Internet di Rumah Saya Menggila

Aih, sudah beberapa hari ini saya nggak blogwalking… 😐  Sempat sih blogwalking, tapi hanya ke beberapa blog yang belum pernah saya kunjungi. 😎

Bahkan, ngecek email saja nggak saya lakukan dalam beberapa hari ini, terhitung sejak hari minggu (23/10). Aneh memang, itu bukan kebiasaan saya. Biasanya, setiap hari saya pasti selalu ngecek email. Nggak pernah nggak. Tapi beberapa hari ini… memang aneh. 😆

Masuk ke topik utama posting-an…

Jadi begini, tak ada hujan tak ada petir, tiba-tiba saja kemarin, hari selasa (25/10), internet di rumah saya menjadi gila. 😆 Gila dalam artian positif. 😀  Selasa pagi, saya diberi tahu adik saya bahwa kecepatan koneksi internet jadi di luar dugaan. Adik saya ini memang suka tidur malam, jadi dia biasa dapat giliran jatah internet malam hari. Nah, pas tengah malam —selasa dini hari— itu dia terkejut betapa cepatnya koneksi internet kami, yang biasanya tidak pernah secepat itu.

Kami di paviliun kontrakan saat ini berlangganan Speedy yang Paket Load, dengan koneksi maksimum 512 kbps. Sejak awal berlangganan sekitar pertengahan 2010, kecepatan unduh yang kami dapat sehari-hari hanya 60-an kbps. Itu saya ketahui dari kegiatan unduh-mengunduh saya, entah itu melalui torrent atau direct download link (DDL).

Nah, kemarin pagi itu, setelah saya diberi tahu adik saya, saya langsung coba membuktikannya. Ternyata benar! 😀  Lihat cuplikan gambar ini.

Kecepatan unduh mencapai 200-an KBps!

Kecepatan unduh melebihi 200 KBps! 😯 Ini benar-benar menyamai kecepatan unduh koneksi Telkomsel Flash milik saya yang pernah saya ceritakan di sini.  😯  Jujur, saya sendiri shock dibuatnya.

Selama saya ngontrak paviliun tempat saya (dan adik saya) tinggal saat ini, inilah koneksi tercepat yang pernah saya rasakan. Selama ini belum pernah terjadi.  *maap saya heboh sendiri*   Ini saya beri lagi cuplikan gambar saat saya mengunduh via peramban maupun via torrent. Klik saja gambar untuk melihat dalam ukuran yang lebih besar.  Kagetnya belum selesai, ayo klik sini untuk lebih kaget lagi…

Pernah Mengalami Kesalahan 502 di Google?

Lihat gambar di bawah. Itulah yang saya alami sekitar seminggu yang lalu. 😀

Baru sekali itu saya mengalami ini. Entah ya, mungkin memang jarang sekali kesalahan seperti ini terjadi di layanan Google. Entah juga apakah kesalahan ada di server Google, atau karena internet saya yang sedang lemot? 😆  Saat mengalami hal ini, saya memang lagi giat-giatnya menelusuri hasil pencarian Google. Bolak-balik ngetik di kolom pencariannya. Nah, tiba-tiba habis meng-klik tombol  “search” di sebelah kolom pencarian, muncullah gambar ini. 😀 Lucu. 🙂

Apa narablog pernah mengalami hal serupa?

Kasih komentar dong….

Fakta: Kecepatan Telkomsel Flash Pascabayar Milik Saya

Ini adalah kisah nyata. Bukan rekayasa dan tanpa rekayasa (lho?). Bukan fiksi dan tanpa fiksi (lho??). Sungguh, ini nyata terjadi. 😀

Berikut saya beberkan betapa cepatnya kecepatan internet Telkomsel Flash saya, dengan modem Huawei E270 (yang pernah saya tulis di blog ini bagaimana cara menghubungkannya ke Mac) dan di sistem operasi Mac OS X 10.5.8. Modem saya...Dengan catatan, kecepatan yang teramat sangat cepat ini (untuk ukuran Indonesia, menurut saya) saya rasakan ketika menggunakan BitTorrent, sebuah perangkat lunak untuk distribusi data. Catatan lagi, kecepatan berikut ini saya rasakan saat kuota pemakaian belum mencapai batas, dengan (kalau tidak salah) paket Advance (unlimited) yang ber-kuota sekitar 1,5-2 GB (saya benar-benar lupa) sebulan. Silakan klik untuk mengetahui lebih lanjut

[WordPress] Cara Mengembalikan Halaman Atau Isi Post Yang Hilang

Kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saat ada isi postingan saya yang hilang. Hal ini menimpa saya di postingan mengenai anime Azumanga Daioh. Jadi, entah bagaimana caranya, tiba-tiba ada komentar dari narablog mengenai isi postingan yang kosong. Saya yang membaca komentar itu, langsung coba melihat di asopusitemus.com. Ternyata benar, halaman post gak hilang, cuman isinya aja yang hilang. Kosong.

kosong melompong…

Bernostalgia Dengan (Emulator) Nintendo

Udah lama sekali sejak saya terakhir kali main Super Nintendo (nama populernya, SNES). Siapa sih yang gak kenal mesin permainan ini? Mainan saya waktu kecil salah satunya ya ini. Meskipun saat saya kelas 4 SD saya udah punya Sony Playstation (nama populernya, PSX), Super Nintendo ini tetap punya tempat khusus di hati.

Tahu-tahu, lagi-lagi adik saya yang jago dan telaten search sesuatu di internet berhasil menemukan sofwer emulator untuk SNES. Wah, betapa senangnya saya dan ayah saya. Iya, ayah saya pun suka main permainan di Super Nintendo ini. Yah, memang game-nya cuman yang itu-itu aja, sama terus berulang-ulang dimainkan, tapi tetap aja ke-maniak-annya bisa menyaingi kedua anaknya. 😀

Mau main? Cekidot!

Menghubungkan Modem Huawei E220/E270 ke Mac OS X

Akhirnya kesampaian juga saya berlangganan Telkomsel Flash. Selamat tinggal internet kabel di kosan! ^_^

Saya mau berbagi pengalaman nih, mengenai instalasi modem Huawei E270 ke Mac. Mengapa Huawei? Karena modem inilah yang disarankan oleh petugas yang melayani Ayah saya (yang mengurus langganan Flash ini bukan saya…). Katanya sih, modem ini yang paling baik, paling awet, dsb. Kami sebagai orang yang awam dengan dunia per-modem-an, ya terima aja. Akhirnya saya beli modem tipe E270 ini, seharga sekitar Rp. 690.000.

Modem E220 dan E270

Kalo saya search di google.com, apapun itu kata kuncinya, pokoknya intinya mencari cara untuk pemasangan/instalasi modem Huawei E270 ke Mac, yang keluar bakalan “cara menghubungkan modem E220 ke Mac”, bukan tipe E270. Entah apa sayanya aja yang kurang teliti dan tekun mencarinya, tapi yang pasti saya sempat kesusahan menghubungkan E270 ke Mac. Kalo instalasi ke OS Window$ sih gampang banget, tinggal hubungin aja modemnya ke USB port, dan udah langsung meng-install sendiri. Tinggal atur setting-nya.

Akhirnya saya menemukan caranya di suatu blog, di sini. Saya berterima kasih sekali untuk si empunya blog tersebut… ^_^

Sebelumnya, saya katakan bahwa awalnya modem E270 yang saya beli tidak bisa terdeteksi oleh Mac OS X. Di suatu webforum (lupa alamatnya) saya temukan bahwa saya harus meng-update firmware-nya terlebih dahulu. Saya donlot dari sini: http://www.huawei.com/mobileweb/en/file/download.do?f=19681&ctype=1. Itu file kompres, setelah didonlot, buka dengan WinRAR ato (mungkin bisa juga) WinZIP. Lakukan ini semua di OS Window$, bukan di Mac OS X, karena file-nya berekstensi .exe.

Setelah itu, sambungkan modem ke komputer/laptop, jangan di-connect ke Flash dulu, biarkan idle. Keluarkan juga aplikasi Mobile Partner, aplikasi bawaan dari tipe E270. Baru klik dua kali file .exe-nya. Setelah proses ini, modem E270 akan bisa terdeteksi oleh Mac OS X.

Jadi caranya:

1. Donlot driver dari sini: http://blog.evandavey.com/wp-content/uploads/2008/12/huawei-usb-modem-osx-drivers.zip Di dalam file zip itu ada dua file .pkg. Install-kan ke Mac dua-duanya. Kalo kata si penulis file yang pertama ga bekerja, install-kan file yang kedua. Tapi saya ga ngerti yang mana yang pertama dan yang mana yang kedua. Jadi saya install dua-duanya.

2. Sambungkan modem E270 ke MacBook sekarang. Tunggu sampe modem berhenti kelap-kelip hijau.

3. Buka Network Preferences dan klik tanda + di bawah kiri layar untuk membuat service baru.

4. Pilih HUAWEI Mobile dari daftar interface dan beri nama service-nya. Klik Create.

5. Masukkan nomor telpon *99#, dan tinggalkan Account name dan password kosong. Lalu klik tombol Advance.

6. Di jendela Advanced, pilih Generic sebagai vendor, dan GPRS (GSM/3G) sebagai model. Untuk layanan Telkomsel Flash simPATI yang prabayar time-based, masukkan di kolom APN “flash”. Kalo pengen volume-based, masukkan “internet”. Tinggalkan kolom CID di angka 1. Untuk layanan Telkomsel Flash kartuHALO, ganti APN dengan “internet”.

7. Tahap terakhir, tinggal klik apply dan klik connect di jendela Network Preferences.

————————– +++++++ ——————————-

Akhirnya, dengan mengikuti tahapan2 di atas, saya bisa menggunakan layanan Flash di Mac OS X… :mrgreen:

Mohon kunjungi situs sumber saya ini ya, di sini.

Hidup Apple, Hidup MacBook!!

Ah, Apple memang jenius bisa menciptakan produk luar biasa seperti MacBook. Bukan hanya notebook yang diproduksi Apple, tapi juga iPod, siapa sih yang ga tau iPod, produk pemutar musik yang inovatif dan mendobrak desain konservatif mp3 player yang ada waktu itu. Jangan lupakan juga iPhone, dan yang teranyar adalah iPod Touch, sungguh inovasi yang spektakuler dilakukan oleh Apple. Mana ada pemutar musik yang bisa maenin game di layar 3,5 inci, full touch screen lagi. Mungkin cuman ini aja produk2 yang diketahui oleh orang awam, padahal sebenernya masih ada lagi produk2 lainnya, mulai dari Apple TV, iMac, Mac Mini, Mac Pro, sampai MacBook Air dan MacBook Pro. Monggo buka situs resmi Apple di http://www.apple.com untuk lebih yakinnya.. ^^

Sungguh luar biasa perjuangan perusahaan ini untuk bisa sampai seperti saat ini. Apple dulu pernah mengalami gonjang-ganjing akibat lesunya penjualan, dan permasalahan internal. Tapi, semenjak kembalinya Steve Jobs sebagai CEO Apple, Apple mulai menanjak lagi, terutama semenjak suksesnya iPod generasi pertama. 

Nah, terutama untuk produk MacBook-nya nih yang saya salut. Sungguh, keindahan desain eksterior dan kehebatan sistem operasi menghasilkan kombinasi yang mantap, yang tak bisa dipungkiri membuat non-pengguna Mac naksir pada pandangan pertama. ^^ Saya termasuk salah satunya. Sebelumnya saya sama sekali belum pernah melihat langsung tampilan MacBook. Saya hanya tahu dari majalah ato dari cerita temen yang mengatakan bahwa “desain MacBook itu elegan”, “performa MacBook sebanding dengan harganya”, dan lain-lain. Saya lihat juga MacBook Ojo-sama di blog-nya, kelihatannya bagus juga. Diprovokasi teman kuliah saya, saya pun makin mantap pengen beli MacBook sebagai pengganti Laptop Acer yang rusak dan ga beres2 udah diservis 3 bulan payah banget Acer. So, akhirnya beli juga saya, MacBook Aluminium Unibody, seharga $ 1320. Kalo dalam dolar lebih murah dari laptop saya yang lama, sekitar $ 1600-an waktu itu. Karena nilai tukar rupiah waktu itu masih 9000-an (tahun 2006), jadi harga sekitar 15 juta-an. Sekarang, dengan nilai tukar rupiah 12.000-an, harga MacBook ini jadi sama ama harga laptop saya dulu… >.<        >.<       >.<

Gapapa, harga sebanding kok dengan performa. Layar 13 inci. MacBook ini udah memakai prosesor Intel Core 2 Duo 2.0 GHz (bisa milih yang 2.0 ato 2.4). Memorinya juga udah DDR3, 2 GB (can be upgraded up to 4 GB). Kapasitas HDD 160 GB (kalo yang 2.0 GHz dapet yang ini, kalo beli yang 2.4 GHz dapet yang 250 GB). Kartu grafis NVidia GeForce 9400M 256 MB. Kamera terintegrasi. Gak lupa dan pasti, ada bluetooth, port untuk wi-fi, dan SuperDrive. Slot USB ada dua.

Saya sudah sadar sebelum membeli ini bahwa saya ini adalah pengguna baru Mac, yang belum pernah menyentuh apalagi menggunakan MacBook. Saya juga sudah tahu bahwa OS yang dipakai di MacBook beda, bukan Windows yang biasa saya pakai. Konsekuensinya, saya memang harus mempelajari dari awal Mac OS X (baca: mæk-o-es-ten) Leopard yang mana amat sangat lain dari Windows. Saya tahu kalau saya beli notebook ini saya akan masuk di dunia yang benar2 baru, benar2 berbeda.

Untungnya, Apple tidak mengecewakan saya, meskipun harus bersusah-payah membuka buku dengan judul di samping ini, karya mas Jack Popo (makasih banyak mas, atas bukunya.. ^^) yang tebal tapi bener2 memuat semua hal tentang Leopard, akhirnya saya terbiasa juga mengoperasikan MacBook. Saya makin terpesona dengan keindahan Leopard dan kemudahan MacBook. Interface aqua yang anggun, kecantikan icon-nya, juga kelembutan geraknya (sedikit puitis boleh lah…), mengehilangkan Windows dan Microsoft dari pikiran saya. 

MacBook generasi baru ini punya fasilitas Boot Camp. Jadi Boot Camp ini memungkinkan kita untuk meng-install OS lain di MacBook kita. Fasilitas ini emang baru sih, semenjak Apple memutuskan untuk memakai prosesor Intel. Sebelumnya kan masih memakai prosesor PowerPC.

Banyak sekali kemudahan yang saya dapat di sini dibandingkan dengan Windows. Tidak ada system registry di Leopard waktu meng-install program. Kalo mau meng-install program di Leopard, cuman tinggal drag and drop icon aplikasi ke folder penyimpanan tempat berkumpulnya aplikasi (folder Program files kalo di Windows). Kalo mau menghapus aplikasi, tinggal hapus aja tuh ikon aplikasi, ato drag and drop ke Trash (recycle bin kalo di Windows). Simpel kan? 

Leopard juga lebih stabil dibanding Windows. Jarang terjadi crash di sini. Saya lupa gimana penjelasannya, saya pernah baca bahwa penggunaan memori untuk setiap aplikasi yang berjalan udah teralokasikan ato gimana gitu, seperti ada “pembatasnya” (maklum, bukan ahlinya…). Jadi, kalo satu aplikasi hang ato crash, ga akan berpengaruh ke aplikasi lainnya yang lagi aktif. Leopard yang berbasis UNIX kayak Linux juga membuat OS ini masih jarang terserang malware dan virus. Leopard juga hemat konsumsi energi. Waktu saya pakai OS Windows, saya hitung batere hanya tahan sekitar 3 jam. Sedangkan, begitu saya coba hitung waktu menggunakan Leopard, bisa tahan sampai 6 jam!! Itu dalam keadaan brightness paling rendah.

Mau colok harddrive eksternal? monggo, tinggal colok, gak pake lama udah ke-detect. Begitu juga printer dan hardware lainnya. Udah tersedia bejibun driver printer di dalem Leopard, mulai merek yg ga terkenal sampe merek terkenal macem Epson, Canon, ama Hp. Tinggal tancepin ke port USB, terdeteksi, pilih jenis printer, selesai! Tinggal pakai! ^^

Emang sih, kekurangannya Leopard ini gak bisa nulis data ke harddrive dengan format NTFS. Jadi cuman bisa nulis ke harddrive berformat FAT32 (saya ga tahu ini disebut kekurangan apa kelebihan…). Kekurangan lainnya masih belum banyak pengembang sofwer yang ingin membuat versi Mac-nya. Buat saya ini merepotkan. Saya yang sangat memerlukan AutoCAD untuk kuliah, terpaksa meng-install-kan Windows XP (asli lho…) dengan fasilitas Boot Camp milik Leopard supaya saya bisa install CAD (sebenernya ada ArchiCAD sih untuk Mac, padanannya AutoCAD). Untung aja ada Microsoft Office 2008 untuk Mac. ^^ Maklum lah, OS ini terbilang baru. Generasi pertama Mac OS X aja baru nongol tahun 2001, dengan nama seri Cheetah. Pangsa pasar pengguna Mac juga hanya sekitar 2 %, sedangkan sisanya dikuasain oleh Windows/microsoft. Masuk akal juga kalo produsen sofwer mikir2  dulu untuk mengembangkan produknya di wilayah Mac. 

Dengan segala kelebihan dan kekurangan Mac yang indah, saya yakin di tahun 2020-an pangsa pasar Mac akan menyaingi Windows. Harus optimis. Entah kenapa begitu menggunakan Mac, saya jadi antipati terhadap produk microsoft. Yang mengatakan bahwa Mac hanya untuk pengolah grafis dan video itu memang benar, karena kekuatan dan kemampuannya yang memang didesain untuk itu. Tapi untuk hal lainnya seperti document processing atau berselancar internet, saya rasa tidak ada salahnya membeli MacBook. MacBook adalah notebook biasa seperti yang digunakan oleh pengguna Windows, hanya saja lebih tangguh dan lebih mahal. Jangan khawatir, harga MacBook terbaru makin murah kok, dan jangan khawatir juga, harga berbanding lurus dengan performa. 😀

Hidup Apple! Hidup Mac!!

*Duh, kenapa saya jadi fanatik Mac gini?    >.<

**Mac telah meracuni saya… =))

dsc00935dsc00934

dsc00933dsc00932

Adakah?

Sayang sekali ga ada AutoCAD dan CorelDRAW untuk Leopard… Dari semua info yang gw dapetin di internet, semua mengatakan kalo mau nge-install tuh program di Mac harus di partisi Windows… Fuuuh… Kalo seandainya semua program ke-planologi-an ada untuk Leopard, bakal gw hapus dah Windows di MacBook gw…. Seriously…