Ah, Apple memang jenius bisa menciptakan produk luar biasa seperti MacBook. Bukan hanya notebook yang diproduksi Apple, tapi juga iPod, siapa sih yang ga tau iPod, produk pemutar musik yang inovatif dan mendobrak desain konservatif mp3 player yang ada waktu itu. Jangan lupakan juga iPhone, dan yang teranyar adalah iPod Touch, sungguh inovasi yang spektakuler dilakukan oleh Apple. Mana ada pemutar musik yang bisa maenin game di layar 3,5 inci, full touch screen lagi. Mungkin cuman ini aja produk2 yang diketahui oleh orang awam, padahal sebenernya masih ada lagi produk2 lainnya, mulai dari Apple TV, iMac, Mac Mini, Mac Pro, sampai MacBook Air dan MacBook Pro. Monggo buka situs resmi Apple di http://www.apple.com untuk lebih yakinnya.. ^^
Sungguh luar biasa perjuangan perusahaan ini untuk bisa sampai seperti saat ini. Apple dulu pernah mengalami gonjang-ganjing akibat lesunya penjualan, dan permasalahan internal. Tapi, semenjak kembalinya Steve Jobs sebagai CEO Apple, Apple mulai menanjak lagi, terutama semenjak suksesnya iPod generasi pertama.
Nah, terutama untuk produk MacBook-nya nih yang saya salut. Sungguh, keindahan desain eksterior dan kehebatan sistem operasi menghasilkan kombinasi yang mantap, yang tak bisa dipungkiri membuat non-pengguna Mac naksir pada pandangan pertama. ^^ Saya termasuk salah satunya. Sebelumnya saya sama sekali belum pernah melihat langsung tampilan MacBook. Saya hanya tahu dari majalah ato dari cerita temen yang mengatakan bahwa “desain MacBook itu elegan”, “performa MacBook sebanding dengan harganya”, dan lain-lain. Saya lihat juga MacBook Ojo-sama di blog-nya, kelihatannya bagus juga. Diprovokasi teman kuliah saya, saya pun makin mantap pengen beli MacBook sebagai pengganti Laptop Acer yang rusak dan ga beres2 udah diservis 3 bulan payah banget Acer. So, akhirnya beli juga saya, MacBook Aluminium Unibody, seharga $ 1320. Kalo dalam dolar lebih murah dari laptop saya yang lama, sekitar $ 1600-an waktu itu. Karena nilai tukar rupiah waktu itu masih 9000-an (tahun 2006), jadi harga sekitar 15 juta-an. Sekarang, dengan nilai tukar rupiah 12.000-an, harga MacBook ini jadi sama ama harga laptop saya dulu… >.< >.< >.<
Gapapa, harga sebanding kok dengan performa. Layar 13 inci. MacBook ini udah memakai prosesor Intel Core 2 Duo 2.0 GHz (bisa milih yang 2.0 ato 2.4). Memorinya juga udah DDR3, 2 GB (can be upgraded up to 4 GB). Kapasitas HDD 160 GB (kalo yang 2.0 GHz dapet yang ini, kalo beli yang 2.4 GHz dapet yang 250 GB). Kartu grafis NVidia GeForce 9400M 256 MB. Kamera terintegrasi. Gak lupa dan pasti, ada bluetooth, port untuk wi-fi, dan SuperDrive. Slot USB ada dua.
Saya sudah sadar sebelum membeli ini bahwa saya ini adalah pengguna baru Mac, yang belum pernah menyentuh apalagi menggunakan MacBook. Saya juga sudah tahu bahwa OS yang dipakai di MacBook beda, bukan Windows yang biasa saya pakai. Konsekuensinya, saya memang harus mempelajari dari awal Mac OS X (baca: mæk-o-es-ten) Leopard yang mana amat sangat lain dari Windows. Saya tahu kalau saya beli notebook ini saya akan masuk di dunia yang benar2 baru, benar2 berbeda.
Untungnya, Apple tidak mengecewakan saya, meskipun harus bersusah-payah membuka buku dengan judul di samping ini, karya mas Jack Popo (makasih banyak mas, atas bukunya.. ^^) yang tebal tapi bener2 memuat semua hal tentang Leopard, akhirnya saya terbiasa juga mengoperasikan MacBook. Saya makin terpesona dengan keindahan Leopard dan kemudahan MacBook. Interface aqua yang anggun, kecantikan icon-nya, juga kelembutan geraknya (sedikit puitis boleh lah…), mengehilangkan Windows dan Microsoft dari pikiran saya.
MacBook generasi baru ini punya fasilitas Boot Camp. Jadi Boot Camp ini memungkinkan kita untuk meng-install OS lain di MacBook kita. Fasilitas ini emang baru sih, semenjak Apple memutuskan untuk memakai prosesor Intel. Sebelumnya kan masih memakai prosesor PowerPC.
Banyak sekali kemudahan yang saya dapat di sini dibandingkan dengan Windows. Tidak ada system registry di Leopard waktu meng-install program. Kalo mau meng-install program di Leopard, cuman tinggal drag and drop icon aplikasi ke folder penyimpanan tempat berkumpulnya aplikasi (folder Program files kalo di Windows). Kalo mau menghapus aplikasi, tinggal hapus aja tuh ikon aplikasi, ato drag and drop ke Trash (recycle bin kalo di Windows). Simpel kan?
Leopard juga lebih stabil dibanding Windows. Jarang terjadi crash di sini. Saya lupa gimana penjelasannya, saya pernah baca bahwa penggunaan memori untuk setiap aplikasi yang berjalan udah teralokasikan ato gimana gitu, seperti ada “pembatasnya” (maklum, bukan ahlinya…). Jadi, kalo satu aplikasi hang ato crash, ga akan berpengaruh ke aplikasi lainnya yang lagi aktif. Leopard yang berbasis UNIX kayak Linux juga membuat OS ini masih jarang terserang malware dan virus. Leopard juga hemat konsumsi energi. Waktu saya pakai OS Windows, saya hitung batere hanya tahan sekitar 3 jam. Sedangkan, begitu saya coba hitung waktu menggunakan Leopard, bisa tahan sampai 6 jam!! Itu dalam keadaan brightness paling rendah.
Mau colok harddrive eksternal? monggo, tinggal colok, gak pake lama udah ke-detect. Begitu juga printer dan hardware lainnya. Udah tersedia bejibun driver printer di dalem Leopard, mulai merek yg ga terkenal sampe merek terkenal macem Epson, Canon, ama Hp. Tinggal tancepin ke port USB, terdeteksi, pilih jenis printer, selesai! Tinggal pakai! ^^
Emang sih, kekurangannya Leopard ini gak bisa nulis data ke harddrive dengan format NTFS. Jadi cuman bisa nulis ke harddrive berformat FAT32 (saya ga tahu ini disebut kekurangan apa kelebihan…). Kekurangan lainnya masih belum banyak pengembang sofwer yang ingin membuat versi Mac-nya. Buat saya ini merepotkan. Saya yang sangat memerlukan AutoCAD untuk kuliah, terpaksa meng-install-kan Windows XP (asli lho…) dengan fasilitas Boot Camp milik Leopard supaya saya bisa install CAD (sebenernya ada ArchiCAD sih untuk Mac, padanannya AutoCAD). Untung aja ada Microsoft Office 2008 untuk Mac. ^^ Maklum lah, OS ini terbilang baru. Generasi pertama Mac OS X aja baru nongol tahun 2001, dengan nama seri Cheetah. Pangsa pasar pengguna Mac juga hanya sekitar 2 %, sedangkan sisanya dikuasain oleh Windows/microsoft. Masuk akal juga kalo produsen sofwer mikir2 dulu untuk mengembangkan produknya di wilayah Mac.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan Mac yang indah, saya yakin di tahun 2020-an pangsa pasar Mac akan menyaingi Windows. Harus optimis. Entah kenapa begitu menggunakan Mac, saya jadi antipati terhadap produk microsoft. Yang mengatakan bahwa Mac hanya untuk pengolah grafis dan video itu memang benar, karena kekuatan dan kemampuannya yang memang didesain untuk itu. Tapi untuk hal lainnya seperti document processing atau berselancar internet, saya rasa tidak ada salahnya membeli MacBook. MacBook adalah notebook biasa seperti yang digunakan oleh pengguna Windows, hanya saja lebih tangguh dan lebih mahal. Jangan khawatir, harga MacBook terbaru makin murah kok, dan jangan khawatir juga, harga berbanding lurus dengan performa. 😀
Hidup Apple! Hidup Mac!!
*Duh, kenapa saya jadi fanatik Mac gini? >.<
**Mac telah meracuni saya… =))