Tentang Hobi Saya: Lego

Saya sebenarnya ragu mau memasukkan ini ke dalam kategori hobi saya. Soalnya saya belum punya banyak Lego. 😆 Tapi saya suka Lego, bagaimana dong? 😎

20151109080704

Saya suka Lego semenjak kecil. Salah satu mainan saya zaman TK dan SD dulu—selain balok-balok kayu dan mainan tradisional lain—ya Lego dan mobil-mobilan. Bentuknya yang unik, kecil, imut, bisa dibongkar pasang sesuka hati, dan bisa dipasang-pasangkan satu dengan yang lain (Lego aja berpasang-pasangan, Wahai para Jomblo!) membentuk suatu benda yang lain lagi. Itulah alasan saya mengapa hingga umur seperempat abad ini masih suka memainkan lego.

Lego Gabungan

Dulu, saat SMA di Surabaya, selain menyisihkan uang jajan untuk membeli diecast Hot Wheels, saya juga menyisihkan uang untuk membeli Lego di Carrefour yang ada di dekat rumah. Dulu, saya suka sekali membeli Lego yang berukuran kecil kalau lagi ada uang. Harganya saya lupa berapa. Tapi yang pasti, karena ukurannya kecil (paling hanya motor atau mobil kecil dengan satu minifigure atau orang-orangan), harganya murah. Saat SMA dulu lumayan mudah menyisihkan uang, karena dulu saya belum punya komputer canggih, belum punya banyak kebutuhan. Dulu saya belum mengenal game komputer. Dulu saya hanya bermain konsol PSX, dan game-nya pun game yang lama bangeeeet yang dimainkan berulang-ulang (zaman saya SMA tahun 2004-2006 adalah zamannya konsol PS2, tapi saya nggak punya). XD  Jadi, dulu saya belum punya banyak keinginan. Paling hanya novel dan komik. Itupun untuk novel dan komik masih dibelikan sama orang tua. :mrgreen: Yuk lanjut bacaaaa~~~

Tentang Hobi Saya: Diecast Mobil-mobilan

Wahai kawan narablog-ku sekalian, siapa yang dulu waktu masih kecil suka mainan mobil-mobilan? >:D   saya yang ngacung

Atau siapa yang sampai saat ini, detik ini, di usia dewasa, masih suka bermain mobil-mobilan? :mrgreen: Saya yakin pasti banyak deh. Entah itu kalian wanita atau pria, pasti ada (dan bahkan banyak) yang suka mobil-mobilan. Saya tahu beberapa wanita di Instagram, mereka adalah kolektor diecast Hotwheels. Dan mereka bukan sembarang kolektor. Koleksi mereka sudah buanyaaak sekali. Mereka layak disebut sebagai kolektor hardcore, fanatik, atau garis keras. Hahahaha  >:D  Koleksi saya mah apa atuh, sebagai pemula nggak ada apa-apanya. :mrgreen:

Saya cuma tahu satu orang kawan narablog yang suka diecast mobil, yaitu Mas Nanang Rusmana. 🙂  Saya pun baru tahu kalau Mas Nanang ternyata kolektor mobil-mobilan Tomica baru-baru ini di bagian komentar posting-an saya kemarin. 😉  Beliau sudah jauuuuh lebih lama memulai koleksi, sudah mulai sejak saya baru lahir, tahun 1990. :mrgreen: Bisa dibayangkan betapa susahnya dulu tahun segitu mencari mainan merek Tomica atau Takara Tomy. Lain dulu lain sekarang. Kalau sekarang, mendapatkan mainan Tomica sangat mudah. Sudah ada banyak toko daring di Bukalapak atau Tokopedia. Lalu di toko-toko mainan seperti Toys City, Toys Kingdom, Toys ‘R Us, dan bahkan di Department Store Matahari atau Yogya sekalipun sudah mudah ditemukan.  🙂

Seperti kata Mas Nanang, bahwa para kolektor diecast mendapatkan kenikmatan saat proses hunting-nya, proses berburu bendanya. Semakin langka dan sulit, akan makin seru perburuan mereka. Apalagi kalau berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, bahagia dan nikmatnya tiada terkira seperti makan eskrim Haagen-Dazs. 😉 Hobiis maupun bukan hobiis, ayo sini baca lanjutannya…

Tentang Hobi Saya: Filateli

Sudah lama nggak bicara soal hobi saya. Bicara soal hobi, saya punya banyak hobi. Saking banyaknya kayaknya nggak ada yang fokus. 😆 Kalau didaftar satu per satu, hobi atau hal yang saya sukai adalah:

  1. membaca buku (novel dan komik),
  2. mendengarkan musik EDM (electronic dance music),
  3. mengoleksi benfil (benda filateli),   ⇒ ini yang mau saya bahas di posting-an kali ini
  4. bermain Lego,
  5. mengoleksi diecast mobil-mobilan,
  6. memeliharan kura-kura dan ikan, dan
  7. memelihara kaktus. 😆

Tuh lihat, ada tujuh hal yang saya sukai dan saya kerjakan hingga kini. Semuanya membutuhkan duit banyak dan bikin dompet meringis. 😆 Tapi nggak apa-apa. Asalkan kita bisa mengelola keuangan dan bisa menentukan fokus koleksi kita, semua hobi ini bukan hambatan. 🙂

Kata seorang teman sesama kolektor prangko, Pak Agus namanya, beliau mengatakan bahwa hobi itu harus fun dan bisa dinikmati. Lalu kata seorang kawan kolektor diecast Hot Wheels, Kang Leo, setiap kali melihat koleksi diecast-nya dia merasa senang dan adem. Kalau kata sepupu saya, Mas Ari, koleksi diecast dan Lego-nya saat ini merupakan pelampiasannya, karena dulu waktu dia kecil dia tidak memiliki banyak mainan. Kata sepupu saya yang lain—yang juga gemar mengoleksi Hot Wheels, Mas Reza, koleksi diecast-nya bisa menjadi bahan investasi. Kalau dirawat dengan baik dan tidak rusak, mungkin suatu hari nanti ketika diperlukan, diecast-nya bisa dijual kembali dengan harga yang sama atau bahkan lebih dari saat membeli dulu.

Yah, begitulah potret orang-orang yang memiliki hobi dan mereka amat menikmati apa yang mereka lakukan. 😀

Sebelum itu, ada beberapa istilah mengenai filateli

Berikut saya kasih ya beberapa istilah penting dalam dunia filateli. 🙂

  1. Filateli: Saat ini, filateli adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah pos, prangko, dan benda per-pos-an lainnya. Filateli nggak hanya berhubungan dengan kegiatan mengoleksi prangko, tetapi juga mengenai studi sejarah di balik prangko tersebut. Kata ini sejarahnya berasal dari bahasa Yunani, philos yang artinya “teman”, dan ateleia yang berarti “pembebasan”. Bahasa inggrisnya adalah philately. Menurut Soerjono dan Sinaulan (1994) pada bukunya, prangko berfungsi sebagai bukti bahwa sebuah kiriman surat sudah dibebaskan dari biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima surat. Jadi istilahnya, prangko menandakan bahwa bea sudah lunas dibayar oleh pengirim, sehingga penerima tinggal menerima aja (Soalnya, dulu itu sistemnya yang membayar ongkos surat adalah si penerima). Disitulah makna “pembebasan” itu ada. Kemudian, dengan kegiatan mengumpulkan prangko, kita bisa membina pertemanan atau relasi. Inilah makna “teman” tadi. Jadi deh istilah “filateli”. Istilah ini katanya sih dipergunakan pertama kali oleh seorang Perancis bernama Herpin.1
  2. Benfil: Kependekan dari “benda filateli”, maksudnya benda apapun yang berhubungan dengan filateli. Mulai dari amplop, prangko, SHP, kartu pos, kartu maksimum, minisheet, dan fullsheet.
  3. Filatelis: Istilah untuk orang yang ahli dalam bidang filateli. Jadi, seorang filatelis TIDAK HARUS memiliki koleksi prangko atau benda filateli, karena dia pantas disebut sebagai FILATELIS bila ia ahli dalam bidang filateli, yaitu sejarah pos, prangko, dan benda per-pos-an lainnya. Seorang filatelis belum tentu seorang kolektor prangko, dan seorang kolektor prangko juga belum tentu seorang filatelis. 😀 Tapi memang belakangan ini harus diakui bahwa istilah filatelis sering digunakan untuk orang yang mengoleksi prangko. Saya sih nggak setuju, karena dari segi tata bahasa, mau bagaimanapun tetap bahwa filatelis adalah orang yang ahli filateli. Kalau ilmu mengenai filateli nggak dalam, ya nggak bisa disebut filatelis. Saya sendiri mengakui bahwa saya bukan seorang filatelis. Saya adalah penggemar prangko. Saya mengoleksinya semata-mata karena saya mengagumi keindahan prangko dan sejarah di belakangnya. Itu saja. 🙂

Hobi Mengoleksi Prangko

20151124212820

Ini album saya dulu waktu baru memulai kembali hobi ini. Seadanya… hahaha

Kesukaan saya mengoleksi prangko (yang benar adalah prangko, bukan “perangko”, karena disadur dari bahasa Perancis-nya prangko yaitu franco) sebenarnya sudah dimulai sejak saya SD. Dulu saya tidak sengaja melihat dan membaca buku tentang filateli jadul milik orang tua saya (tetapi orang tua saya sama sekali tidak hobi filateli). Diri saya yang masih imut terpana melihat keindahan gambar-gambar di permukaan prangko. Saya mengagumi gambar-gambar di prangko selayaknya orang lain menikmati keindahan lukisan dinding. Semenjak itulah, saya yang masih kecil memulai usaha saya mengumpulkan prangko. :mrgreen: Ada yang hobinya sama kayak saya? Yuk lanjut baca!

Uang Parkir dan Suasana Hati

Kalau bicara uang parkir, rasanya apa yang kita masing-masing rasakan mungkin akan berbeda. 😀 Saya mau bicara soal parkir ini di Kota Bandung. Di sini, parkir sepeda motor masih 1000 rupiah. Ini tarif parkir di pinggir jalan dan di beberapa supermarket. Parkir di mall jelas nggak masuk hitungan. Kalau di kampus saya, parkir sepeda motor kurang dari setengah jam (atau satu jam, saya nggak yakin) masih bisa dapat 1000 aja. Lebih dari itu hingga 24 jam, tarifnya flat 2000 rupiah. Kalau parkir di pinggir jalan di depan kampus, di Jl. Ganeca misalnya, tarif flat 2000 rupiah (nggak tahu deh Juru Parkir-nya resmi apa nggak).

Haikyuu (3)

Seingat saya, duluuu sekali, beberapa tahun lalu, di Perda Kota Bandung atau Perwal (Peraturan Walikota), tarif parkir sepeda motor di Kota Bandung adalah 750 rupiah. Mungkin saya salah ingat, mungkin yang benar 500 rupiah. Saya lupa. :mrgreen: Tapi yang pasti, sejak tahun 2006 menetap di Bandung, saya masih merasakan saat-saat tarif parkir yang 500 rupiah itu. Lalu saya lupa tepatnya kapan tarifnya merangkak naik jadi 1000 hingga sekarang. Aneh ya, merangkak kok naik… apa nggak susah??

Ternyata Sudah Tidak Ada Lagi Pagerank Yah…

Satu hal lagi yang membuat saya harus terbiasa dengan sesuatu yang baru setelah saya lama hiatus. Saya baru tahu bahwa mulai tahun ini Google nggak menggunakan ukuran Pagerank lagi.  Saya dengar dari Pakdhe Cholik di akun facebook-nya beberapa bulan lalu, sekarang Google menggunakan yang namanya Domain Authority (DA) dan Page Authority (PA). Ada banyak penjelasannya di luar sana, oleh ahli SEO. :mrgreen: Intinya sama, semakin tinggi nilai DA dan PA, website tersebut makin bagus di mesin pencari Google.

Saya sudah cek ke https://moz.com/researchtools/ose/, dan hasilnya:

hasil MOZ 18 nov 15

DA dan PA bulan ini

Kok rasanya turun ya dibandingkan dengan ketika bulan September lalu saya cek. Hahahaha 😆

Hasil Moz 24 sept 15 DA dan PA

DA dan PA bulan September

Cepat sekali turunnya yah. Dinamis sekali. Mungkin ini yang menyebabkan algoritma baru dari Google ini lebih disukai. 🙂

Nah, karena saya baru akan hal ini, jadi nanti mohon bantuannya yah, narablog sekalian, untuk penjelasannya. 😆

2014304164545

 

Jadi, bagaimana dengan DA dan PA narablog sekalian? 😀

———————————————————————————————————————————————————————

Foto uang di atas hasil karya Asop lho, pake ponselnya. Seluruh terbitan ini sangat dilindungi oleh hak cipta, jadi sertakan alamat tautan dan nama pemilik blog jika ingin menggunakan sebagian ataupun seluruh bagian terbitan ini.

Selamat Datang Kembali!

Waaah… rumah ini sudah penuh sarang laba-laba. 😀 Coba bayangkan, saking lamanya saya tinggalkan, rumah saya ini sampai pindah alamat. Seakan-akan bangunannya tetap sama, tetapi dipindahkan oleh pihak yang berwajib karena saya nggak melaksanakan kewajiban saya. Apalagi penyebabnya kalau bukan soal mbayar biaya perpanjangan domain di wordpress. Rasanya eman banget ngeluarin duit buat bayar domain tapi nggak pernah update. Makanya, sejak dua tahun lalu kalau nggak salah, saya kembali ke domain gratisan (setelah sebelumnya saya pakai asopusitemus.com).

Saya kangen sekali dengan teman-teman narablog. Saya sudah ketinggalan banyak sekali kabar dari narablog sekalian. Ada yang dulu antara tahun 2009 dan 2012 (ketika saya masih aktif blogwalking) yang masih sendiri, masih jomblo, masih alay dan lebay, sekarang sudah menikah (banyak sekali) dan sudah dewasa. 😆 Saya lihat posting-annya sudah “dewasa” dan gaya menulisnya berubah. Ada yang sudah punya anak lagi, dan ada yang sekarang sudah melanglang buana ke negeri seberang. Luar biasa keren kalian semua. 🙂

vlcsnap-2015-09-24-08h48m10s207

Kemana aja selama ini, Sop?

Selama beberapa tahun ini (hey, lihat saja kapan saya terakhir kali posting sesuatu) saya masih disibukkan kuliah S2 dan ditambah sedikit pekerjaan freelance dari dosen maupun teman. Rasanya dengan segala aktivitas itu, saya menjadi malas untuk berkutat dengan blog. Ya, saya akui saya malas menulis di blog ini. Dan akhirnya saya pun menyesal. Saya menyesal karena saya jadi melupakan sesuatu yang dulu pernah menjadi penyemangat saya dalam hidup, sesuatu yang dulu pernah menjadi penyemangat dalam menjalani kehidupan sosial, dan sesuatu yang pernah membantu saya mendapatkan teman-teman baru. 😦 Blog dan blogosphere dulu itu pernah menjadi dunia saya. Tetapi malah saya tinggalkan. Huffffttt~~~

Tapi ya sudahlah, saya nggak menyesal lagi kok. Pokoknya, sekarang saya sudah kembali. 🙂

Tetapi kamu nggak hilang dari ranah maya ‘kan, Sop?

Ohohoho, tentu saja saya nggak hilang sepenuhnya dari dunia maya. Tuh lihat di widget samping, saya masih aktif di Instagram dan Twitter. Tapi, hey, lihat itu di sebelah kanan. Saking lamanya nggak saya sentuh, masih nongol saja akun plurk dan formspring saya. Memangnya sekarang masih ada yang pakai Plurk dan Formspring? 😆  Nanti deh dua widget itu akan saya singkirkan. 😀

Selama ini saya malah kesengsem sama Instagram dan Twitter. Saya nggak pernah meninggalkan hobi fotografi saya (sayangnya blog foto saya di sana sudah lama sekali nggak tersentuh), dan media seperti Instagram-lah yang menjadi alat untuk menyalurkan itu. Hehe, tetapi memang harus diakui, akhir-akhir ini Instagram malah jadi media saya untuk pamer hobi. Ada prangko, diecast mobil-mobilan, lego, buku, dan kura-kura peliharaan saya. 🙂 Yuk klik sini untuk membaca lanjutannya!

Kembali yang Bukan Untuk Kembali

Hah! Sesuai dengan judul posting-an, ini—lagi-lagi—adalah posting-an perdana. Ya, posting-an perdana untuk yang kesekian kalinya. 😛 Sama sekali tidak membanggakan.

Chuunibyo 1

Rasanya seperti baru terbangun dari tidur yang sangat lama. Sebuah hibernasi, ketika lama nggak menulis di jagad blog bahkan hanya untuk “say hello” kepada para kawan narablog sekalian. Sedih dan rindu rasanya, melihat blog sendiri terbengkalai sekaligus melihat para narablog yang dari dulu hingga sekarang masih aktif posting. Makin kangen lagi untuk posting ketika melihat kawan narablog yang aktif ngeblog juga aktif di media sosial facebook, instagram, twitter, dan Path. 😀 Pikir saya, kok bisa ya ngeri begini, aktif di semua tempat. 😆

Yuk ah intip posting-an saya lebih lanjut…

Akhirnya Saya Kembali… dan Sebuah Berita Kopdar!

Saya kembali…. Saya kembali…. Saya kembali….

Aaaaaaaaaah sudah lama nggak posting! Luar biasa! Dengan begini, saya sudah hampir setahun hiatus! 😀  Lihat, posting-an terakhir saya bertanggal 12 agustus 2012! Pas banget sekarang sudah bulan Agustus. Sama sekali tidak bisa dibanggakan. Jangan tiru saya ya, para narablog sekalian, terutama para narablog baru. :mrgreen:  Jangan sampai seperti saya yang menggunakan alasan kerja di luar kota sebagai alat untuk hiatus. 😛  *padahal kerjanya cuma dari Bandung ke Jakarta*

Ngapain aja selama ini, Sop?

Yuk ah mari, simak penjelasan saya, dan simak laporan kopdar saya…

Jerman Kalah, Dukung Italia, dan Kodak DX7630

Rasanya sungguh menyesakkan dada. 😦 Ya, hari jumat ini sungguh menyesakkan dada. Pertama, saya nggak terbangun untuk menonton Jerman, dan kedua, adalah kekalahan Jerman. Rasanya bangun subuh ini saya nggak bersemangat ketika melihat situs livescore.com. Lagi-lagi, Jerman kalah melawan Italia di semifinal sama seperti di Piala Dunia 2006. Skor tipis 2-1. Hanya saja kali ini sedikit lebih baik, karena bukan kalah 2 gol tanpa balas. Sungguh menyesakkan. Menggelikan sekali kalah oleh Italia. 😦

Saya harus akui kehebatan Italia. Saya akui kebengalan Balotelli di lini depan. Tapi saya nggak bisa banyak bercerita di sini, karena saya nggak menonton pertandingannya. Saya akan mendukung Italia nanti di final, karena saya nggak mau Spanyol menang di tiga event besar berturut-turut. Setelah Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010, Spanyol tak boleh sampai memenangkan event tahun ini. Setidaknya saya ingin agar di Euro tahun ini Italia yang menang karena Italia telah mengalahkan Jerman.

Siapapun yang mengalahkan Jerman pantas jadi juara Euro 2012. :mrgreen:

Balotelli, nanti kamu harus menjebol gawang Spanyol, ya! 😀  Dan untuk Jerman, di Piala Dunia Brasil 2014 dan Euro 2016 Perancis nanti, kalian akan berjaya!  🙂

Kamera sebagai pelipur lara…

Alhamdulillah, kamera lama saya, Kodak EasyShare DX7630, sudah “sembuh” kembali. 😳  Dulu, sebelum kamera saya yang Nikon Coolpix L110, saya pakai Kodak DX7630 ini. Setelah sedikit kerusakan terjadi di bagian pengatur mode-nya, saya coba hubungi ke dealer resmi Kodak di Jakarta (karena memang yang bisa servis hanya di Jakarta). Ternyata prosesnya ribet, saya mesti mengirimkan kamera saya ke Jakarta sana. Saya nggak mau ambil risiko kamera nggak balik. Ya sudah, saya telantarkan Kodak itu. 😦

Hati saya masih sedih…

Saya Masih Seorang Narablog

Ah, akhirnya, setelah posting-an terakhir saya tanggal 4 april yang lalu, saya bisa nge-blog lagi di sini. 😀

Ada sesuatu yang menguras energi kehidupan saya selama sebulan ini. :mrgreen:  *lebay*  Energi kehidupan, termasuk ke dalamnya adalah waktu dan stamina saya. 😐  Semua dipertaruhkan dalam sebulan ini. Tidak boleh ada gangguan dan halangan sekecil apapun. 😀  *semakin lebay*  Apakah saya selama ini hiatus? Saya nggak mau dianggap hiatus, tapi kalau memang narablog sekalian ingin menganggapnya begitu, saya persilakan. 😎

aku masih seorang blogger

Ngapain aja saya selama ini?