yang kecil dan enak dibawa ke mana-mana. karena waktu bacaku tidak bisa ditentukan. jadi harus selalu di tas. buku yang terlalu tebel (lebih dari 400 halaman) aku udah ogah bacanya. walaupun katanya ceritanya bagus atau hebat sekali pun… mblenger duluan.
Yap, dibawa bepergian pun belum tentu terbaca.
hmm, saya juga lebih suka buku yang gampang dibawa tuh.
soalnya kalau bawa bukunya ribet, jadi malas dibaca dimana aja.
Ini baru oke!
Wah… mantaappp Sop… aku blm py koleksi novel karangan bule.. pribumi terus belinya…
Oia,, km mw masuk jarang posting karena untuk masa depan?? emh.. ngapain tuh.. hehe.. pgn tw aja ya.. apapun itu smoga dipermudah dan sukses urusan yg sangat pentingnya.. aamiin
Hihihihii coba tebak deh, apa itu… 😳
Alhamdulillah! 😀 Makaaaasiiih banyak ya atas doanyaaaaa! 😀 😀 *senang*
Saya malah kurang tertarik mbaca novel karangan orang kita…
p kabar bang
wah kalau aku dan blue sellau suka buku apapun bentuk dan uikurannya
pokoknya buku is buku..xixii
salam kehangatan
Baik.
wah pengarang the stolen pasti orangnya gak bego *soalnya namanya jason pinter* hahah #abaikan :p
Hesty hebat, deh.
wah banyak juga ya bacaanya, kl aku lagi banyakan baca buku kuliah ni haha
Gak apa2, saya juga nyambi sambil baca buku kuliah kok.
prakris juga sich buku dengan ukuran kecil bisa di bawa ke mana-mana… cuman aku gak begitu suka novel, tapi setelah baca postingan ini ternyata isi cerita novel sangat menarik 😀
Lho, mbayangin kejadian2 dan tokoh di novel itu melatih imajinasi kita lho.
Soal ukurannya setuju banget gue, Sop. Tapi soal bukunya, gak sangup gue bacanya x)
Terus sanggupnya baca apaan dong, Bang?
sejujurnya aku suka buku ukuran A5 sop..suka males kalo baca buku ukurannya yg setengah A5.. 😀
by the way, jadi penasaran ama buku yang kiri dan yang kanan..
Silakan coba baca ulasannya di goodreads.
Dari tampilannya aja saya udah nyerah mas, tebel amat buku2nya, gak sanggup baca 😆
Saya orangnya gak suka baca buku sih, apalagi yang tebel2, otak gak mampu 😆
Walah, kalo buku teks gimana?
karena ja bawa buku kemana- mana jadi ga tau yang mana jadi favorit,,juga sangat jarang beli novel,,
kalau di pinejmin mau..hehehe
Hehehe, bagi saya harus memiliki. 🙂
Bagus sop..aku pun suka novel, tapi waktuku terbatas, jadi harus memprioritas yang lain..dirumah pun masih ada lima buku yang belum terselesaikan,,😦
Gak apa2 Mbak, selesaikan dulu yang lama sebelum punya yang baru…
awalnya aku gak bermasalah dengan ukuran buku yang kubaca. tapi belakangan aku sadar buku yang besar dan panjang itu kurang enak dibaca karena dalam satu halaman ada lebih banyak yang harus dibaca, jadi rentang konsentrasi rada mudah terganggu.
ukuran yang pas menurutku yah kira-kira sama, A5 kebawah. tapi novel-novel yang kecil dan tebal juga kurang aku sukai, karena rada pegel meganganya. 😀
Eh tapi ya, novel All The Pretty Girls itu meski kecil ukurannya, tulisannya banyak juga lho.
yang kecil enak, bisa lebih nyaman dibawa kemana-mana. biasanya novel yang abis dalam sekali dua kali baca.
klo buku besar, macam novel Dan Brown, mending baca di rumah aja… berat pun. xD
ihiiiy, apa nih yang menyenangkan, Asop? 😀
Rahasia deh.
jarang baca buku,…. xixixixixixixixixi lebih sering baca koran
Ukuran buku skrg, macam2 ya. Sampai2 jika ditumpuk, seperti piramida.
Kalau saya sukanya yg tdk trlalu besar dan tdk trlalu kecil. 😀
Yg penting hurufnya tdk trlalu kecil,,
Betul, jangan sampai mata jadi korban.
kayanya saya tertarik sama yang pelangi melbourne deh Kang menarik kayaknya 🙂
-salam hangat-
saya lebih suka buku yang kecil sop, selain bisa masuk tas cewe yang imut2, bacanya juga lebih enak. kadang kalau sedang baca buku yang terlalu lebar, suka jadi salah baca baris.. misalnya lagi baca baris kedua, pas udah nyampe di tengah2, malah lompat ke baris ketiga :p
….Hmmmm alasan yang masuk akal.
Kalo saya suka yg besar n tebel, coz bisa dijadi’in bantal kalo udah ngantuk bacanya.. 😛
Bantal buku itu keras!
wdiiiiww… dulu sebelum kerja kaya sekarang sebulan bisa ngabisin 2-3 buku.. tapi setelah kerja dengan ritme ga jelas kaya skrg, satu bukupun kadang ga tersentuh.. hehehehe
Gimana kalo baca majalah, Mas?
aduh kayaknya yg pencekik dari selatan itu serem ya… sesak nafas rasanya kalau baca buku2 spt itu…
tapi kayaknya yg kedua dan ketiga ceritanya boleh juga.. tapi harus hati2 ya sop? 🙂
Saya sendiri belum selesai membaca buku Misrawi itu, tapi… yah, saya sudah lihat2 sedikit bagian akhirnya.
makanya ornag pada suka pake kindle aja ato ipad. jadi ngak usah bawa buku tebel lagi.
Nggak ah, saya gak suka baca secara digital begitu, lebih enak analog. 😦
wew,, jadi ngiri….
bukunya Asop banyak euy
Inilah kehidupan saya.
ga suka sama buku besar, susah dibawa dan susah dipegang
jason pinter kupikir orang indonesia :p
Kalau saya sedang asyik dgn buku 10.1″
(kabuuur)
Jangan2 itu Galaxy Tab? 😀
Dari segi ukuran, buku yang kecil memang lebih praktis. Tapi soal isi… nggak bisa ditentuin dr ukuran kan? Hehehe. Tapi buku-buku koleksiku sih ukurannya sedang-sedang saja.
Iya sih, isi gak bisa ditentukan oleh ukuran… saya pun suka semua novel, apapun ukurannya. 🙂
*gasp*
whiii bukunya kayaknya “berat” ya?? hehehehe ya genrenya, temanya,,
saya sukanya harpot, yang jelas gak bisa dijejelin di saku.. 😛
Nggak juga kok. 🙂
cieh yg mo pendadaran, bukunya tebel bgt, sy suka buku yg halamannya kurang dr 200, lbh dr 200 sdh mlas duluan bacanya berasa baca buku kuliah
Pendadaran itu apa ya?
saya jadi inget msh punya utang bca buku yg kemaren udah numpuk masih rapi krn belom dibaca,, haiaiiiiyaaa…. *kunyah mouse*
Wah enakan kunyah permen Mintz
#Bukan promosi
Saya lebih suka buku kecil tapi yang tulisannya tidak kecil kecil amat, jadi masih nyaman utk dibaca walaupun ngga pake kacamata.
Kalo diliat dari sinopsisnya, .Saya kayaknya tertarik sama buku yang kanan sob…..
brapa ya harganya?? 😀
Harga… tunggu saya cek bonnya dulu.
wuih,, novel”nya berat” banget…. makin ok ajah… blognya… xixixixi… ;p
Bagus lho. 🙂
wew.. koleksi2 bukunya keknya oke nih.. salut…
Bukan sekadar koleksi, tapi utk dibaca. 😀
nice, bagus ulasannya, zuhairi misrawi itu yg nulis buku Kabah ya? salam kenal mas, kapan ke bandung lg?
Nggak tahu saya… 😐
Saya dari dulu masih di Bandung. 😀
Makasih buat rekomendasi bukunya 🙂
saya juga lebih suka buku2 kecil yang gampang dibawa. hardcover keliatanlebih bagus tp ribet bener bawanya
Eh sekarang ada yang lebih baru lagi, Mbak, rekomendasi buku dari saya.
[…] posting-an saya yang dulu, saya bilang bahwa saya suka novel genre thriller, ‘kan? Nah, buku yang saya bahas kali ini […]
ahaaaa…sip..siipp….
cukup ringkas buat dibawa kemana2…
saya ada tuh novel yg tebel banget…jadinya klo lagi bawa buku itu dlm tas rasanya kayak lagi gendong anak gorila…berat banget…
Huahahaha lebay banget ah, anak gorilla..
Cukup “serasa bawa kucing gendut” aja lah. 😆
[…] saya benar-benar jadi jarang posting sesuai dengan apa yang saya katakan di posting-an yang dulu. Saya memasuki fase jarang posting! *saya akan selalu merindukan blogwalking dan kalian semua, […]
[…] Cukuplah sebesar novel karangan Jason Pinter atau J.T. Ellison seperti yang pernah saya bahas di posting-an terdahulu. Enak digenggam dan enak dibawa kemana-mana. Atau jikalau memang ingin ukuran besar seperti A5, […]
[…] membaca buku (novel dan komik), […]