Kesalahan Ejaan #5

Mumpung saya dapat materi kesalahan ejaan, jadi langsung aja saya posting di sini. 😀

#1

Dalam foto di sebuah toko buku ini sebenarnya ejaannya nggak salah, tapi saya pengen meng-kritisi penggunaan customer di sana. Kalau narablog mengikuti tulisan-tulisan saya yang lama (yang lamaaaa sekali), saya pernah menulis tentang kata-kata Bahasa Inggris yang terlalu banyak digunakan dalam berbahasa sehari-hari, padahal kita punya kata serapannya atau Bahasa Indonesianya (lihat di sini dan di sini). Nah, saya kesal juga waktu lihat keadaan di atas, mengapa pakai “customer”? Kenapa nggak pelanggan, pembeli, atau pengunjung?  😡

Hal-hal kecil seperti ini kalau dibahas nggak ada habisnya. 😎

#2

Ini saya dapatkan di kampus saya sendiri. 😀

Si penulis kayaknya nggak terbiasa menulis besar-besar di kertas A4 dengan spidol besar untuk papan tulis. :mrgreen:

#3

Keadaan di atas saya dapatkan di sebuah toko buku ternama di Indonesia. 🙂

Banyak juga yang bisa jadi bahan olok-olok. Pertama, “di ganggu” itu pastinya yang benar adalah “diganggu”, penulisannya di sambung. Memangnya ganggu itu nama tempat? :mrgreen: Kedua, “Re tur” itu apa ya? Benar “Re tur” (dipisah) apa “retur”? Ataukah yang benar adalah return dari Bahasa Inggris? Kalau dilihat dari banyaknya tumpukan buku saat itu, kemungkinan besar maksudnya adalah proses pengembalian buku ke penerbit (betulkan saya jika saya salah). Apapun maknanya, penulisannya benar-benar lucu. :mrgreen:

Ketiga, tata bahasanya kacau. Tidak diganggu karena dalam proses retur. Lucu sekali, karena saya yakin niat membuat pengumuman ini adalah sebagai peringatan bagi orang-orang agar tidak mengacaukan tumpukan buku yang ada. Harusnya kalimat seru dong… Tapi, apa yang tertulis di sana bukan kalimat seru, bahkan nggak bisa disebut kalimat yang benar. 😐 Saya lebih suka yang sedikit “keras”, seperti “Jangan santuh tumpukan buku ini!“, atau “Mohon tumpukan buku ini jangan disentuh!“. Saya lebih suka begitu. 😆

Keempat, tulisan hurufnya seperti orang alay. Saya ingat pernah lihat gaya menulis begitu, waktu saya masih SMP. Teman saya ada yang tulisannya seperti itu, dibilang huruf balok bukan, apalagi huruf tegak bersambung. Penulisannya campuran, kadang huruf besar, kadang huruf kecil, dan nggak ada huruf kapital di awal kalimat. 😀

*

Sekali lagi, meng-kritik itu enak ya. 😳

——————————————————————————————————————————

Foto hasil jepretan sendiri. Seluruh terbitan ini beserta gambar-gambarnya sangat dilindungi, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

109 Comments

  1. hahayyy…aya-aya wae Sop :mrgreen:
    emanga banyak yang rancu disekeliling kita, tapi okelah..hiburan buat mata Sop 😀

    oke semangat! do the best.. 😉

    Reply

  2. “tidak diganggu karena dalam proses retur” itu kalimat perintah kan yak, kenapa kata awalnya pake ‘tidak’, kenapa ngga pake ‘jangan’ ya? apa saya yang salah.. he

    Reply

  3. Wah yang menulis di toko buku itu sepertinya tidak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia
    *lho nulsnya jadi resmi gini, takut dikritik Asop 😀
    Btw, meng-kritik itu emang tulisannya gitu ya? Bukan mengkritik?

    Reply

    1. Hahaha kalo untuk kolom komentar sih gak apa2 pake gak formal. 😆

      Nah, saya malah mikirnya yang benar adalah “mengritik”, karena kata dengan awalan K, P, T, dan S, kalau diberi awalan harus lebur dengan awalannya. Gak boleh terpisah sendiri. Contohnya:
      – Tangkis => Menangkis (bukan “mentangkis”)
      – Kelola => Mengelola
      – Pasar => Memasarkan
      – Suara => Menyuarakan 😀

      Nah, karena saya ragu2, makanya saya pisahkan awalan “me-” dengan kata kritik-nya. Seingat saya bentuk ini boleh dipakai juga di belakang, jadi bisa untuk “meng-aktif-kan”. 🙂

      Reply

  4. Sebetulnya tidak mengapa juga penulisan kata-kata tersebut, disesuaikan dengan tempat. Tapi kadang kalimat tersebut susah dipahami. 😆

    yang penting tidak sedang ujian bahasa indonesia, hehe…

    Reply

    1. Betul, selama pengejaan non-formal tidak dipakai di keadaan formal (contoh: makalah) dan percakapan non-formal tidak dipakai di saat bicara di depan orang banyak pada acara resmi (contoh: presentasi). 😀

      Reply

  5. Wah kalau asop mampir ke blog ku pasti banyak yang di kritik. Karena tulisan ku bergaya “aku” dan berusaha tidak terlalu dibuat kaku 😆

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Reply

    1. Wah, penulisan “aku” udah formal kok, Mas, tinggal pengejaan macam kata kerja aja yang harus formal, seperti jangan pakai akhiran “-in” (contoh: “balikin”, “pasangin”). 🙂

      Reply

  6. Setahuku retur itu bahasa Indonesia, tapi penulisannya digabung siy.

    *haduuh ini kenapa jd deg2an takut salah ejaan pas nulis disini ya? 😛 hahaha*

    Reply

  7. ahahahahaha… *ketawa khawatir*

    Lama ya ga ketawa di blognya asop :malu

    Kesalahan ejaan memang terlihat hal yang sepele, tapi bisa berakibat fatal karena bisa salah arti.

    *hodooh…langsung merhatiin tulisan sendiri, pasti banyak salahnya*
    …ngaciiiiirrr….

    Reply

  8. Bener banget, kenapa penggunaan bahasa jadi campur-campur kaya gado-gado gitu ya. Tapi kalo nulis di blog juga saya sering gitu sih (ngaku dosa). Daan tanpa sadar kadang content pembicaraan sehari-hari juga sering campur2 gini ya.

    Reply

    1. HAhaha, kalo gak dalam keadaan formal sih saya rasa nggak apa2, tapi lama2 “ketidakformalan” bisa terbawa sampai saat kita presentasi di depan banyak orang (dalam keadaan formal). Kalo udah gitu, rasanya ketika saya ada sebagai pendengar (audience) terasa nggak pantas. 😐

      Reply

  9. hehe baiklah gunakan Bahsa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD, bukan begitu Kang *Asop* Pantau :mrgreen:

    Reply

  10. Salam, wah untung Kang Asop posting bgnian,g slh mmg bnyak pdnan yg sring kita abaikan.Bhs Indonesia pdhl ckp mmp mnysuiakn dri dgn Bhs Asing dri sgi pdanan,yh kmbli pd msing2 yg mnggunakan…

    Reply

  11. Oh… menurut saya itu udah font orangnya tuh Sop. Jadinya kelihatan alay. wkwkwkwk

    Ngomong2, kamu melewatkan sesuatu Sop. Tulisan paling bawah “Management Komputer”.

    Kalo niat bahasa Indonesia: Manajemen Komputer
    Kalo niat bahasa Inggris: Management of Computer atau Computer Management

    Tapi apa betul yang mengurusi masalah retur buku itu manajemen komputernya ya?

    Reply

  12. Asal jangan marah aja kalo dikritik. Hahahahha, piss ahh n.nv
    Kalo diliat2, ternyata lo mirip sm temen gw. Dia tuh emg suka ngritik tentang penulisan. Jangan2 kalian jodoh 😳
    Hahahahhahahhaahhahaha :p

    Reply

  13. Sebelumnya Met kenal Asop!

    Lucu juga sih.
    Harus menggunakan EYD ya….

    Sepertinya saya harus belajar lagi nih.

    Tapi kalau nulis di blog saya rasa ga terlalu dipermasalahkan ejaannya deh, kec. kalau kita sedang nulis karya ilmiah, presentasi atau yang berbau formal gitu.

    Reply

  14. Kayaknya Bang Asop mau jadi editor, ya? Setahuku, masyarakat kita memang tidak begitu peduli dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Beberapa stasiun televisi pernah membahas masalah ini. Akan tetapi, anehnya, mereka juga melakukan kesalahan yang sama, padahal kan televisi memiliki tim redaksi dan editorial? Hehehe

    Reply

  15. hehehe… kadang kita emang suka lucu deh mas… jangankan dalam bahasa asing, banyak kata-kata dalam bahasa kita sendiri justru salah kita ucapkan.

    Di pinggir jalan sering kita liat, “Di juwal”. Salahnya dobel tuh, hehehe…

    Reply

  16. Yang nulis bukan ahli tata bahasa mas tetapi tataboga…he…he.. Salam kenal. Blognya keren. Dah Lama lihat si Empunya di blog teman2, baru kali ini diberi kesempatan tuk menyapa.

    Reply

  17. mengkritik itu nikmaaaattt banget.. 😆 😆 saya baru baca kemaren sekilas lihat di sebuah gang.. ada papan bertuliskan “bisa potong, krembat dan fesel..”

    Reply

  18. Untuk memperbaiki segala hal emang gak harus dimulai dari hal yang besar ya Kang, mungkin dari hal kecil semacam itulah kita harus memperbaikinya. 🙂

    Reply

Leave a reply to Asop Cancel reply